Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/290 |
|
e-BinaAnak edisi 290 (26-7-2006)
|
|
______________________________e-BinaAnak______________________________ Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak ================================================== Daftar Isi: 290/Juli/2006 ---------- - SALAM DARI REDAKSI - ARTIKEL : Disiplin Anak dalam Keluarga - TIPS : Kesatuan dalam Mendisiplin - BAHAN MENGAJAR : Disiplin: Tenggelam atau Berenang - WARNET PENA : e-Smartschool.Com - DARI MEJA REDAKSI: National Children`s Workers Conference - MUTIARA GURU ---------------------------------------------------------------------- Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ====================================================================== -=- SALAM DARI REDAKSI -=- Salam kasih, Salah satu tanggung jawab yang harus diemban orang tua adalah mendisiplin anak-anak mereka. Apakah yang dimaksud dengan mendisiplin anak? Mendisiplin anak bukan hanya sekadar menghukum jika mereka melakukan kesalahan. Mendisiplin bisa juga berarti mengarahkan dan membimbing anak pada perilaku yang baik sesuai dengan perkembangan usia anak. Mendisiplin anak harus dilakukan atas dasar kasih dan tidak harus diberikan dalam suasana yang tegang. Nah, sajian berikut ini akan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai penanaman kedisiplinan pada anak. Bagi Anda para orang tua dan pembina anak, semoga sajian berikut ini menjadi berkat bagi Anda. Selamat menyimak, Tuhan memberkati! Staf Redaksi e-BinaAnak, Ratri "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+22:6 > -=- ARTIKEL -=- DISIPLIN ANAK DALAM KELUARGA ============================ Sudah merupakan keyakinan umum bahwa meningkatnya jumlah masalah dalam masyarakat sebagian disebabkan oleh merosotnya disiplin orang tua terhadap anak-anak. Satu aspek di antaranya termasuk hukuman. Pada hakikatnya, disiplin tidak untuk menghukum, tapi untuk koreksi dan latihan membimbing tindakan ke masa depan. Dengan demikian, untuk mengarahkan kepada tujuan yang sebenarnya, disiplin harus lebih kompleks dan lebih luas daripada sekadar hukuman. Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak, satu hal yang sangat menentukan, yaitu orang tua harus dapat membedakan antara keinginan dan perbuatan. Dalam hal perbuatan, orang tua dapat turun tangan dan membatasi bila perlu. Tetapi dalam hal keinginan dan harapan- harapan, sebaiknya orang tua memberi kebebasan. Pada dasarnya, penanaman disiplin yang dilakukan oleh orang tua bertujuan untuk mengatur perilaku anak agar menjadi anak yang baik. Namun kenyataannya, sering kali disiplin diterapkan secara kaku tanpa melihat kebutuhan perkembangan anak. Dengan pengertian lain, dalam menanamkan disiplin, sering kali dipakai ukuran-ukuran orang dewasa. Terkadang disiplin diterapkan secara tidak konsisten, misalnya anak dihukum karena melakukan perbuatan yang salah, namun pada kesempatan lain si anak dibiarkan saja walaupun melakukan perbuatan yang sama. Anak memerlukan gambaran yang jelas tentang tingkah laku yang diperbolehkan dan yang dilarang. Si anak merasa lebih aman apabila ia mengetahui secara pasti batas-batas perbuatan yang diizinkan. Cara menyatakan batasan pun harus dipikirkan dengan baik. Harus dicari jalan bagaimana mengemukakannya dengan tetap menghormati harga diri anak tanpa melukai perasaannya. Memberikan larangan harus dilakukan dengan mengungkapkan kewibawaan, bukannya penghinaan dan cemoohan. Biasanya orang tua berpikir, akan lebih gampang jika membiarkan pelanggaran anak daripada meributkannya. Karena bagaimanapun juga, disiplin menuntut usaha keras. Banyak orang tua di zaman sekarang yang memanjakan anak dan menafsirkan tindakan demikian sebagai pernyataan cinta. Namun sebenarnya, tindakan itu merupakan tambahan pada teknik orang malas. Kita seyogianya mengingatkan diri, sebagaimana dalil mengajarkan, bahwa hukuman harus korektif dan bukannya bersifat pembelaan. Banyak faktor dihubungkan dengan disiplin tanpa harus menghancurkan atau mengabaikan faktor yang perlu. Tidak ada rumus tunggal yang dapat dipakai pada semua kasus. Seorang anak tidak harus dipukul sekali sehari. Ia harus diajar secara tegas jika berbuat salah dengan sengaja. Pembenarannya harus dilakukan dengan segera dan adil. Mungkin kita perlu menghukum meskipun tidak sengaja, sebab pada hukuman korektif itu akan ada teknik untuk mengajarkan keamanan atau respek terhadap hak orang lain. Orang tua harus berusaha untuk selalu membuat disiplin itu tepat dan mengena. Kecakapan dan ketangkasan dalam hal ini membawa hasil yang akan membimbing anak untuk hidup tertib. Akhirnya, dengan sendirinya si anak akan menyadari kesalahannya sehingga ia dapat memperbaikinya kemudian. Menjalankan disiplin harus dengan suasana tenang. Penyampaian atau penjelasan arti disiplin harus dilakukan dengan lemah lembut dan akrab. Hal tersebut akan menolong si anak untuk menyadari kesalahannya dan mendorong dia memperbaikinya. Namun dalam hal ini, sering kali orang tua bertindak salah. Saat memberi nasihat atau memperbaiki kesalahan anak, orang tua melakukannya sambil marah. Marah ketika mendisiplin hanya akan membuat anak kehilangan harga diri di mata orang tuanya. Hal tersebut juga dapat membuat si anak merasa kebingungan dan tidak dapat mengubah perbuatannya yang salah. Dalam mendisiplin anak, hendaknya orang tua bisa bersikap tenang dan tidak melakukannya dengan marah, agar si anak menjadi yakin bahwa orang tua tidak hanya sekadar menghukum, tetapi juga mendisiplin mereka. Dalam menilai kesalahan anak, sebaiknya orang tua dapat bersikap jujur. Menilai kesalahan dengan cara jujur akan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencari tahu letak kesalahan. Orang tua dapat mengambil tiga macam sikap dalam menentukan disiplin terhadap anak, yaitu keras, longgar, atau serba memperbolehkan. Namun, ada perbedaan besar antara sikap longgar dan serba membolehkan. Bersikap longgar berarti menerima anak sebagaimana adanya, dengan segala sifat dan tingkah lakunya sebagai anak. Hakikat sikap longgar ialah menerima anak sebagai pribadi yang mempunyai hak-hak asasi. Sebagai pribadi, anak berhak untuk mempunyai gagasan, harapan- harapan, dan keinginan sendiri. Hak itu harus kita terima, kita akui, dan kita hormati. Sedangkan sikap orang tua yang serba membolehkan akan memberi peluang kepada anak untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Sikap seperti itu sering bersarang pada diri orang tua yang sibuk setiap hari. Kesibukan membuat mereka tidak memiliki cukup kesempatan untuk membimbing anak. Pada dasarnya, sikap membolehkan dapat merusak wewenang orang tua sebagai ayah atau ibu yang memiliki otoritas. Akhirnya, keyakinan anak jadi luntur. Malah terkadang si anak merasa seolah-olah bukan sebagai anggota keluarga karena ia tidak pernah menerima suatu hukuman di rumahnya. Sikap yang keras biasa terdapat pada banyak orang tua. Keinginan- keinginan orang tua disalurkan kepada anak, seolah-olah memaksakan kehendak sendiri. Sikap yang otoriter ini sangat menyusahkan dan membuat pribadi anak terinjak-injak. Karenanya, anak bisa bersikap seperti menentang otoritas orang tuanya. Sebenarnya, ada suatu pandangan lama dan pandangan baru mengenai hal disiplin. Dalam pandangan lama mengenai disiplin terhadap anak, orang tua hanya mencegah perbuatan yang tidak diinginkan. Orang tua tidak mengingat dorongan jiwa yang menyebabkan si anak ingin berbuat demikian. Disiplin sering kali diajarkan pada saat yang salah, yaitu di saat si anak tidak dapat mendengarkan nasihat orang tuanya karena emosi. Dalam hal menghukum anak, sering kali cara yang orang tua lakukan tidak tepat sehingga dengan sendirinya malah membangkitkan suatu perlawanan. Pandangan baru sekarang ini sedikit banyak membantu anak dalam hal perasaan maupun perbuatan. Orang tua membolehkan anak mengeluarkan isi hati dan perasaannya. Orang tua juga mencegah dan membatasi segala perbuatan yang tidak diinginkan atau mengarahkan mereka dengan baik. Cara mencegah dan membatasi dilakukan sedemikian rupa hingga diri si anak ataupun harga diri orang tua tidak terluka. Hubungan orang tua yang akrab dan wajar dengan anak akan bisa dipertahankan selama orang tua tetap bersikap hangat, mesti sebenarnya mereka sedang berusaha menegakkan disiplin dengan perilaku yang tegas. Kita harus menerima salah satu bagian dari cinta, pertanggung- jawaban, dan juga manfaatnya. Bagian yang terberat tidak hanya pengalaman tegangnya saraf sewaktu menangani anak yang bersalah, tetapi penemuan kesabaran yang menjadikan orang tua akrab mendengarkan anak-anaknya. Saat berdiskusi mengenai masalah anak, saat itulah anak dan orang tua bisa saling mengenal dan anak pun dapat belajar arti disiplin yang sebenarnya. Bahan diambil dan diedit dari sumber: Judul buku : Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga Judul artikel: Hakikat Mendisplinkan Anak Penulis : Alex Sobur Penerbit : Kanisius, Yogyakarta dan PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1987 Halaman : 43 - 47 -=- TIPS -=- KESATUAN DALAM MENDISIPLIN ========================== Tuntutan orang tua di rumah harus disesuaikan dengan kemampuan anak. Apabila orang tua menuntut terlalu tinggi atau terlalu rendah daripada tuntutan yang diharapkan sehingga anak bosan melakukannya, anak tidak akan mau menaati peraturan, bahkan akan menimbulkan masalah dalam perilaku anak. Peraturan harus diberlakukan terus- menerus, jangan berubah-ubah atau saling berlawanan. Sebagai orang tua, Anda harus memerhatikan adanya kesatuan dalam lingkungan. A. Peraturan dalam Rumah Harus Sama Ayah dan ibu harus ada kesapakatan dalam menentukan suatu standar moral. Jika tidak, anak-anak dapat menggunakan ayah atau ibu sebagai "Kartu As". Misalnya, ayah menganggap hal itu salah tetapi ibu beranggapan itu benar. Anak sering berkata demikian, "Biar Ibu tidak mengizinkan saya pergi, saya akan tetap pergi! Bukankah Ayah mengizinkan saya pergi?" Lalu sang ayah mengizinkan. Seringnya keadaan ini terjadi akan membuat anak sulit belajar mana yang benar dan yang salah, atau mana yang boleh dan yang tidak boleh. Ayah seharusnya bersikap, "Jika ibumu tidak mengizinkan pergi, seharusnya kau tidak pergi, perkataan ibu sama dengan perkataan ayah!" Bila terjadi pandangan yang berbeda, hendaknya dirundingkan tidak di hadapan anak, apalagi dipertengkarkan di hadapan mereka. Persamaan pandangan dari orang tua akan memudahkan anak untuk belajar taat. B. Kebersamaan Antarguru Satu kelas sekolah minggu sering diajar oleh beberapa guru. Untuk itu, harus ada kesepakatan dalam menentukan peraturan yang sama. Hanya dalam satu kriteria standar yang samalah anak baru dapat belajar dengan jelas, misalnya waktu berdoa harus dengan hikmat dan hormat, atau ketika hendak bertanya, anak harus mengacungkan tangan lebih dulu. Jangan beri kesempatan kepada anak untuk keuntungan sendiri, lalu merugikan orang lain. Anak harus diberi banyak kesempatan belajar sopan dan menghormati guru, orang dewasa, dan orang lain. C. Kebersamaan dalam Rumah Tangga Baik di Asia atau Amerika Serikat, banyak anak yang diserahkan kepada orang ketiga, seperti perawat, kakek, nenek, pembantu, bahkan ada yang dititipkan di rumah penitipan. Orang tua harus berhati-hati dengan konsep nilai yang dimiliki oleh orang-orang tersebut. Sebaiknya, orang tua memilih orang yang memiliki konsep nilai yang sama dengan kita. Jangan sampai anak-anak menjadi kacau dalam pendidikan konsep yang berbeda-beda. D. Kebersamaan dalam Mendisiplinkan Karena suatu situasi yang berbeda, mungkin ada sesuatu yang dirisaukan sehingga timbul ketidakstabilan dalam mendisiplinkan anak. Dalam situasi senang atau lancar, orang tua membiarkan anak melakukan apa pun juga, tetapi dalam situasi yang kacau atau tidak menyenangkan, anak dilarang melakukan segala aktivitasnya. Jika orang tua sering mengalami ketidakstabilan dalam emosi atau selalu berubah-ubah dalam standar yang ditentukan, jiwa anak akan menjadi sangat lemah, mudah kacau, tidak berdaya, ingin melarikan diri, bahkan tidak dapat mempelajari standar moral dan kemauan secara tepat dan mantap. E. Kebersatuan Kata dengan Perbuatan Orang tua sering tidak selaras dalam apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, misalnya mengajarkan anak untuk tidak boleh berbohong, tetapi orang tua sendiri tidak menepati janji atau tidak jujur. Melontarkan kata-kata keras untuk menggertak anak, misalnya "Jika kamu tidak menurut, kamu akan dikunci di luar dan tidak boleh tidur di kamar!", "Awas kalau pelajaranmu gagal, kamu tidak boleh ikut piknik dan tinggal di rumah sendirian!", atau "Kalau kamu mencuri lagi, Ayah/Ibu akan mengusir kamu dari rumah!" Apakah orang tua bersungguh-sungguh melakukan hal yang dikatakannya? Perkataan- perkataan tersebut dilontarkan hanya untuk menakut-nakuti anak dan bukan untuk dilakukan. Seringnya perkataan-perkataan itu diucapkan akan menghilangkan kewibawaan orang tua dan anak pun akan menjadi risau. Bahan diambil dan diedit dari sumber: Judul buku: Menerobos Dunia Anak Penulis : DR. Mary Go Setiawani Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2000 Halaman : 51 - 53 -=- BAHAN MENGAJAR -=- DISIPLIN: TENGGELAM ATAU BERENANG ================================= REFLEKSI UNTUK ORANGTUA/GURU Banyak orang mengira disiplin adalah kata lain dari hukuman. Ini tidak benar karena hukuman mengarah kepada perubahan perilaku, sedangkan disiplin diberikan agar terjadi perubahan hati. Kita tahu bahwa perubahan hati pada akhirnya akan mengarah pada perubahan perilaku, namun perubahan perilaku belum tentu membawa perubahan hati. Kita dapat melarang Anthony kecil menuang susu ke dalam gelasnya sendiri (hukuman), atau kita dapat membeli susu dengan kemasan lebih kecil, menandai gelas dengan garis tanda sudah penuh dan menunjukkan kepadanya di mana kita menyimpan lap dan cairan pembersih meja (disiplin). Dalam bukunya, "Making All Things New" (Menjadikan Segala Sesuatu Baru), Henri Nowen mengatakan bahwa "disiplin adalah sisi lain dari pemuridan. Melakukan kedisiplinan secara rohani membuat kita lebih peka terhadap suara Allah yang lembut dan merdu." Kita begitu sibuk sehingga kita tidak lagi sempat mencari hal-hal yang rohani. Kita perlu disiplin karena kita perlu belajar mendengarkan Allah. REFLEKSI UNTUK SELURUH ANGGOTA KELUARGA/KELAS SM Berapa lama kamu dapat menahan nafas? Dapatkah kamu tidak berbicara satu patah kata pun selama lima menit? Apakah kamu segera mengerjakan semua pekerjaan rumah sepulang dari sekolah? Dapatkah kamu bermain lompat tali atau mengendarai sepeda? Dapatkah jari- jarimu membuat bunyi-bunyian tertentu, dapatkah kamu bersiul atau meniup permen karet? Mempelajari semua ketrampilan ini membutuhkan kedisiplinan. Membutuhkan banyak latihan, sedikit frustasi, dan mungkin lecet-lecet di lutut hingga dapat berhasil. Disiplin diterapkan dengan maksud agar kamu dapat melakukan hal-hal indah yang selalu ingin kamu lakukan -- dan agar kamu puas terhadap diri sendiri apabila berhasil melakukannya. Selain itu, disiplin juga diterapkan untuk mempersiapkan dirimu menjadi seorang yang dikehendaki Allah. Kadang-kadang kedisiplinan sukar diterapkan, tetapi itulah jalan yang menjamin kita sampai ke tujuan. Hari 1: Allah Memperlengkapi Musa (Keluaran 3:9-12, 4:1-5,10-17) Allah menampakkan diri kepada Musa dalam semak duri yang menyala di Gunung Horeb dan memanggil Musa untuk pergi ke Mesir dan membebaskan Bangsa Israel dari perbudakan. 1. Bagaimana tanggapan Allah setiap kali Musa menyatakan ketakutan dan ketidakpastiannya? 2. Terkadang kita merasa bahwa pekerjaan yang harus kita lakukan terlalu sukar. Pekerjaan apa yang saat ini kamu rasa terlalu sukar? Diskusikanlah bagaimana kita dapat saling membantu agar pekerjaan itu bisa terselesaikan. Hari 2: Anak yang Bijak (Amsal 13:1-4) Amsal memuat banyak pepatah. Tujuan penulisan kitab ini adalah untuk memberi pengertian kepada orang muda agar mampu mengarungi kehidupan. 1. Nafsu siapakah yang dipuaskan dalam ayat-ayat ini? Apa makna ayat-ayat ini bagimu? 2. Hal-hal apa yang orang lain kerjakan untukmu yang seandainya kamu tahu bagaimana melakukannya maka kamu ingin mengerjakannya sendiri? Bagaimana kamu akan belajar untuk mengerjakannya? Hari 3: Perkataan Kita Diperhitungkan (Amsal 15:1-5) 1. Apa perbedaan antara lidah orang bijak dengan mulut orang bebal? 2. Pernahkah kamu kehilangan kesabaran dan mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak ingin kamu ucapkan? Apa yang terjadi antara kamu dengan orang yang mendengar ucapanmu itu? Adakah cara lain yang dapat kamu pakai untuk menanganinya? Hari 4: Yesus Dicobai. (Lukas 4:1-13) 1. Bagaimana tanggapan Yesus setiap kali iblis mencobai Dia? 2. Yesus telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala sesuatu yang akan dihadapi-Nya di dunia ini. Bagaimana kamu mempersiapkan dirimu? Hari 5: Murid-Murid Bertengkar (Markus 9:33-37) Yesus baru saja menyembuhkan seorang anak yang bisu dan tuli. Dia dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju ke Kapernaum. 1. Apa yang dipertengkarkan oleh murid-murid? 2. Yesus lebih memerhatikan masalah yang dipertengkarkan dan bukan sikap para murid. Bicarakanlah mengenai pertengkaran yang kamu alami akhir-akhir ini. Apa yang lebih kamu perhatikan, sikap orang yang bertengkar denganmu atau masalah yang dipertengkarkan? Hari 6: Disiplin dalam Pelayanan Kristen (1Timotius 4:1-16) 1. Apa yang harus kita pegang teguh dan kita ajarkan pada orang lain? 2. Bagaimana keluarga Anda dapat memerlengkapi diri untuk hidup dekat dengan Allah? Apa hal-hal lain yang dapat Anda gali bersama? AKTIVITAS KHUSUS: MENULIS BUKU HARIAN Salah satu dari latihan kedisiplinan yang banyak membantu dan telah saya kembangkan adalah menulis buku harian. Saya memulai setiap halaman dengan "Allah terkasih". Kadang-kadang ada derai air mata sementara saya menuangkan ketakutan serta kerinduan saya yang terdalam. Buku harian saya merupakan rekaman doa-doa dan pergumulan saya bersama Allah. Minggu ini, berikan pada setiap orang beberapa lembar kertas untuk dipakai sebagai catatan harian. Beri kesempatan kepada setiap anggota yang ingin membagikan apa yang ditulisnya. Bahan diedit dari sumber: Judul buku: Belajar Bersama Penulis : Janice Y. Cook Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1999 Halaman : 64 - 66 -=- WARNET PENA -=- e-SMARTSCHOOL.COM ================= http://www.e-smartschool.com/ Dengan visi "Ikut Mencerdaskan Bangsa", pada tahun 2000 Kompas Gramedia Group membangun sebuah portal yang spesifik, yaitu "pendidikan anak". Situs ini berisi berbagai macam bahan pengetahuan untuk anak. Walaupun situs umum (bukan tentang pelayanan anak), tetapi tidak ada salahnya mengambil ide dan referensi untuk bahan mengajar para guru/pendidik Kristen dari situs ini. Secara garis besarnya, isi dari situs ini adalah Pengetahuan Komputer, Pengetahuan Umum, Cerita Anak, dan Pelajaran Sekolah. Di sini Anda juga akan menjumpai komunikasi interaktif dua arah, baik untuk orang tua maupun untuk anak sekolah, di mana anak-anak sekolah tersebut bisa saling berbagi cerita atau menanyakan pelajaran sekolah kepada rekannya atau langsung kepada redaktur situs ini. [Kiriman dari: Evie] -=- DARI MEJA REDAKSI -=- NATIONAL CHILDREN`S WORKERS CONFERENCE ====================================== NCWC (National Children`s Workers Conference) hadir sebagai wadah bagi para pendidik anak, guru sekolah minggu, aktivis pelayanan anak, dan orang tua untuk bersama-sama mempersiapkan langkah-langkah strategis dalam Dunia Pelayanan Anak Indonesia. Selain itu, NCWC juga diharapkan dapat membawa para pelayan dan pendidik anak untuk saling berjejaring dan bekerjasama guna menumbuhkan generasi baru yang mampu menjadi berkat bagi zamannya. PELAKSANAAN Hari/tanggal: Kamis - Jumat / 8 - 9 September Tempat : Istora Senayan Jakarta Pembukaan : Pkl. 14.00 WIB ACARA A. Workshop I (Pilih salah satu) 1. Menjadi Guru yang Kreatif dan Inovatif 2. Musik dalam Pelayanan Anak 3. Multiple Intelligences: Aplikasinya dalam Pelayanan Anak 4. Multimedia: Dampak dan Pengaruhnya dalam Pelayanan Anak 5. Berbeda Anak, Berbeda Kebutuhan B. Workshop II (Pilih salah satu) 1. Cooperative Learning: Membuat Kelas Menjadi Hidup dengan Pendekatan Kooperatif 2. Object Lesson: Menghidupkan Kelas Melalui Eksperimen dan Aktivitas yang Menarik 3. Mendesain dan Membuat Alat Peraga 4. Merancang Kelas Bayi (0-1 Tahun) dan Batita (1-3 Tahun) 5. Mendidik Anak Sesuai Keunikan dan Temperamen Anak C. Workshop III (Pilih salah satu) 1. Puppet Ministry: Panggung Boneka Untuk Pelayanan Anak 2. Problem Based Learning: Aplikasinya Dalam Pendidikan Rohani Anak 3. Mebig: Memory Bible Games 4. Kreasi Balon Dalam Menyampaikan Firman Tuhan 5. Merancang Kurikulum Sekolah Minggu Yang Komprehensif D. Pleno 1. Potret Anak Indonesia 2. Program Pelayanan Anak yang Kontekstual E. Pameran 1. Pameran dan Informasi Terlengkap Dunia Pelayanan Anak Indonesia 2. Pameran Sekolah Minggu 3. Ajang Kreativitas Anak PEMBICARA 1. Dr. Tanti Djatmiko 2. Rev. Detty Laidlow 3. Anita Lie, Ed.D. 4. Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc. 5. Sumarno Kosasih, B.E. dan Woen Soen Lan, B.Com. 6. Meilania, S.E. 7. Dr. Sudi Ariyanto 8. Ir. Hindra Salim 9. Lisanasanti, M.A. 10. Heru Tjandra Mulia KONTRIBUSI PESERTA: Rp 75.000,-/orang (sekarang - 17 Agustus 2006) Rp 100.000,-/orang (18 Agustus 2006 - 7 September 2006) Rp 150.000,-/orang (8-9 September 2006) (Termasuk makalah, makan malam hari pertama dan makan siang hari kedua) BONUS Peserta grup 10 orang dari JaBoDeTaBek/grup 5 orang dari Pulau Jawa/ grup 3 orang dari luar Pulau Jawa akan diberikan 1 Paket Kurikulum dan Alat Peraga. AKOMODASI 1. Untuk informasi akomodasi peserta luar kota, harap menghubungi Sekretariat Panitia NCWC. 2. Pendaftaran akomodasi ditutup tanggal 17 Agustus 2006. INFO DAN PENDAFTARAN Sekretariat National Children`s Workers Conference Jl. Tanjung Duren Utara III E / 236 Jakarta Barat 11470 Tel. +62(21) 560-2630 Fax. +62(21) 566-8962 SMS. +62(21) 9298-3255 Info lebih lanjut <http://www.ncwc.info> atau e-mail: <contact(at)ncwc.info> -=- MUTIARA GURU -=- Disiplin pada hakekatnya merupakan suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan. - Alex Sobur - ---------------------------------------------------------------------- Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ====================================================================== Anda terdaftar dengan alamat e-mail: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |