ARTIKEL
Memastikan Anak Benar-Benar Mendengar Injil dan Bukan Hanya Sekumpulan Cerita Alkitab
"Kita jangan hanya mengajarkan anak-anak cerita-cerita Alkitab. Kita harus mengajarkan mereka Kisah tentang Tuhan." - Ed Stetzer
Anak-anak memiliki iman yang siap. Jangan buang-buang kesempatan itu dengan memberikan Injil humanistik.
Kita berbicara banyak tentang komunikasi kontekstualisasi Injil. Bagaimana kita membagikan kebenaran Allah yang kekal di tempat khusus untuk orang-orang khusus yang memiliki pengalaman bersama yang khusus?
Injil tidak berubah. Jadi beritanya harus tetap sama, bahkan saat metodenya disesuaikan agar lebih efektif.
Akan tetapi, seberapa baikkah kita memberitakan Injil kepada anak-anak? Saya tidak bertanya seberapa baik kita mengajarkan cerita anak-anak Alkitab, atau seberapa baik kita telah mengajarkan kebenaran moral Alkitab.
Apakah kita mengontekstualisasikan komunikasi Injil kepada anak-anak dan juga kepada orang-orang yang memiliki penampilan dan gaya hidup nyentrik dan unik di Brooklyn atau suku-suku di Tanzania?
Alkitab sebagai Kumpulan Cerita Baik
Terlalu sering kita mengajarkan Alkitab sebagai rangkaian cerita moralitas yang unik, seperti Fabel Aesop (Aesop adalah nama salah satu penulis dongeng binatang - Red.). Kita ingin anak-anak kita belajar bagaimana hidup dengan baik, lalu kita mengambil dari cerita-cerita Alkitab tentang orang-orang yang berbuat benar dan orang-orang yang berbuat salah.
Kita berharap mereka mendapatkan ide bahwa yang baik adalah Allah, yang mengarahkan pada keberhasilan, dan yang buruk adalah Setan, yang menyebabkan kegagalan. Jika anak-anak kemudian dapat hidup dan menceritakan kembali kisah dengan nama yang tepat dan poin utamanya, kita merasa seakan mereka memiliki pemahaman tentang Injil.
Gereja telah menyampaikan kepada anak-anak banyak sekali cerita yang baik, tetapi apakah kita sudah menceritakan Kisah itu kepada mereka?
Sangat mudah untuk menceritakan kisah-kisah dalam cerita, tetapi ada gambaran besar di sini. Kita kehilangan beberapa poin penting jika kita memberikan sepotong Injil seolah-olah itu adalah seluruhnya.
Saya berpikir tentang ini demikian.
Cerita besar ini dasarnya memiliki empat kejadian utama. Penciptaan, Kejatuhan, Penebusan, dan Pemulihan. Saya mengajarkan ini di gereja saya. Anda mungkin juga. Namun, bagaimana Anda mengajarkan hal ini kepada anak-anak?
Saya seorang ayah dari tiga anak perempuan. Kenyataannya adalah saya tidak ingin mereka hanya tahu salah satu bagian dari cerita besar Allah. Dia memberi kita Firman-Nya yang memberitahukan tentang rencana-Nya yang besar dan mengagumkan, dari ayat pertama sampai terakhir. Saya ingin mereka tahu Kebenaran, bukan hanya satu atau dua kebenaran.
Injil Adalah Tentang Apa yang Allah Lakukan
Kita tidak menangkap aliran dari Allah jika kita hanya mengambil Alkitab di bagian-bagian yang terpisah. Dan, aliran itu penting untuk pemahaman bahwa Injil bukan hanya sekelompok ide, melainkan rencana yang telah dirancang dan dilaksanakan oleh Allah yang penuh kasih untuk menyelamatkan manusia.
Gagasan-gagasan tidak bersifat pribadi seperti rencana. Rencana membentang di sepanjang Kitab Suci. Jadi, misalnya, kita mendengar Yesus berkata dalam 1 Korintus 11, "Cawan ini adalah Perjanjian Baru yang dalam darah-Ku. Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku."
Namun, kita tidak ingat bahwa Musa berkata, "Darah ini adalah simbol dari perjanjian," dalam Perjanjian Lama. Kita tidak akan mengerti mengapa Abraham diminta untuk mengorbankan Ishak jika kita tidak mengerti apa yang akan terjadi ketika Allah Anak diutus oleh Allah Bapa menjadi korban yang sempurna untuk dosa-dosa kita. Keterkaitan ini terjadi di sepanjang Alkitab.
Ketika kita menganggap Alkitab sebagai rangkaian cerita moralitas yang terpisah, kita berpikir tentang 66 buku dengan ratusan, bahkan ribuan, cerita yang terkandung di dalamnya. Pada kenyataannya, tidak ada ribuan cerita. Tidak ada 66 cerita. Bahkan, tidak ada dua cerita Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Akan tetapi, yang ada adalah satu cerita dan itu adalah kisah sejarah mengenai apa yang Tuhan lakukan - kisah penebusan.
Injil Bukan Program Membantu Diri Sendiri
Bagian dari tantangannya adalah di tengah-tengah mengabarkan Injil. Kita ingin mengajarkan moral kepada anak-anak, tetapi kita tidak ingin mereka menjadi moralis. Namun, itu adalah segi agama dominan budaya kita hari ini - deisme moralis terapis.
Christian Smith menciptakan istilah ini.
Moralisme adalah gagasan bahwa Tuhan di luar sana menginginkan Anda menjadi orang yang baik. Ini juga terapi. Ini membuat Anda menjadi orang yang lebih baik. Sebenarnya adalah baik bagi Anda untuk memiliki beberapa spiritualitas dalam hidup Anda. Dan, deisme hanyalah keyakinan pada beberapa Tuhan yang melakukan sesuatu/di luar sana.
Sementara banyak orang tidak akan mengidentifikasi diri sebagai Deists terapi moralis, tetapi itulah mereka, secara praktis.
Mereka sering mendapatkan teologi mereka dari berbagai sumber, termasuk Alkitab. Namun, mereka mengambil dengan memilih cerita-cerita Alkitab yang selaras dengan pandangan mereka dan mengadopsi moralitas yang ditemukan dalam cerita. Ini akan membuat mereka merasa lebih baik dan menyenangkan Tuhan. Misi selesai.
Akan tetapi, itu bukan misi kita. Itu bukan keinginan kita.
Injil adalah bahwa orang-orang berdosa telah diselamatkan, dan merupakan bagian dari keluarga orang percaya yang meneguhkan dan melengkapi satu sama lain untuk datang kepada orang-orang berdosa lainnya dan memberi tahu mereka tentang Juru Selamat. Alkitab mengatakan kepada kita bagaimana Allah telah mencari dan menyelamatkan orang-orang mulai dari Taman pertama ke Kota Abadi. Kita memiliki hak istimewa untuk mengatakan itu kepada orang lain, termasuk anak-anak.
Kontekstualisasi untuk Anak-Anak Adalah Penting
Saya bukan pendeta anak-anak dan tidak memiliki gelar Ph.D. dalam pedagogi pendidikan.
Namun, saya bisa mengatakan bahwa kita tidak boleh membiarkan fakta bahwa anak-anak masih belajar bagaimana untuk belajar menjauhkan kita dari menyampaikan seluruh nasihat Allah kepada mereka. Ketika Yesus mengajarkan tentang penerimaan kita akan Injil, Dia mengatakan bahwa kita harus menjadi seperti anak-anak.
Anak-anak dirancang untuk mendengar hal-hal dari Allah dan memiliki iman di dalam mereka dengan beberapa rintangan. Jadi, marilah kita jujur kepada mereka tentang Injil. Ini akan lebih masuk akal jika disampaikan secara holistik, dan itu akan memiliki efek yang lebih besar dalam hidup mereka.
Tentu saja mengontekstualisasikan ketika Anda di mana saja untuk orang lain. Namun, jangan memotong kekuatan Injil dalam penyampaian Anda. Tuhan memiliki sebuah Kisah, dan mereka berada di dalamnya.
Bagaimana bisa kita lebih efektif mengajarkan cerita tanpa mencabut mereka dari Kisah itu? Apa yang telah Anda temukan saat Anda mengajar anak-anak tentang cerita yang lebih besar? Apa bagian dari Injil yang paling sulit untuk dikontekstualisasikan kepada anak-anak? (t/Jing-Jing)
Download Audio
|