Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/147 |
|
e-BinaAnak edisi 147 (9-10-2003)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 147/Oktober/2003 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Anak Suka Mencuri o/ ARTIKEL (2) : Pemberian Uang Saku: Mencegah Anak untuk Mencuri o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Apakah Ada Gunanya Menyontek? o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Harta dari Tuhan o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Informasi Gerakan Orangtua Asuh ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam damai dalam kasih Kristus, Permasalahan kedua yang sering dihadapi guru ketika mengajar anak- anak Sekolah Minggu adalah adanya anak-anak yang suka "mencuri". Ada banyak penyebab mengapa seorang anak mencuri. Para guru SM sebaiknya melakukan tindakan yang bijaksana untuk menolong anak-anak didiknya menghentikan kebiasaan yang tidak terpuji itu. Langsung menghukum bukan selalu menjadi jalan keluar yang baik, apalagi jika langsung memberikan label "pencuri" kepada si anak. Dua artikel yang kami sajikan dalam edisi ini kami harap dapat menjadi pedoman bagi guru yang ingin menolong murid-muridnya yang suka mencuri dan bagaimana menolong mereka melepaskan diri dari masalah mencuri. Sehubungan dengan topik minggu ini, maka kami juga menyiapkan dua Bahan Mengajar yang dapat guru gunakan untuk menanamkan pondasi rohani yang kuat dalam diri anak tentang apa artinya menuruti kehendak Tuhan dan bagaimana menilai harta yang bersifat kekal. Selamat melayani! Tim Redaksi "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+22:6 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) ANAK SUKA MENCURI ================= PENGERTIAN TENTANG ANAK YANG SUKA MENCURI Mencuri berarti mengambil barang milik orang lain. Dapat dikatakan bahwa hampir semua anak yang bermasalah memiliki masalah perilaku ini. Misalnya, di panti asuhan anak nakal, persentase anak-anak yang suka mencuri sangat tinggi. JENIS PENCURIAN Pencurian dapat dibagi dalam beberapa jenis: 1. Terencana --------- Pencurian ini dilakukan dengan terencana rapi sehingga tidak mudah diketahui. 2. Tak Terencana ------------- Pencurian dilakukan tanpa rencana detail. 3. Insidental ---------- Perilaku pencurian dilakukan secara tiba-tiba dan sewaktu-waktu saja. 4. Kebiasaan --------- Pencurian sudah menjadi kebiasaannya dan juga berulang-ulang dilakukan. 5. Memilih ------- Yang dicuri hanya barang-barang tertentu yang dipilihnya. 6. Asal Mengambil -------------- Barang apa saja semua dicuri, tidak peduli benda itu berharga atau tidak berharga. 7. Perorangan ---------- Pencurian dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan sendirian, tanpa diketahui orang lain. 8. Kelompok -------- Mencuri secara berkelompok dan umumnya dilakukan dalam kelompok atau geng anak-anak nakal. 9. Mencopet -------- Hampir sama dengan jenis asal mengambil (no.6), hanya dilakukan lebih terencana. 10. Merampok -------- Pencurian dilakukan dengan masuk ke rumah orang, dengan menggertak dan melakukan kejahatan. PENYEBAB MASALAH Sebab dasar dari sifat mencuri adalah karena kejatuhan manusia ke dalam dosa sehingga mengakibatkan manusia sejak kecil cenderung berbuat dosa. Dari fakta ini dapat ditemukan beberapa unsur sebagai berikut: 1. Adanya keinginan untuk memiliki. -------------------------------- Karena keinginan untuk memiliki begitu menggoda, maka anak melakukan pencurian. Keinginan ini dapat timbul karena anak sering kurang mampu menguasai diri. Ini biasa terjadi bila anak terlalu dilindungi. Anak akan lebih sering lagi mencuri bila orang tua tidak menyelidiki mengapa barang atau uang dalam rumah sering hilang, atau ibu tahu anak telah mengambil barang di toko, lalu dibayarkan secara diam-diam. Dengan demikian anak semakin terjerumus ke dalam kebiasaan yang buruk. Penyebab lain bisa karena anak lahir dari keluarga miskin. Kemiskinan telah merisaukan dirinya. Apa yang menjadi kebutuhannya tidak dapat terpenuhi, selain dengan mencuri. 2. Tidak ada pendidikan moral dalam keluarga. ------------------------------------------ Dalam keluarga harus ada pendidikan moral yang benar. Sekalipun pada hal-hal yang kecil, namun bila disertai dengan ketamakan akan merangsang anak untuk mencuri, baik itu mencuri bunga, buah, alat-alat atau barang-barang milik orang lain. Tidak adanya pendidikan moral dalam keluarga akan mudah menjadikan anak-anak mempunyai kebiasaan mancuri. 3. Sekadar menarik perhatian. -------------------------- Ada anak yang mencuri karena ingin menarik perhatian orang tua atau gurunya. Apabila ia tidak dapat memperoleh perhatian dengan cara yang benar, maka ia melakukannya dengan cara mencuri untuk memperoleh perhatian itu. Upaya menarik perhatian itu meskipun negatif, bahkan mungkin ia dimarahi atau dihukum, tetapi konsekuensi itu lebih baik daripada tidak diperhatikan. Tindakan pencurian ini lebih karena unsur kekurangan moral ketimbangan masalah kejiwaan. 4. Mengharapkan untuk diterima. ---------------------------- Kadangkala ada anak yang memiliki perasaan rendah diri, tetapi sangat berharap untuk dapat diterima, namun tidak ada bakat yang menonjol atau paras muka yang cakap yang dapat dijadikan alasan untuk diterima. Oleh karena itu supaya dapat diterima sebagai teman, ia lalu mencuri uang dan dengan uang curian, ia mengundang makan dan memegahkan diri di hadapan teman-temannya. 5. Terperangkap oleh jiwa yang memberontak. ---------------------------------------- Anak merasa tidak puas setelah ditegur dan dihukum oleh orang tua atau guru, lalu mencuri untuk melawan. Ada juga anak yang karena merasa ayah dan ibunya lebih mencintai saudara yang lain, ia mencuri untuk melawan. 6. Ingin menonjolkan rasa kebersatuan. ----------------------------------- Karena ingin menonjolkan rasa kebersatuan yang tinggi, seorang anak melakukan pencurian bersama-sama dalam satu kelompok. Dalam kelompok itu, mereka merasakan adanya suasana kebersamaan dan juga timbulnya rasa kebanggaan terhadap kepahlawanan seseorang sehingga mencuri dianggap sebagai terobosan untuk menikmati kebahagiaan. 7. Gejala penyakit. ---------------- Mencuri merupakan gejala penyakit. Ini mungkin terjadi karena konflik dalam jiwanya sehingga mengalami karakter yang terbagi dan perilakunya berbeda dengan biasanya. PENYELESAIAN MASALAH Bagaimana membantu anak untuk mengatasi masalah kebiasaan suka mencuri ini? Diharapkan beberapa cara penyelesaian di bawah ini dapat memberikan petunjuk kepada orang tua dan guru. 1. Mencukupi kebutuhan anak. ------------------------- Banyak anak suka mencuri karena keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang tua mengoreksi diri, apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi? Kelalaian itu bisa terjadi dalam bentuk: tidak memberi makanan yang bergizi, atau tidak menyediakan alat tulis yang dibutuhkan, atau keperluan sehari- hari lainnya. Semuanya itu akan membuat anak tergoda untuk melakukan pencurian. 2. Memberi perhatian yang cukup. ----------------------------- Ada pencurian karena adanya ketidakstabilan dalam jiwa anak. Orang tua yang sibuk hanya tahu mencukupi kebutuhan anak secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohaninya. Bila anak itu sehat, puas dan stabil jwanya, tidak mungkin ia mencuri untuk mencari perhatian orang dewasa. 3. Mengenali pergaulan anak. ------------------------- Ketika diketahui anak mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya. Apakah ia bergaul dengan teman- teman yang berperangai buruk, yang menganggap mencuri itu satu keberanian atau mereka diancam untuk mencuri. Jika benar teman- teman itu yang bermasalah, maka dengan sabar orang tua harus mengajar anak dan menjelaskan akibat buruk dari mencuri itu. 4. Menyelidiki motivasinya. ------------------------ Selain unsur di atas, mungkin masih ada motivasi yang tersembunyi yang mendorong anak itu mencuri. Cobalah untuk mengetahui kehidupan sosial anak itu, mungkin mereka sedang berpacaran atau sedang terjerumus pada obat-obat terlarang seperti: ganja atau minuman keras. Bila orang tua dengan teliti menyelidiki motivasi anak mencuri, maka akan lebih mudah mengatasi masalahnya. 5. Memasukkan konsep nilai yang benar. ----------------------------------- Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai dengan teladan yang baik supaya anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain. Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur barangnya sendiri. 6. Melakukan usaha secara bersama. ------------------------------- Jika anak sendiri tidak berniat untuk membuang kebiasaan yang jelek, meskipun orang tua atau guru memaksa atau menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah untuk bekerja sama dengan anak, menasihati dan menjelaskan sebab-akibat dari tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa dilakukan, kemudian berdoalah bersama mereka agar bersandar pada anugerah Tuhan untuk hidup dalam kemenangan. 7. Mendidiknya dalam kebenaran. ---------------------------- Bunyi perintah dalam Sepuluh Hukum Allah sangat jelas, "Jangan mencuri!" (Kel. 20:15). Hati nurani manusiapun berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila anak itu dalam kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia tetap dikasihi, apalagi oleh Allah. Apabila sebagai orang dewasa dapat memaafkan mereka, maka Allah pun dapat mengampuni mereka. Pujilah Tuhan, seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, bahwa "segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13). Setelah dibimbing, anak mungkin masih dapat lupa dan jatuh lagi, tetapi dengan seringnya diingatkan serta diawasi dan didoakan, tetap ada pengharapan bahwa Allah akan mengubah mereka dan mengenakan jubah yang baru kepada mereka sehingga buah kebenaran dihasilkan melalui dan di dalam hidup mereka. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Menerobos Dunia Anak Pengarang : DR. Mary Go Setiawan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000 Halaman : 145 - 150 ********************************************************************** o/ ARTIKEL (2) Berikut ini adalah artikel yang perlu dibaca bukan hanya oleh orangtua saja tetapi juga oleh guru-guru Sekolah Minggu. Jika penyebab anak mencuri adalah karena masalah pemberian uang saku maka guru perlu bekerjasama dengan orangtua untuk menolong anak keluar dari masalah yang dihadapinya. PEMBERIAN UANG SAKU: MENCEGAH ANAK UNTUK MENCURI ================================================ Jika kita mendapati anak kita ternyata suka mencuri, jangan langsung menghukum mereka dengan keras. Ada baiknya kita selidiki terlebih dahulu penyebabnya mengapa dia suka mencuri. Nah, salah satu hasil penelitian kita mungkin adalah karena sang anak bermasalah dengan keuangan. Banyak orangtua yang tidak membiasakan memberikan uang saku secara teratur, mereka hanya memberikan uang kepada anak-anak secara tidak teratur dan tidak terencana, dan memberikannya hanya kalau diminta. Cara pemberian uang demikian tidak mengajarkan kepada mereka bagaimana mengelola uang. Jika setiap membutuhkan baru minta kepada orangtua, kemungkinan anak akan merasa ketakutan kalau-kalau orangtua mereka mungkin malah marah-marah, dan akhirnya mereka memutuskan untuk cari aman, yaitu dengan mencuri. Jika kita memberikan uang saku secara teratur maka masalah anak terhadap keungan, khususnya pencurian, mungkin dapat dicegah. Aturan pemberian uang saku yang ditetapkan oleh setiap orangtua mungkin berbeda. Ada yang memberikan uang saku sebagai upah untuk anak-anak karena telah menyelesaikan tugas di rumah dan tidak memberikan uang saku apabila anak-anak tidak menyelesaikan tugas tersebut. Tetapi banyak yang berpendapat kalau cara seperti itu hanya akan mendorong anak berbuat baik karena mengharapkan upah, bukan karena adanya kesadaran diri sendiri. Dan jika mereka malas menyelesaikan tugas di rumah, mungkin mereka akan terdorong untuk mencuri. Ada orangtua yang memberikan uang saku secara tetap dan teratur, mereka tidak menuntut syarat apa-apa dari anaknya. Tapi sistem ini bisa membuat anak malas tidak dapat mengajarkan kepada anak kaitan antara kerja dan upah. Rupanya pendekatan yang terbaik ialah kombinasi dari kedua cara itu. Berikan kepada anak sejumlah uang saku secara teratur dan jumlah itu harus diperhitungkan sesuai dengan berapa jumlah kebutuhan dasar mereka, ditambah lagi dengan sejumlah uang yang dapat mereka pakai sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Uang saku ini merupakan uang yang menjadi bagian anak itu dari penghasilan keluarga karena ia merupakan salah satu anggota keluarga. Selain pemberian uang saku yang teratur tersebut, si anak juga harus bertanggung jawab untuk melaksanakan beberapa tugas di rumah tangga tanpa diembel-embeli dengan upah. Jika ia tidak memenuhi kewajibannya tersebut, ia harus disiplin dengan cara lain, bukan dengan tidak memberikan uang saku. Sebagai penghasilan tambahan ia dapat diberi upah untuk pekerjaan lain di luar tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Pekerjaan lain itu adalah pekerjaan yang biasanya menggunakan jasa orang lain dan diupah, misalnya mencuci mobil atau membabat rumput. Penghasilan tambahan ini akan mengajarkan kepada anak tentang hubungan antara pekerjaan dan upah. Dan penghasilan yang diperolehnya dengan cara ini dapat dipergunakannya untuk hal-hal yang disenanginya dan bukan untuk kebutuhannya yang dasar. Selain sistem pemberian uang saku, tolonglah anak Anda agar dapat bertanggung jawab di dalam soal keuangannya. Ajarlah mereka untuk menyusun anggaran dari uang saku yang Anda berikan, doronglah mereka untuk menyisihkan satu jumlah tertentu untuk ditabung. Kadang-kadang ajaklah anak untuk ikut serta membicarakan masalah keuangan keluarga agar mereka sadar bahwa pendapatan rumah tangga itu terbatas. Kemungkinan besar jika masalah uang sakulah yang membuat anak Anda suka mencuri, pendekatan dalam paragraph di atas dapat dijadikan satu solusi untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Bagaimanapun cara Anda mengatur uang saku anak Anda, ingatlah pelajaran terbaik yang dapat dipelajari anak Anda tentang keuangan dan cara memperolehnya itu ialah teladan Anda. Ajarlah mereka untuk takut akan Tuhan dan perkuat pondasi rohani mereka. Inilah satu cara terpenting untuk menghindarkan mereka dari kebiasaan mencuri. Bahan disadur dari sumber: Judul Buku : 40 Cara Mengarahkan Anak Judul Artikel Asli: Anak-anak Anda dan Uang Saku: Apa yang Mereka Pelajari tentang Tanggung Jawab Keuangan? Pengarang : Paul Lewis Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1997 Halaman : 17 - 21 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (1) Mencuri bukan hanya mengambil sesuatu dalam bentuk benda. Menyontek merupakan satu bentuk "pencurian" yang tidak berbentuk benda, tetapi dalam bentuk mencuri hasil karya orang lain. Jelaskanlah hal tersebut kepada anak-anak SM Anda melalui cerita berikut ini. APAKAH ADA GUNANYA MENYONTEK? ============================= Dodi menggaruk-garuk kepalang dan kemudian menggosok-gosok hidungnya. Tetapi ia tetap tidak dapat mengingat jawabannya. Lalu ia melihat ke arah Nana. Nana sudah menuliskan jawabannya, dan pasti jawaban Nana benar. Nana selalu pandai mengerjakan soal-soal seperti ini. Kini yang dapat dilakukan Dodi ialah mencoba mengeser bangkunya sedikit demi sedikit ke dekat Nana dan mengintip dari atas bahu Nana. Dodi mulai beraksi. Tiba-tiba ada sesuatu di dalam dirinya yang menegur agar dia tidak melakukannya. Ia mulai melihat kertas Nana lagi. Tetapi ia tidak merasa tenteram. Renungan Singkat tentang Menyontek: ----------------------------------- 1. Menurut kamu, mengapa Dodi merasa ragu-ragu untuk menyontek? Mengapa ia tidak jadi melakukannya? 2. Menurut kamu, bagaimanakah perasaan Dodi keesokan harinya seandainya pada ulangan ini ia jadi menyontek? Bagaimanakah perasaanmu jika hal ini terjadi pada dirimu? "Saya tidak akan menyontek," Dodi bergumam. "Saya tidak akan tenang jika saya melakukannya. dan saya tahu bahwa Tuhan Yesus juga tidak akan senang dengan perbuatan saya." Maka Dodi pun menuliskan jawaban yang terbaik yang diketahuinya. Ketika ia selesai menuliskannya tampaknya jawaban itu seperti jawaban yang benar. "Kalaupun jawaban ini salah, saya tidak malu karena saya telah melakukan yang benar," pikir Dodi. Menurut kamu, apakah Dodi telah melakukan hal yang benar? Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu: ---------------------------------------------- 1. Menurut kamu, apakah Tuhan Yesus akan senang seandainya Dodi menyontek? Mengapa tidak? 2. Menurut kamu, apakah Tuhan Yesus senang dengan apa yang telah dilakukan Dodi? Mengapa? Apakah yang akan kamu katakan kepada Dodi sekarang juga? Bacaan Alkitab: --------------- Filipi 4:8,9 Kebenaran Alkitab: ------------------ Pikirkanlah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci dan semua yang manis (Filipi 4:8). Doa: ---- Tuhan Yesus, ajarlah saya agar tiak suka menyontek, karena saya tahu bahwa dengan menyontek saya sudah mencuri dan menipu diri saya sendiri. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Pengarang : V. Gilbert Beers Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 112 - 113 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (2) Ada anak-anak yang mencuri karena ia minder, tidak memiliki barang- barang sebagus milik anak yang lain. Tekankanlah kepada mereka barang-barang bagus tersebut adalah harta yang fana yang tidak kekal. Ajaklah mereka untuk selalu mengejar harta yang kekal, yaitu "Harta dari Tuhan". HARTA DARI TUHAN ================ Alat Peraga: ------------ 1. Kotak kecil yang dilapisi kertas emas. 2. Harta-harta dari Tuhan (kasih, damai sejahtera, hubungan dengan Tuhan, kebaikan, keluarga, dll.) ditulis di atas lembaran- lembaran kertas dan dimasukkan dalam kotak kecil di atas. Ayat Alkitab: ------------- 2Timotius 1:1-14 Tema: ----- Tuhan telah memberikan banyak harta. Penyampaian: ------------ Di dalam kotak ini ada harta dari Tuhan. Masing-masing kamu boleh bergiliran mengambil selembar kertas dari kotak harta ini. Lihatlah apa yang tertulis di atasnya (kasih, damai sejahtera, hubungan dengan Tuhan, kebaikan, keluarga, dll.) Seringkali, pada saat kita membayangkan harta, yang ada dalam pikiran kita adalah emas, perak, berlian, dan perhiasan lainnya. Perhiasan-perhiasan seperti itu hanya berharga kalau diukur dengan uang, tetapi Tuhan telah memberi kita harta-harta istimewa lainnya. Itulah harta yang kita peroleh dari kotak harta ini. Kita dapat merasakan harta Tuhan berupa kasih sayang dari keluarga dan teman- teman. Kita dapat melihat harta Tuhan di dalam dunia sekeliling kita. Kita dapat merasakah harta di dalam diri kita setiap saat, dan itulah harta yang paling istimewa. Kadang-kadang kita begitu sibuk dan tergesa-gesa dalam hidup kita, sehingga kita lupa, tidak merenungkan dan mengingat harta istimewa yang kita punya dari Tuhan. Harta kita yang datang dari Tuhan itu sangat istimewa dan sangat penting dalam hidup kita setiap saat. Bukalah matamu. Perhatikanlah harta Tuhan yang ada di sekelilingmu. Pada saat kamu merasakan kebahagiaan dan kasih dari keluargamu dan teman-temanmu, ingatlah bahwa semuanya itu adalah harta dari Tuhan. Berbicara kepada Tuhan dalam doa juga merupakan harta yang sangat indah. Gunakanlah harta itu sesering mungkin! Bahkan, mari kita menggunakannya sekarang juga! Doa: ---- Ya Tuhan, Engkau telah memberikan begitu banyak harga bagi kami masing-masing. Terima kasih atas harta yang Engkau berikan dan tolong kami untuk mengutamakan harta itu dalam hidup kami. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu Buku 1: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Center, 2002 Halaman : 143 - 144 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: "Imelda Juliana" <dina_imelda@> >Dear rekan-2 sekalian, >Kami ada rencana mau mengadakan program gerakan orang tua asuh, >apakah ada di antara Anda yang telah terjun mengelola program ini? >Kami ingin belajar dan mendapat informasi bagaimana pelaksanaan >yang efektif dan efisien (mencapai sasaran pada mereka yang benar- >benar membutuhkan). > >Terima kasih, GBU >Imelda Redaksi: Maaf kami kurang pengalaman dalam hal pengelolaan program orang tua asuh. Tapi, mungkin para pembaca e-BinaAnak ada yang mau menolong Sdri. Imelda? Silakan memberi masukan dengan mengirimkannya ke alamat: < staf-BinaAnak@sabda.org >, maka kami akan menyampaikannya kepada Sdri. Imelda. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih banyak jika ada rekan-rekan anggota e-BinaAnak yang bersedia menolong. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Poer Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |