Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/282 |
|
e-BinaAnak edisi 282 (1-6-2006)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: 282/Mei/2006 ---------- ^o^ SALAM DARI REDAKSI ^o^ ARTIKEL (1) : Mengajar Lewat Keteladanan ^o^ ARTIKEL (2) : Teladan Guru ^o^ TIPS : Menjadi Teladan Rohani ^o^ KARYA ANDA : Kesaksian GSM: Budi Tidak Masuk Lagi! ^o^ WARNET PENA : MSSS Crafts Mission Statement ^o^ MUTIARA GURU ^o^---------------------------------------------------------------^o^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ^o^ SALAM DARI REDAKSI Salam kasih, Dalam masyarakat Jawa, kata "guru" adalah singkatan dari "digugu lan ditiru". Artinya, seorang guru adalah orang yang menjadi panutan dan diteladani oleh murid-muridnya. Tentu yang dianut dan diteladani adalah hal-hal yang baik. Demikian pula dengan guru sekolah Minggu. Seorang guru sekolah Minggu tidak hanya dituntut untuk bisa mengajar firman Tuhan dengan baik, namun juga harus bisa melakukan apa yang diajarkan kepada murid-muridnya itu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perkataan, sikap, dan tindakan seorang guru sekolah Minggu harus bisa mencerminkan apa yang selama ini diajarkannya. Melalui ketiga hal itulah seorang guru bisa menjadi teladan bagi murid- muridnya. Bagi Anda para pendidik anak, sajian berikut ini kami harapkan bisa menolong Anda untuk semakin memahami bahwa tugas seorang guru sekolah Minggu yang sangat berdampak adalah dengan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Selamat menyimak! Staf Redaksi e-BinaAnak, Ratri "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1Timotius 4:12b) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Timotius+4:12 > ^o^ ARTIKEL (1) ---------------------------------------------------^o^ ^ MENGAJAR LEWAT KETELADANAN ^ ========================== Baru-baru ini, seorang teman saya menceritakan percakapannya dengan anaknya yang sudah menginjak remaja. Teman saya ini merasa perlu mengaku dosa kepada anaknya dan meminta ampun kepadanya. Tentu saja, dia sangat ragu melakukan hal ini. "Akankah anakku mengerti?" tanyanya. "Akankah dia memaafkanku? Apa yang akan dilakukannya kepadaku di masa yang akan datang?" Di antara ketakutan dan kekuatirannya itu, akhirnya ia memberanikan diri dan meminta maaf pada anaknya. Ketika anak itu mendengar pernyataan dan permohonan ayahnya, respon anaknya membuat ia sangat lega. "Ayah, apakah ayah masih ingat musim panas yang lalu ketika aku mengaku bahwa aku telah berbohong kepadamu? Ayah mengampuni aku dan memelukku. Bagaimana mungkin aku tidak melakukan hal yang sama kepadamu sekarang?" Saya senang situasi itu bisa diselesaikan dengan cara demikian. Karena dalam situasi yang berbeda, akhir dari situasi semacam ini bisa sangat merusak. Semisal dulu ia menghukum anaknya dengan kejam karena berbohong. Bagaimana jika ia berlaku kasar, tidak mengasihi, dan tidak peka? Anaknya mungkin akan merespon dengan cara yang sama pula. Tetapi teman saya telah melakukan kasih dan pengampunan yang kristiani. Hasilnya, anaknya mempelajari hal yang sama dan kita semua memuliakan Tuhan. Guru sekolah Minggu juga mengajar dengan menjadi teladan. Itulah sebabnya Paulus menantang Timotius untuk hidup taat -- mengajar dengan menjadi teladan. "Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1Tim. 4:11-12) Seorang guru harus terlebih dulu menjadi seperti apa yang akan diajarkannya -- itulah sebabnya seorang guru yang tidak bisa menjadi murid yang baik juga tidak bisa menjadi guru yang baik. Hanya dengan mempelajari apa yang sudah Tuhan ajarkan kepada kita, barulah kita dapat melayani sebagai teladan bagi murid-murid kita. Para guru membimbing murid-muridnya dan menunjukkan kebenaran dalam tindakannya terhadap mereka. Singkatnya, mereka meneladani kehidupan Kristen. Pelayanan Yesus di dunia ini hanya berlangsung selama tiga tahun. Namun dalam waktu yang singkat itu, Dia menyiapkan sekelompok murid pilihan untuk melanjutkan pekerjaan-Nya setelah kenaikan-Nya. Dengan demikian, apa yang telah Kristus kerjakan dalam tiga tahun tersebut sangatlah penting. Dia harus membawa sekelompok kecil orang dengan berbagai latar belakang dan pengetahuan dan melengkapi mereka untuk menggenapi tugas terpenting yang pernah diberikan kepada dua belas orang. Teladan adalah bagian penting dari pengajaran pelayanan Kristus. "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus- Nya memberitakan Injil." (Markus 3:13-14) Perhatikan bahwa suatu bagian penting dari proses belajar para murid adalah bahwa mereka ada bersama-sama dengan Dia. Pada saat para rasul mempelajari perintah yang diucapkan Kristus, waktu yang mereka habiskan pada saat Kristus hadir juga merupakan hal penting. Karena dengan melihat pelayanan Yesus, mereka mendapat suatu pemahaman lebih daripada apa yang terkandung dalam kata-kata yang mereka dengarkan. Mereka mengasihi dan mengikuti Guru mereka. Dan karena itu yang terjadi, kemampuan pelayanan mereka juga terbangun. Kristus mengajar murid-murid-Nya melalui "siapa" dan "apa" Dia sebagaimana yang Dia sampaikan. Pemuridan adalah suatu bentuk pengajaran dengan dampak yang lebih luas dari pengajaran. Dengan kata lain, pengajaran ini juga dilakukan dengan membangun hubungan pribadi dengan murid. Pada akhirnya, tujuan pemuridan adalah untuk memasukkan kualitas positif guru ke dalam hidup para murid. Ketika Kristus memuridkan para pengikut-Nya, Dia menjelaskan dampak pengajaran yang benar. "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya." (Lukas 6:40) Seperti itulah yang terjadi dalam pelayanan Kristus. Murid-murid-Nya hidup bersama dengan Dia, belajar dari-Nya, dan menjadi seperti Dia. Sifat dan komitmen Yesus memiliki efek yang dapat ditularkan kepada sebelas dari kedua belas pengikut-Nya. Dan pada tahun-tahun berikut setelah kebangkitan-Nya, kelompok kecil ini mengubah dunia (Kis. 17:6). Sekarang ini kita hidup dan melayani Kristus karena dampak dari pelayanan mereka dan orang-orang yang mengikut Dia. Rasul Paulus juga memuridkan mereka yang diajarnya. Dia mengajar Timotius dengan penuh kasih, seperti seorang bapa mengajar anaknya: "kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau." (1Tim. 1:2) Karena kata-katanya benar-benar menyentuh, jelaslah bahwa Paulus benar-benar memberikan perhatian penuh kepada mereka yang diajarnya. "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (1Tes. 2:8) Berdasarkan ayat di atas, Paulus mendorong jemaat di Filipi dan Korintus untuk hidup meneladani dia dan guru-guru Kristen lain yang telah mereka kenal. "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi 3:17) "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1Korintus 11:1) Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa pengajaran yang alkitabiah lebih dari sekadar memindahkan isi. Tentu saja, kita tidak boleh meremehkan pentingnya isi Alkitab, namun pesan kebenaran itu tidak dapat dipisahkan dari orang yang memberitakan kebenaran itu. Alkitab adalah kebenaran Allah dan wahyu yang akurat -- apakah itu diajarkan atau tidak, dipahami atau tidak, bahkan dibaca atau tidak. Namun untuk mengajarkan kebenaran ini dengan efektif, Alkitab harus ditunjukkan dan diterapkan dalam kehidupan guru. Demikian pula dalam pelayanan Yesus Kristus dan ajaran Paulus. Pelajaran ini harus dilanjutkan dalam pelayanan kita sekarang ini. (t/Ratri) Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber: Judul buku : Make Your Teaching Count Judul artikel asli : Teaching through Example Penulis : Wisley R. Willis Penerbit : Victor Books, USA 1986 Halaman : 34 - 37 ^o^ ARTIKEL (2) ---------------------------------------------------^o^ ^ TELADAN GURU ^ ============ Roh Allah menerapkan kebenaran-kebenaran firman itu pada kehidupan murid-murid. Akan tetapi, seringkali Roh Kudus memakai guru untuk menjelaskan arti sebuah pelajaran, baik dengan teladan maupun dengan sikapnya. TINDAKAN Tidak seorang guru pun yang bisa berhasil menyampaikan kebenaran kalau dia tidak menerapkannya pada dirinya sendiri. Murid-murid harus senantiasa melihat teladan hidup guru mereka yang mempraktikkan nilai-nilai Alkitab yang hendak diterapkan pada mereka. Hal ini penting sekali dalam pengajaran Kristen. Jika murid- murid akan belajar dari Kristus, guru-guru sendiri harus pasti bahwa mereka mengenal-Nya dan hidup seperti yang diinginkan-Nya. Pengajaran Tuhan Yesus selalu disertai oleh pernyataan kebenaran yang diajarkan-Nya. Dia memberikan contoh tentang kerendahan hati dengan mencuci kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:14). Dia sering mengajarkan tentang pengampunan (Matius 6:15, 18:21, 22), dan dengan pandangan-Nya yang penuh pengampunan itulah, Petrus belajar arti pengampunan yang sesungguhnya setelah dia menyangkal Tuhannya (Lukas 22:61, 62). Kristus memperlihatkan pengampunan di atas kayu salib ketika Dia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Bahkan kepala pasukan yang kejam mengakui bahwa Yesus itu orang yang benar (Lukas 23:47). Kristus mengajarkan tentang doa, tetapi murid-murid-Nya tidak memahaminya sampai "pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya" (Lukas 11:1). SIKAP Kebenaran diteruskan melalui hubungan maupun melalui kata-kata. Penyelidikan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa sikap murid SMP terhadap Allah tidak bergantung kepada jumlah pengetahuan Alkitab mereka. Sikap mereka bergantung kepada sikap orang tua mereka terhadap Allah. Guru juga meneruskan sikap-sikap melalui hubungan yang sering dengan para murid. Seringkali guru lebih memengaruhi kehidupan muridnya lewat sikap perilakunya dari pada dengan perkataannya. Banyak pemuda yang memberi kesaksian bahwa meskipun mereka sudah lupa akan pengajaran yang diterima pada masa mudanya, mereka tidak bisa melupakan teladan hidup seorang guru yang saleh. Kehidupan keseharian guru harus menunjukkan pengajarannya agar dapat berkesan dalam pikiran dan hati murid-muridnya. Kebenaran yang tidak menolong guru, tidak akan menolong murid-muridnya juga. Pelajaran itu harus memengaruhi guru terlebih dulu sebelum pelajaran tersebut dapat menjadi berkat bagi kelasnya. Guru dapat memeriksa dirinya sendiri dengan menanyakan, "Apa yang telah diajarkan oleh pelajaran ini kepada saya? Apakah saya lebih memenuhi syarat untuk pekerjaan saya karena saya telah mempelajari pelajaran ini? Apakah saya memberi teladan dalam kebenaran yang saya ajarkan kepada murid-murid saya?" Inilah bagian yang sangat penting dari persiapan seorang guru. Sumber diedit dari: Judul Buku : Teknik Mengajar Judul Artikel: Teladan Guru Penerbit : Gandum Mas, Malang 1986 Halaman : 97 - 98 ^o^ TIPS ----------------------------------------------------------^o^ ^ MENJADI TELADAN ROHANI ^ ====================== Anak sekolah Minggu pasti akan merasa senang melihat guru mereka bersikap baik, murah senyum, dan sikap-sikap baik lainnya. Sikap- sikap yang tampak itu memang dapat menjadi awal yang baik untuk menjalankan peran kita sebagai seorang teladan bagi setiap murid. Namun, apakah ada hal yang lebih dalam lagi selain sikap lahiriah yang dapat kita tunjukkan kepada anak-anak sekolah Minggu? Bagaimana kita bisa menjadi teladan yang sejati untuk meletakkan dasar pertumbuhan rohani yang sesungguhnya bagi iman anak-anak yang kita layani? Teladan rohani! Itulah yang harus dinyatakan kepada anak-anak layan agar hidup mereka pun menjadi hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Lalu bagaimana kita bisa menjadi teladan rohani bagi anak-anak tersebut? 1. Memiliki perkataan dan kehidupan yang sesuai dengan firman dan cara Allah. Secara tidak langsung seorang guru sekolah Minggu bisa menjadi gambar yang menunjukkan kepada anak-anak tentang siapa Allah itu. Oleh karena itu, usahakanlah memiliki hidup yang benar-benar mewakili semua yang Yesus lakukan dengan meneladani semua yang sudah Dia lakukan. Bila guru sekolah Minggu suka mengkritik, anak bisa menangkap bahwa Allah juga suka mengkritik. Bila saya mengasihi, Allah tentu juga mengasihi. Biasakanlah untuk mengutip ayat-ayat Alkitab pada saat berbicara dengan anak. Jika kita sudah berkomitmen untuk melayani Dia di sekolah Minggu, itu berarti kita juga harus berkomitmen penuh untuk hidup sesuai dengan teladan dari Sang Guru Agung. Mungkin sulit dan untuk itu kita sendiri butuh pergumulan rohani. Tetapi kuasa Roh Kudus pasti akan menguatkan kita untuk menjalani komitmen itu. Yesus telah memberikan teladan; itu berarti para pelayan anak pasti mampu meneladani-Nya. 2. Memiliki kehidupan bergereja yang benar. Sekolah Minggu adalah dasar gereja masa depan. Oleh karena itu, sekolah Minggu harus menjadi kelas persiapan para pemimpin gereja di masa depan. Jika kita belum memiliki kehidupan bergereja yang benar, pasti kita tidak akan memberi teladan apa-apa kepada para penerus gereja tersebut. Pastikan mereka melihat arti bergereja itu dalam diri Anda. Teladan yang dapat kita berikan antara lain dengan sering membagikan berkat rohani yang Anda terima dalam gereja. Hubungan dengan sesama rekan pelayanan menunjukkan bagaimana seharusnya anggota keluarga Allah itu berhubungan. Karena gereja adalah komunitas keluarga Allah, mendoakan gereja Anda ketika berada dalam kelas akan membuat mereka ikut melakukannya juga. Melalui kunjungan, kita juga dapat menumbuhkan persahabatan antara anak dan keluarganya untuk kemudian mencari dan memenangkan keluarga- keluarga yang belum bergereja bagi Kristus dan gereja. 3. Menerapkan terlebih dahulu pelajaran yang akan kita sampaikan. Tujuan kita mengajar tentunya agar anak-anak mengenal firman Allah dan melakukannya dalam hidup mereka sehari-hari. Kita tidak dapat menuntut anak-anak melakukan hal itu kalau kita sama sekali tidak menjadi teladan dalam melakukan apa yang kita sampaikan kepada mereka. Jika Anda mengajarkan tentang mengampuni, itu berarti anak-anak dapat melihat hal itu dalam diri Anda. Begitu juga jika Anda mengajarkan tentang memberikan persembahan, pastikan anak-anak tahu bahwa Anda memiliki disiplin rohani yang baik mengenai persembahan kepada Tuhan. Menjadi teladan memang bukan hal yang mudah. Tetapi kita pasti mampu jika kita hidup di dalam pimpinan Roh Kudus yang memberikan kekuatan pada Anda. Terutama jika Anda ingin anak-anak melihat dan mengenal Yesus melalui Anda. Oleh: Davida ^o^ KARYA ANDA ----------------------------------------------------^o^ ^ KESAKSIAN GSM: BUDI TIDAK MASUK LAGI! ^ ===================================== Di tengah gegap gempita tepuk tangan anak-anak sekolah Minggu, aku melayangkan pandangan mataku ke ruangan kelas sambil memegang pena dan sebuah buku absen. Saat pena yang kupegang membubuhkan satu tanda silang pada sebuah nama, aku langsung tertegun. Empat tanda silang yang berurutan telah menandai sebuah nama. Itu berarti, sudah empat minggu berturut-turut dia tidak datang ke sekolah Minggu. Namanya Budi. Anak lelaki yatim yang tidak bisa dikatakan hidup berbahagia. Tubuhnya kurus, pendek, dan ia masih duduk di kelas 5 SD, padahal seharusnya dia sudah duduk di bangku SMP. Rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat di mana kami mengadakan sekolah Minggu. Bisa dikatakan dia adalah anak yang paling tidak menyenangkan bila dipandang mata, setidaknya untuk mataku. "Budi mana?" tanyaku saat ibadah sekolah Minggu sudah selesai kepada seorang anak yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Budi. "Tadi sudah kuajak, Kak, tapi katanya malas!" Hatiku langsung berdesir menahan rasa kesal, "Uhhh ..., alasan itu lagi! Aku pastikan dia tidak akan mendapatkan kado Natal yang terbaik di akhir tahun nanti!" "Kak, bagaimana kalau kita mengunjungi Budi saja. Kan rumahnya dekat, Kak?" Apa! Oh tidak, dari luar saja rumahnya tidak sedap dipandang dan tampak tidak menyenangkan untuk dijadikan tempat tinggal, apa lagi kalau kita berada di dalamnya. Aku masih terdiam dan menggerutu dalam hati saat tiba-tiba beberapa anak sudah berada di sekelilingku, "Ayo Kak, katanya kalau ada teman yang sudah lama nggak ke gereja harus dikunjungi supaya mau datang lagi." "Iya, Kak. Budi itu malas, maunya nonton film kartun aja. Kalau kita ramai-ramai ke sana sama Kakak, mungkin Budi mau bertobat, Kak!" "Ehh, iiiiiiya ..., iya ..., iiya ....!" kataku terbata-bata pada anak-anak sekolah Minggu-ku yang sudah semakin banyak berkumpul untuk mengunjungi temannya yang sudah lama tidak masuk itu. Aku tertegun. Saat ini rasa kesalku berganti dengan rasa marah, rasa marah pada diriku sendiri. Oh, Tuhan ..., aku telah menjadi guru sekolah Minggu `Farisi`, hanya berkata-kata saja tanpa bisa membuktikannya dalam keseharianku. Bagaimana bisa aku menghilangkan rasa kasih yang harus kumiliki saat aku berkomitmen melayani Engkau sebagai seorang guru sekolah Minggu? Ampuni aku Tuhan! Tanpa menunggu jatuhnya linangan air mataku, aku langsung berdiri, "Ayo, kita ke rumah Budi, kita mau berdoa untuk dia." Langkahku begitu mantap. Dengan lembut kuketuk pintu kayu yang sudah mulai lapuk itu. Kakiku begitu ringan melangkah saat memasuki rumah yang gelap dan tidak berlantai itu. Aroma tidak sedap rumah itu menjadi aroma kegirangan dalam hatiku saat Budi berlari ke arahku dan menjabat tanganku. "Kenapa Budi tidak datang ke sekolah Minggu?" tanyaku. "Sakit panas, Kak!" Langsung aku sentuh dahinya. Tidak panas! Dan, raut wajahnya pun tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sakit. Suara anak-anak sekolah Minggu yang ikut dalam kunjungan itu pun kudengar berbisik- bisik menyangsikan pengakuan Budi. Aku tahu dia berbohong, tetapi kukendalikan diriku karena aku sangat tidak suka dibohongi. Dengan memegang tangannya, aku berkata, "Kalau begitu kami akan mendoakan kamu ya, Budi!" Minggu berikutnya, kembali kulayangkan pandanganku ke setiap bagian dalam ruangan sekolah Minggu yang penuh dengan gegap gempita tepukan tangan anak-anak yang dikasihi Tuhan. Dan, pena yang kupegang tidak menorehkan tanda silang lagi pada sebuah nama anak lelaki yang hari ini tampil begitu manis dan bersih. Saat kulihat sukacita di wajah Budi hari itu, aku seperti melihat wajah Yesus tersenyum padaku. Aku adalah salah satu contoh hamba yang tidak setia, tetapi diberikan kesempatan oleh Tuannya untuk memperbaiki sikap dan hati dalam melayani-Nya lebih sungguh lagi. Ampuni aku Tuhan karena hampir menolak seorang anak yang mau datang kepada-Mu dan gagal menjadi teladan bagi domba-domba-Mu. Kiriman dari: <Welni(at)> ^o^ WARNET PENA ---------------------------------------------------^o^ ^ MSSS CRAFTS MISSION STATEMENT ^ ============================= http://www.mssscrafts.com/ Situs ini dibuat khusus untuk menampilkan bahan-bahan dan ide dalam membuat keterampilan tangan di Sekolah Minggu. Ide-ide kreatif yang didapat dari situs ini ditujukan untuk menjadi alat pendukung bagi lebih dari 100 cerita Alkitab dan aktivitas Sekolah Minggu lainnya. Untuk melengkapi para guru Sekolah Minggu dalam mengajar, ditampilkan pula artikel-artikel dan tips-tips mengajar. Silakan gali lebih banyak ide dalam situs ini dengan berkunjung sekarang juga. [Kiriman dari: Davida] ^o^ MUTIARA GURU --------------------------------------------------^o^ Yesus sudah terlebih dahulu menjadi teladan bagi kita agar kita juga bisa menjadi teladan bagi domba-domba kecil-Nya. ^o^----------------------------------------------------------------^o^ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ^o^----------------------------------------------------------------^o^ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |