Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/198

e-BinaAnak edisi 198 (7-10-2004)

Mengasihi Allah

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><

Daftar Isi:                                     Edisi 198/Oktober/2004
~~~~~~~~~~~
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL              : Menyatakan Kasih Allah kepada Anak
    o/ BAHAN MENGAJAR (1)   : Kasih Allah: Pencipta kepada Ciptaan
    o/ BAHAN MENGAJAR (2)   : Aku Mengasihi Yesus
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Sharing Ide Acara SM
    o/ MUTIARA GURU

=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam dalam kasih setia Tuhan,

  Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama adalah ajaran Kristus yang
  harus kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada saat
  mengajar SM, kita pun harus sering menekankan dan mengingatkan
  kepada murid-murid tentang ajaran ini.

  Berangkat dari ajaran Kristus itulah, maka dalam satu bulan ini kami
  akan mengangkat tema MENGAJARKAN ANAK UNTUK MENGASIHI sebagai pokok
  bahasan yang akan kita pelajari bersama. Topik-topik yang sudah kami
  siapkan adalah:
          * Mengasihi Allah
          * Mengasahi Keluarga
          * Mengasihi Teman
          * Mengasihi Diri Sendiri

  Sebagai topik pertama, yaitu topik "Mengasihi Allah", maka melalui
  artikel minggu ini, kita akan dituntun bagaimana mengenalkan kasih
  Allah pada anak-anak. Selain itu, ada dua Bahan Mengajar yang kami
  hadirkan untuk bisa dipakai oleh guru SM. Pertama, adalah bahan
  mengajar yang menyajikan refleksi bagi para orangtua dan seluruh
  anggota keluarga. Kedua, adalah bahan mengajar yang menyajikan
  sebuah cerita pendek yang bisa Anda ceritakan pada anak-anak SM
  Anda. Nah, Anda mendapatkan banyak berkat melalui edisi ini, bukan?
  Ok, selamat mempraktikkan!

  Tim Redaksi

                       "Jawab Yesus kepadanya:
           "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
      dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
            Itulah hukum yang terutama dan yang pertama."
                            (Matius 22:37)
          < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+22:37 >


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ ARTIKEL

               MENYATAKAN KASIH ALLAH KEPADA ANAK-ANAK
               =======================================

  Salah satu hal yang paling penting di dunia ini bagi para orangtua
  Kristen, guru SM, pelayan anak yang mengasihi Allah dengan segenap
  hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi adalah menyatakan kasih
  itu kepada anak-anak atau murid-murid mereka. Akan tetapi, kesalehan
  hidup kita belum tentu menghasilkan anak-anak atau murid-murid yang
  takut dan mengasihi Tuhan. Lalu, bagaimanakah cara terbaik untuk
  mengajar anak-anak kita tentang kasih Allah, agar mereka sendiri
  memiliki kasih dan hati yang bertaut kepada-Nya?

  Ketika kita berusaha mengajar anak-anak kita tentang kasih Allah,
  sangat mudah untuk menggambarkan Allah sebagai sahabat tanpa
  menunjukkan sifat-sifat-Nya yang lain. Jika kita terlalu menekankan
  gambaran Allah sebagai sahabat saja, kita dapat menjadikan Allah
  terlalu bersifat manusiawi. Kita bisa mengubah gambaran Allah dari
  Tuhan yang membangkitkan rasa hormat menjadi seorang bapak yang
  hebat dalam dongeng. Kita bisa menunjukkan begitu banyak kasih-Nya
  secara pribadi bagi individu, sehingga kita menghilangkan semangat
  beribadah yang kita ingini dimiliki oleh anak-anak kita.

  Kita harus mempunyai keseimbangan yang tepat dalam gambaran yang
  kita berikan mengenai Allah. Ia bukan seorang sahabat yang begitu
  mengasihi kita dan yang begitu bodoh, sehingga Ia mau memberikan
  kita segala sesuatu yang kita inginkan. Ia bukan ada untuk memenuhi
  keinginan pribadi kita. Sebaliknya, Ia juga bukan hantu yang mau
  menerkam kita. Beberapa anak menjadi ketakutan bila mereka berpikir
  tentang Allah Yang Maha Melihat dan mata-Nya terus tertuju pada
  mereka. Meskipun kita tidak ingin anak-anak kita menganggap Allah
  sebagai sebuah mesin penjual barang secara otomatis di angkasa, kita
  pun tidak ingin mereka takut kepada-Nya.

  Kita harus dengan cermat menjaga keseimbangan waktu kita untuk
  memperkenalkan Allah. Ini tidak terlalu sulit dilakukan bila kita
  menggunakan Alkitab dan mengajarkan kepada anak-anak kita seluruh
  Firman Allah. Dengan demikian, mereka tidak akan merasa ngeri dengan
  Tuhan, sebab mereka akan mengetahui bahwa Tuhan itu sama dengan
  Yesus, sahabat bagi anak-anak kecil.

  Waktu mengajarkan tentang kasih Allah, contoh yang kita berikan
  lebih penting daripada kata-kata yang kita ucapkan. Ketika saya
  masih kecil, ayah saya -- yang pada waktu itu bukan seorang percaya
  -- merupakan contoh terbaik bagi saya mengenai Bapa surgawi yang
  penuh kasih, tetapi yang banyak permintaan-Nya. Ayah membuat saya
  mudah mengerti tentang Tuhan.

  Tidak sesaat pun saya pernah meragukan bahwa ayah saya mencintai
  saya, tetapi saya juga tidak pernah menyangsikan perintahnya. Bila
  dia meminta kami melakukan sesuatu, kami tahu bahwa dia mengharapkan
  agar kami melakukannya dengan sempurna. Walaupun dia tidak pernah
  memukul kami, kami tidak meragukan wewenangnya. Pada saat yang sama,
  kasih selalu ada di sana, mendasari segala sesuatu yang dia perbuat.
  Tidak pernah saya merasa kikuk untuk datang bergayut di lutut ayah
  saya dan dikasihi serta disambut gembira.

  Demikian pula, teladan kita lebih berarti daripada kata-kata atau
  nasihat kita. Saya perlu menunjukkan pada anak-anak saya bahwa Allah
  adalah bagian yang paling penting dalam kehidupan saya. Jikalau saya
  mengajar sesuatu dan hidup saya tidak mencerminkannya, maka pasti
  pelajaran yang saya berikan tidak efektif. Allah haruslah menduduki
  tempat terpenting dalam hidup saya sendiri, sebelum saya bisa
  menunjukkannya kepada anak-anak saya bahwa memang Dia patut mendapat
  kedudukan terpenting dalam hidup mereka juga.

  Apakah saya mempunyai persekutuan pribadi setiap hari? Apakah hidup
  saya setiap hari menunjukkan bahwa saya berusaha melakukan apa yang
  Allah katakan dalam Firman-Nya? Apakah saya berusaha menjauhkan diri
  dari kejahatan? Apakah saya beribadah kepada Tuhan dengan sukacita
  setiap hari Minggu? Apakah saya memberikan perpuluhan untuk Tuhan?
  Apakah saya bertanya kepada Tuhan pada waktu saya harus membuat
  keputusan atau pada waktu saya memerlukan pertolongan? Apakah saya
  memuji Dia karena kebaikan-Nya? Apakah saya membicarakan Dia dengan
  rasa cinta dan gembira?

  Kita harus mengajarkan anak-anak kita mengenai kasih dan ketaatan
  yang harus berjalan bersama-sama. Kita tidak bisa berkata bahwa kita
  mengasihi Tuhan tetapi tidak menuruti Firman-Nya. Segera setelah
  kita memberi dasar Alkitabiah yang baik kepada anak-anak kita agar
  mereka mengetahui apa yang Allah harapkan dari mereka, untuk
  selanjutnya, hendaknya kita mengharapkan agar mereka taat.

  Saya kira, kita tidak bisa meyakinkan anak-anak kita untuk mengasihi
  Tuhan jika kita membiarkan mereka tidak menaati kita. Orangtua tidak
  perlu bersifat keras dan menuntut macam-macam, tetapi mereka perlu
  memegang pimpinan. Anak-anak harus mengetahui batas-batas ketaatan
  mereka dan menaati batas-batas tersebut. Ketaatan mereka haruslah
  bersifat konsisten.

  Salah satu hal yang paling berbahaya kita lakukan pada anak-anak
  kita adalah jika kita tidak konsisten. Kita berkata, "Inilah
  peraturan," kemudian kita memberlakukannya pada kesempatan tertentu
  dan pada kesempatan lain membiarkan peraturan tersebut diabaikan.
  Hal ini membingungkan anak-anak itu. Bila kita menetapkan peraturan,
  kita harus menjaga agar peraturan itu ditaati.

  Adalah kejam bila kita membiarkan anak-anak tumbuh tanpa disiplin.
  Saya ngeri setiap kali saya melihat orangtua membiarkan anak-anak
  mereka berkuasa di rumah -- menuntut macam-macam, manja, dan kasar.
  Saya ingin tahu bagaimana anak-anak semacam itu akan pernah belajar
  untuk membiarkan Allah memimpin hidup mereka, bila tidak pernah ada
  orang lain yang memberlakukan disiplin kepada mereka.

  Kita harus mengakui bahwa iman bersifat pribadi. Tidaklah cukup bila
  seorang anak hanya dibesarkan dalam keluarga yang ayah dan ibunya
  percaya pada Tuhan. Masing-masing anak harus menyerahkan diri secara
  pribadi kepada Tuhan Yesus Kristus. Saya kira anak-anak benar-benar
  belajar mengasihi Allah, hanya setelah mereka membuat keputusan ini.

  Kita tidak bisa memberi iman pribadi kepada anak-anak. Iman ini
  berasal dari Allah sendiri, yang memberikan Roh-Nya di dalam kita
  dan membuat kita sadar bahwa kita adalah anak-anak-Nya (Roma
  8:15-17; Galatia 4:6). Melalui Roh Kudus, Dia menarik kita lebih
  dekat pada-Nya, kemudian kasih kita bagi-Nya akan bertumbuh dan
  berkembang. Kita harus berhati-hati untuk tidak merasa puas dengan
  iman bekas pakai pada anak-anak kita. Kita perlu memastikan bahwa
  masing-masing anak mencapai tingkatan untuk membuat keputusan
  pribadinya.

  Walaupun demikian, kita hendaknya tidak mendorong mereka untuk
  membuat keputusan itu sebelum anak tersebut siap. Sesungguhnya,
  keputusan itu harus timbul dari keinginan si anak, bukan keputusan
  yang dipaksakan atau dipengaruhi oleh ayah dan ibu. Seringkali, kita
  harus menahan diri dengan memberikan kesempatan, tetapi tidak
  memaksakan penyerahan diri ini sampai individu tersebut siap.
  Kadang-kadang, hal ini akan berarti lebih banyak waktu berdoa di
  kamar kita daripada berurusan langsung dengan anak tersebut.

  Anak-anak memerlukan dasar yang kuat dari Alkitab. Mereka perlu
  mengenal betul cerita-cerita, baik dalam Perjanjian Lama maupun
  dalam Perjanjian Baru. Mereka perlu melihat Allah sebagai hakim dan
  sebagai sahabat. Yang paling utama, anak-anak perlu melihat bahwa
  Allah, dalam seluruh hubungannya yang beraneka ragam dengan manusia,
  mengasihi mereka. Ketika Allah menghukum dunia, ini adalah karena
  kasih-Nya, sama seperti bila Ia menjawab setiap permohonan doa,
  sebab hanya melalui penghukumanlah, bumi ini bisa dipulihkan kepada
  kebaikan semula yang Allah tetapkan untuk umat-Nya.

  Charles Galloway meringkaskannya dengan baik, "Kebutuhan untuk
  mengasihi dan dikasihi merupakan keinginan paling sederhana dari
  semua manusia. Manusia memerlukan kasih seperti ia memerlukan
  matahari dan hujan. Ia akan binasa tanpa hal itu. Kerinduan utamanya
  adalah dikasihi dan bisa mengasihi. Tidak ada kebutuhan lain yang
  benar-benar demikian berarti bagi kodrat hidupnya." (Lloyd Cory,
  comp, Quote Unquote [Wheaton, III.: Victor Books, 19771])

  Seorang anak tentu memerlukan kasih -- kita semua mengetahuinya.
  Bahkan, seorang bayi yang baru lahir tidak akan bertumbuh dan
  berkembang tanpa kasih. Dunia kedokteran semakin banyak menemukan
  bukti betapa hebatnya perasaan dikasihi dan diterima itu berhubungan
  dengan kesehatan fisik kita. Jika seorang anak sungguh-sungguh
  merasa bahwa Allah mengasihinya, maka ia juga akan belajar untuk
  mengasihi Allah. Membimbing mereka untuk semakin hari bisa lebih
  mengasihi Allah merupakan tugas kita sebagai orangtua maupun guru
  SM-nya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku : Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen
  Penulis    : Janette Oke
  Penerbit   : Kerja Sama antara Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, dan
                  YAKIN, Malang, Bandung, dan Surabaya, 2002.
  Halaman    : 361 - 364


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ BAHAN MENGAJAR (1)

                 KASIH ALLAH: PENCIPTA KEPADA CIPTAAN
                 ====================================

  Refleksi untuk Orangtua:
  ------------------------

  Oh ... Allah yang senantiasa setia menepati janji,
  Engkau mengenalku luar dan dalam.
  Di dalam-Mu tak ada kepalsuan yang mampu bertahan.
  Aku adalah aku di hadirat-Mu.

  Engkau mengasihiku dengan kelemahlembutan yang membuai jiwaku dekat
  detak lembut jantung-Mu. Hampir-hampir aku tak dapat memahaminya!
  Namun aku tak perlu bertanya-tanya. Bukankah Engkau adalah sumber
  segala kelemahlembutan dan saat-saat indah?

  Aku lelah dan gelisah menghadapi tuntutan-tuntutan hidup hari ini.
  Namun Engkau ada bersamaku. Kehadiran-Mu bagaikan olesan balsam yang
  meredakan ketegangan karena kekuatiran.

  Oh Tuhan,
  setiap tarikan napas dan pandangan hanya ditujukan bagi keagungan-Mu
  sebagai Pencipta yang kudus. Bagaimana mungkin Engkau dalam segenap
  kemuliaan-Mu bersedia mendampingiku dalam suka dan duka, bersama
  anak-anak dan keluarga, di saat bekerja maupun bersantai?

  Mengapa Engkau mengejarku hingga ke sudut-sudut paling gelap dari
  hati, pikiran, dan segala niatku? Sedalam itukah Engkau mengasihiku?
  Allah yang Pengasih, aku tiada berarti bila dihadapkan pada
  kerendahan hati dan kemuliaan-Mu. Aku mengagumi jalan-jalan-Mu, yang
  setia dan tetap.

  Kupersembahkan segenap hidupku kepada-Mu ... karena sebagai makhluk
  ciptaan-Mu hanya ini yang dapat kuberikan kepada Sang Pencipta.
  Tetapi Tuhan yang baik, tangan-Mu adalah tempat perlindungan yang
  aman. Kupersembahkan diriku karena Engkau menginginkan aku. Tak
  seorang pun yang menginginkanku begitu rupa, sehingga rela mati
  bagiku. Aku tahu Engkau tak akan pernah menolakku, menghargaiku
  hanya berdasarkan kebaikanku atau mencelaku dengan tatapan-Mu.

  Allahku, Engkau membuka hati bagiku, dan demikian pula Tuhan, aku
  membuka hati bagi-Mu. Oh ... betapa aku mengasihi-Mu, ya Allah,
  sebab Engkau terlebih dahulu mengasihiku. Amin.

  Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga
  ---------------------------------------

  Mungkin kamu berbicara kepada Allah sepanjang waktu. Sebaliknya,
  mungkin kamu tak pernah memikirkannya. Di bawah ini, ada sebuah doa
  sederhana yang dapat kamu pergunakan ketika kamu tidak menemukan
  kata-kata untuk diucapkan kepada Tuhan.

  Allah, dengan kehangatan dan jamahan-Mu
  Engkau begitu mengasihiku, terima kasih banyak.

  Untuk burung-burung, pohon-pohon, dan angin sepoi-sepoi di musim
  panas, terima kasih banyak.

  Untuk segala ikan, unggas, dan burung hantu, terima kasih banyak.

  Untuk siang dan malam, saat belajar dan bersantai, terima kasih
  banyak. Amin.

  Pelajaran:
  ----------

  HARI 1: IMAJINASI ALLAH
  Kejadian 1:1-2:3

  1. Apa yang Allah rasakan tentang segala sesuatu yang telah Dia
     ciptakan?
  2. Apa yang akan kamu ciptakan saat ini, seandainya kamu memiliki
     kuasa untuk melakukannya? Mengapa?

  HARI 2: KESUCIAN ALLAH
  Keluaran 3:1-15

  Musa melarikan diri dari Mesir, setelah membunuh seorang Mesir dan
  dikejar-kejar oleh Raja Firaun sebagai seorang pembunuh. Ia lalu
  menetap di Midian bersama Yitro dan menikah dengan putri Yitro yang
  bernama Zipora.

  1. Nama atau sebutan apa yang Allah ingin agar diingat dari generasi
     ke generasi? Bagaimana nama itu dapat menggambarkan pribadi
     Allah?
  2. Jika ada satu kata atau frasa yang dapat menggambarkan tentang
     dirimu, kata apakah itu?

  HARI 3: PERINTAH ALLAH
  Ulangan 6:1-9

  1. Apakah perintah yang perlu diulang terus-menerus?
  2. Jika kamu dapat benar-benar mengikuti perintah ini, apakah yang
     akan tampak dari hidupmu?

  HARI 4: JALAN DAN PEMIKIRAN ALLAH
  Yesaya 55:1-13

  Perikop ini berisi pujian sukacita dan kemenangan yang dipakai untuk
  merayakan pemulihan Israel yang segera tiba.

  1. Dalam hal apa saja jalan dan pemikiran Allah berbeda dengan jalan
     dan pemikiran kita?
  2. Pikirkanlah tentang suatu situasi dalam masyarakat, bangsa, atau
     dunia yang di dalamnya terdapat pertikaian antara dua pihak.
     Ceritakanlah perasaanmu terhadap masing-masing kelompok.
     Menurutmu, apa yang Allah rasakan terhadap situasi semacam itu?
     Berdoalah bagi kedua kelompok itu, agar tercapai perdamaian dan
     pemulihan di antara mereka.

  HARI 5: ALLAH MENJADI MANUSIA
  Yohanes 1:1-18

  1. Karena tak seorang pun pernah melihat Allah, bagaimana kita dapat
     mengenal Allah?
  2. Bagaimana orang dapat mengenal Allah melalui kamu?

  HARI 6: KASIH ALLAH
  1Yohanes 4:7-21.

  1. Mengapa kita mengasihi?
  2. Bagaimana kamu menunjukkan kasih kepada orang lain?
     Apa saja yang membuat kamu merasa dikasihi?

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku : Belajar Bersama
  Penulis    : Janice Y. Cook
  Penerbit   : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1999
  Halaman    : 109 - 111


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ BAHAN MENGAJAR (2)

                         AKU MENGASIHI YESUS
                         ===================

  Aku mengasihi Yesus, bukan hanya dengan lagu.
  Dengan segenap hatiku, kucinta Kau.
  Walau aku masih kecil, tapi Tuhan mengasihi.
  Aku mengasihi Yesus selamanya ...."

  Demikian senandung Tirza di pagi itu, yang terdengar dari kamar
  mandi. Selesai mandi, berpakaian, dan sarapan, Tirza segera ke ruang
  tamu menunggu Papa selesai menyiapkan kendaraan untuk mengantarnya
  ke Sekolah Minggu. Namun, apa yang dilihatnya di ruang tamu
  membuatnya sangat terkejut. Karena, majalah "KITA" yang dipinjamnya
  dari perpustakaan Sekolah Minggu sedang dirobek-robek Titus,
  adiknya.

  "Aduh! Titus kok nakal sekali, sih! Mama ... lihat, nih!"
  teriaknya dengan kesal.

  Tentu saja Titus yang belum genap berusia dua tahun itu terkejut dan
  menangis. Ketika mama datang, dia langsung berlari dan memeluk mama.
  Mama menggendongnya dan berusaha menenangkannya. Sementara itu,
  Tirza memungut dan membereskan robekan majalah itu sambil
  menggerutu.

  "Aduh! Bagaimana, nih? Ini kan Tirza pinjam dari perpustakaan
  Sekolah Minggu," gerutu Tirza hampir menangis.

  Ketika Titus sudah mulai tenang, mama menyuruh Tirza duduk dan
  bicara kepadanya. "Tirza," kata mama, "Tidak baik bersikap begitu
  pada adikmu. Dia kan masih kecil."

  "Tapi Titus memang nakal, Ma!" sahut Tirza dengan muka masih
  cemberut, "Kemarin bando Tirza dipatahin, kemarin lagi buku
  pelajaran Tirza dicoret-coret. Sekarang, majalah Tirza yang dirobek.
  Lagipula, ini kan milik perpustakaan Sekolah Minggu. Apa nggak
  keterlaluan itu, Ma?!"

  "Sebenarnya, di mana Tirza meletakkan majalah itu?" tanya Mama.
  "Di atas meja ruang tamu ini," jawab Tirza.
  "Biasanya majalah-majalah itu diletakkan di mana?" tanya Mama lagi.
  "Ngng ... di rak majalah, Ma. Tapi Tirza lupa, Ma. Semalam habis
  baca Tirza ngantuk sekali. Jadi lupa," jelas Tirza.
  "Nah, ini terjadi akibat kelalaian Tirza juga, kan?" kata mama.
  "Iya, tapi Ma ...," Tirza bersikeras.
  "Sudahlah," sahut Mama, "Nanti kita beli saja yang baru sebagai
  gantinya. Sudah jam tujuh, kamu jadi ke gereja, kan? Papa sudah
  siap, tuh!"
  "Tirza pergi, Ma," pamitnya pada Mama.
  "Iya, hati-hati, ya!" pesan Mama.
  Tirza mengangguk.

  Ketika tiba di gereja dan kebaktian hampir dimulai, Tirza mulai
  melupakan kejadian di rumah tadi. Dengan asyik, dia dan teman-
  temannya memperhatikan Kak Amos yang sedang membawakan Firman Tuhan.
  Firman Tuhan itu bercerita tentang kasih Allah yang sangat besar
  kepada manusia.

  Sebelum kebaktian selesai, Kak Amos memberikan dua buah ayat hafalan
  untuk mereka. Ayat itu terdapat di dalam 1Yohanes 4:20-21.

  "Ayo kita baca bersama-sama, Adik-adik! Satu, dua, tiga. 1Yohanes
  4:20 dan 21: "Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia
  membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa
  tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
  Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia:
  Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."

  Selesai membacanya bersama-sama, Kak Amos menutup kebaktian dengan
  doa.

  Selesai kebaktian, Tirza tidak langsung pulang ke rumah karena harus
  mengikuti latihan koor. Sepanjang jalan menuju ruang latihan, Tirza
  masih merenungkan kata-kata dari ayat hafalan tadi. Dia merasa
  seperti ditegur langsung oleh Tuhan melalui ayat tersebut. Sampai-
  sampai pertanyaan Kak Vivi tidak didengarnya. "Tirza, sudah
  dihafalkan puisinya?" tanya Kak Vivi untuk yang kedua kalinya.

  "Eh ... ee ... sudah, Kak Vivi" jawab, Tirza tergagap.
  "Kalau begitu, kita coba sekarang ya?" ajak Kak Vivi.
  "Baik, Kak," sahutnya.
  "Adik-adik, mari kita mulai latihannya. Siap semua? Mulai!" perintah
  Kak Vivi. Kemudian musik pun terdengar. Dan mereka mulai menyanyi.

  "Aku mengasihi Yesus, bukan hanya dengan lagu.
  Dengan segenap hatiku, kucinta Kau..."

  Pada pertengahan lagu, Tirza membacakan puisi yang indah tentang
  kasih Tuhan Yesus. Juga tentang cinta mereka pada Yesus. Di dalam
  hatinya, Tirza menyesali sikapnya pada adiknya selama ini. Dia
  merasa bahwa dirinya telah menjadi seorang pendusta.

  "Ampuni aku, Yesus," gumam Tirza dalam hati, "Ampuni aku."

  Aku sangat mengasihi-Mu. Juga Titus, walaupun dia sering membuatku
  jengkel, tapi dia anak yang pintar dan lincah. Tak seharusnya aku
  bersikap kasar padanya. Lagipula, dia masih kecil. Bapa, tolonglah
  aku untuk dapat menjadi kakak yang baik baginya. Terima kasih Tuhan.
  Amin," doanya dalam hati.

  Sepulang dari latihan koor, Tirza mampir sebentar ke toko roti di
  samping gereja untuk membeli dua batang coklat Yoyo kesukaan Titus.
  Ketika tiba di rumah, Tirza segera mencari Titus. "Titus! Dik
  Titus!" panggilnya. "Ma, Dik Titus mana, Ma?" tanyanya pada Mama
  yang sedang menyetrika.

  "Itu di kamar," tunjuk Mama, "Lagi main sama bolanya yang baru."

  Tirza segera menjumpai Titus. "Dik Titus, sedang bermain sama bola
  baru, ya? Siapa yang membelikan?" tanyanya.

  "Papa," ujar Titus sambil terus menggelindingkan mainannya.
  "Lihat, Dik! Kakak bawa apa, nih? Ayo ... mau nggak?" kata Tirza
  sambil mengeluarkan dua batang coklat Yoyo dari saku bajunya.

  "Otat Yoyo! Inta, Tak! Inta!" seru Titus kegirangan.

  "Nih! Bilang apa?" tanya Tirza sambil menyodorkan kedua coklat itu
  ke tangan Titus.

  "Ma acih, Tatak tayang," sahut Titus.

  Mama yang melihat tingkah Tirza dan Titus hanya tersenyum. "Tirza,
  ayo ganti bajunya dulu! kemudian bantu mama jaga Titus, ya!" ujar
  mama.

  "Siap, Bos!" sahut Tirza bersemangat kemudian melesat ke kamarnya
  untuk menukar pakaiannya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku    : Majalah Anak KITA Edisi 33
  Penulis Cerita: Ade Taruli
  Penerbit      : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1995
  Halaman       : 14 - 15


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: Sie Mei Ling <mulan_link@>
  >Saya mau berbagi ide sedikit untuk lebih memeriahkan suasana
  >kebaktian SM. Minggu depan saya meminta semua anak untuk memakai
  >baju warna merah dan membawa snack apa saja seharga 1000. Kecuali
  >es krim, es sirup, dan segala macam es lainnya. Kemudian semua
  >snack akan dicatat dan dinomer supaya saat pertukaran snack, tidak
  >kembali ke pemilik semula. Ini juga berlaku untuk guru SM dan
  >pemain musik. Ide ini memang sangat simple, tapi menurut saya
  >memompa kekompakan dan lebih mengenal anak2 dari kelas lain dan
  >belajar untuk menerima pemberian orang dengan ucapan syukur
  >walaupun snack itu belum tentu dia suka. Karena digereja saya
  >anaknya sekitar 50 hal ini dapat mudah diatur dan karena sebagian
  >besar dari keluarga menengah kebawah maka harga snack saya patok
  >,1000, lagipula intinya kan bukan harganya .... semacam icebreaker
  >lah ... supaya anak2 tidak bosan dengan ritual dan membuat mereka
  >terpancing setiap minggu, acara apa yang akan dibuat minggu depan
  >yach .... Selamat mencoba semoga terbekati .... Ada yang sudah
  >punya ide buat Natal?
  >Cheers
  >Mei Ling

  Redaksi:
  Wahhh ... menarik juga idenya ... :)) Bagaimana dengan rekan-rekan
  yang lain? Apakah sudah pernah mencoba? Kalau belum ide dari Sdri.
  Mei Ling ini bisa Anda jadikan ide untuk variasi dalam kelas SM Anda
  lhoo. Atau mungkin Anda punya ide lain. Bagikan ya ide kreatif Anda
  kepada rekan-rekan yang lain. Jangan lupa kirimkan ke:
  ==> staf-BinaAnak@sabda.org


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ MUTIARA GURU

                   Rencana pelajaran mingguan saya:
                    Hari ini saya akan menyisipkan
                dalam hari saya sedikitnya lima alasan
         mengapa saya harus selalu mengasihi murid-murid saya.


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
              Staf Redaksi: Davida, Tesa, Ratri, dan Oeni
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA
                       http://www.sabda.org/ylsa/
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org