Mengajarkan Arti Kristen kepada Anak (II)
|
e-BinaAnak -- Edisi 748/Februari/II/2017
|
Salam kasih,
Mengajarkan arti menjadi Kristen kepada anak berarti mengajar mereka untuk mengutamakan dan meneladani Kristus dalam hidup mereka. Seharusnya, inilah yang menjadi pergumulan kita semua. Jangan sampai kita berhasil mendidik anak untuk menjalani kewajiban agama Kristen, tetapi gagal menjadikan mereka seorang Kristen yang sejati. Mari simak tip dan bahan mengajar dalam edisi ini agar kita mendapat wawasan untuk membawa anak-anak mengutamakan dan mengasihi Kristus dalam hidup mereka. Tuhan Yesus memberkati!
|
MUTIARA GURU
"Orangtua yang mengasihi Yesus sangat ingin anak-anaknya mengasihi DIA juga."
- Courtney Reissig -
|
TIP
Mengajar Anak untuk Mengutamakan Yesus
Seperti kebanyakan ibu-ibu Kristen, ada beberapa hal yang lebih besar daripada masalah keselamatan jiwa anak-anak saya, yang bisa membuat saya terjaga sampai larut malam. Saya sering bertanya-tanya, meskipun mereka masih kecil, apakah mereka akan percaya Kristus? Apakah mereka akan menolak atau mengikuti Kristus? Hanya Tuhan yang tahu jawaban atas pertanyaan saya yang mendalam, tetapi secara terus-menerus saya merasakan sebuah beban dalam jiwa saya untuk melakukan semua yang saya bisa, untuk menolong mereka melihat betapa Kristus sangat berharga bagi hidup mereka.
Saya tahu, saya tidak sendirian. Ada banyak buku, seminar, postingan blog, dan khotbah yang ditujukan untuk menginjili anak-anak. Orangtua yang mengasihi Yesus sangat menginginkan anak-anaknya mengasihi Dia juga. Kemungkinan bahwa mereka akan menjalani kehidupan yang terpisah dari anugerah-Nya sangat berat untuk bisa kita tanggung. Jadi, kita belajar, membuat strategi, melakukan tanya jawab, dan menerapkan metode yang kita harap akan menanamkan kebenaran, jauh ke dalam hati mereka, supaya suatu hari hal-hal tersebut akan berbuah.
1. Mulailah Lebih Dekat dengan Keluarga
Semua upaya di atas adalah hal yang baik. Bahkan, upaya-upaya itu adalah metode yang sangat baik. Kita sering membutuhkan bantuan praktis untuk membantu kita lebih baik lagi dalam mendidik anak-anak kita. Namun, saya semakin yakin bahwa persiapan kita untuk mengajar anak-anak kita tentang Yesus mungkin benar-benar harus dimulai lebih dekat lagi dengan keluarga.
Ini sebenarnya adalah ayat yang sering kita dengar. Bahkan, kita mungkin menggantungnya di satu tempat di dalam rumah kita. Mungkin, Anda telah menghafalnya. Ulangan 6:7-9 mungkin adalah salah satu ayat yang paling populer dalam Alkitab tentang pengasuhan anak. Bukankah ini buku panduan kita? Kita harus mengajarkan firman Allah kepada anak-anak kita dan membuatnya menjadi titik fokus keluarga kita.
Ketika Musa mempersiapkan orang-orang Israel memasuki Tanah Perjanjian, ia menyampaikan tujuan Allah bagi mereka. Umat Allah haruslah berbeda. Mereka harus menyenangkan Dia saja. Mereka harus mengenal Dia melalui firman-Nya dan memercayai firman-Nya. Dan, mereka harus meneruskan semua ini kepada anak-anak mereka. Pengetahuan tentang Tuhan tidak dimaksudkan untuk disimpan saja oleh mereka. Itu harus disebarkan!
Namun, apa yang Musa katakan kepada orang Israel tentang hati mereka terhadap Allah? Dia memiliki perintah yang sama untuk mereka. Pada satu ayat sebelum perintahnya tentang anak-anak mereka, dia menyampaikan sebuah perintah umum: "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan," (Ulangan 6:5-6).
Ya, mereka harus mengajar anak-anak mereka tentang keajaiban Tuhan, tetapi yang mereka ajarkan harus merupakan limpahan kasih mereka kepada Tuhan. Satu-satunya cara agar mereka dapat secara konsisten mengajarkan kedalaman karakter-Nya, kebaikan-Nya, dan kasih-Nya kepada anak-anak mereka, setiap saat dan setiap hari, adalah jika hati mereka sendiri diarahkan untuk mencintai hal-hal tersebut.
2. Kita Harus Mengasihi Tuhan Terlebih Dahulu
Kita berbicara tentang apa yang kita utamakan, bukan? Yesus mengatakan bahwa di tempat hartamu berada di situ juga hatimu berada (Matius 6:21; Lukas 12:34). Jika kita sangat antusias dengan kamar mandi yang direnovasi, sepatu baru, hasil berolahraga yang sukses, atau buku yang baru saja kita baca, hal-hal itu akan menjadi topik pembicaraan kita. Ini bukan berarti jangan berbicara tentang realitas hidup sehari-hari, seperti apa yang kita beli di toko, acara televisi yang kita sukai, atau hadiah yang kita terima. Ini hanyalah sebuah nasihat untuk merenungkan apa isi percakapan kita.
Kita tidak akan pernah cukup berbicara tentang Tuhan dan kebaikan-Nya kepada anak-anak kita, atau siapa pun dalam hal ini, sebab Dia tidak terbatas. Kita tidak akan pernah kehabisan kekayaan karakter-Nya. Dan, kita akan selalu berjuang untuk menentukan mana yang akan kita utamakan karena kita terbatas dan gagal. Namun, kita harus bergerak ke arah yang lebih mengutamakan Kristus dan kurang mengutamakan dunia. Anak-anak kita harus menjadi saksi transformasi yang mulia ini.
Sekitar sebulan yang lalu, saya menyelesaikan buku berjudul Extravagant Grace: God's Glory Displayed in Our Weakness (Anugerah Luar Biasa: Kemuliaan Allah Ditunjukkan dalam Kelemahan Kita - Red.). Dalam buku tersebut, penulis berbicara tentang pengaruh ibu John Newton pada dirinya. Meskipun dia meninggal saat Newton masih muda, warisan ibunya tetap ada bersamanya. Walaupun butuh bertahun-tahun bagi buah pelayanan ibunya untuk mekar dan bertumbuh, Newton melihat kesetiaan ibunya untuk mengajarinya tentang Yesus sebagai benih yang digunakan Allah untuk bertumbuh menjadi iman yang menyelamatkannya. Ketika saya membaca kesaksiannya, dengan berlinang air mata, saya berdoa, "Tuhan, kiranya itu menjadi warisan saya untuk anak-anak saya."
Karena saya sendiri cenderung berpikir dengan membuat daftar, dengan segera saya mulai memikirkan cara-cara praktis yang dapat saya lakukan agar Yesus tampak hebat di mata anak-anak saya. Namun, saat saya berhenti berpikir tentang contoh-contoh praktis, saya terkesan oleh gagasan bahwa ibu Newton mungkin tidak memiliki segudang sumber daya seperti yang kita miliki di ujung jari kita pada saat ini, tetapi dia setia mengajarkan kepada Newton tentang keindahan Kristus sedini mungkin. Kemuliaan Kristus terpancar dari diri ibunya, dan penglihatan sekilas itu tidak pernah terlupakan oleh Newton.
Tidak ada usaha yang cukup kuat yang akan menghasilkan buah yang kekal dalam hidup saya (atau anak-anak saya), kecuali luapan hati yang tertuju pada keajaiban Kristus. Jadi, yang benar-benar saya butuhkan bukanlah sebuah daftar lain untuk mengajar anak-anak saya tentang Yesus (meskipun daftar juga diperlukan), melainkan duduk di kaki Juru Selamat saya dan "minum" sepuasnya dari kebaikan-Nya melalui firman-Nya.
Mengajar anak-anak saya untuk mengutamakan Yesus dimulai dengan wanita dalam cermin. Saya akan berbicara tentang apa yang saya utamakan. Dan, itulah yang saya ingin anak-anak saya lihat dan dengar dari dalam diri saya -- seorang wanita yang mengutamakan Yesus di atas segalanya. Semoga inilah yang kita lakukan di sepanjang hidup kita.
Bagaimana dengan hati Anda? Apakah Anda telah gagal untuk mengutamakan Yesus, bahkan saat Anda mengajar anak-anak Anda tentang Dia? (t/Jing-Jing)
Download Audio
|
BAHAN MENGAJAR
Hidup bagi Allah
Pelajaran ini mengajarkan bahwa jika kita ingin mengikuti kehendak Allah, kita harus mengikuti teladan Kristus.
Referensi Alkitab
Ayat Hafalan
1 Tesalonika 4:1
Tujuan
- Anak-anak belajar bahwa mereka harus menjalani hidup mereka bagi Allah.
- Anak-anak belajar bagaimana menjalani hidup mereka bagi Allah.
- Anak-anak belajar apa yang dapat terjadi ketika mereka hidup bagi Allah.
Daftar Perlengkapan
Alkitab, gulungan besar kertas, cat air yang mudah dicuci, tempat menuangkan cat, tisu bayi, papan tulis, kapur, dan kartu indeks.
Pengantar
Mulailah kelas dengan menyapa setiap anak. Tanyakan, "Menurut kamu, bagaimana Allah ingin kita menjalani hidup kita?" Biarkan anak-anak merespons dan dorong mereka untuk hidup bagi Allah dalam apa pun yang mereka bisa pikirkan. Katakan, "Hari ini, kita akan belajar bagaimana kita bisa menjalani hidup kita untuk Allah dan menjadi lebih seperti Dia."
Bukti Alkitab
Mulailah dengan membaca 1 Tesalonika 4:1. Katakanlah, "Alkitab mengajarkan kita bahwa kita harus menyerahkan hidup kita sendiri sehingga kita dapat hidup bagi Allah. Memberikan hidup kita untuk Allah adalah seperti selalu mengingat bahwa Allah memiliki rencana dan untuk selalu berusaha menemukan rencana itu sehingga kita bisa mengikutinya. Kita harus mengasihi Allah dan senantiasa memperlakukan orang lain dengan kasih. Kita selalu menjadi orang Kristen, bukan hanya ketika kita datang ke gereja pada hari Minggu. Hidup untuk Allah berarti tidak bersikap egois sepanjang waktu. Allah memiliki rencana untuk hidup kita yang lebih baik dari apa pun yang kita sendiri bisa bayangkan."
Katakanlah, "Nah, bagaimana kita hidup untuk Allah? Kita tahu bahwa kita harus hidup untuk Allah, tetapi bagaimana kita bisa hidup untuk Allah setiap hari?" Bacakan 1 Tesalonika 5:12-22 di kelas. Pada papan tulis, buatlah daftar cara-cara kita dapat hidup bagi Allah. Dorong anak-anak untuk mengingat sebanyak mungkin sembari kita menuliskan cara-caranya di papan tulis. Ingatkan mereka bahwa itu adalah hal-hal yang harus mereka lakukan jika mereka ingin hidup seperti Allah. Ide-ide yang bisa dituliskan ialah menghormati orang-orang di sekitar kita, mengasihi pekerja yang berada di atas Anda, hidup berdamai dengan orang lain, memperingatkan mereka yang bermalas-malasan, mendorong mereka yang pemalu, membantu yang lemah, bersabar, tidak menuntut pembalasan, bersukacita, berdoa senantiasa, bersyukur selalu, waspada terhadap kejahatan dan menghindarinya, apa pun risikonya.
Bila Anda telah selesai menuliskan cara-cara ini, tanyakan kepada anak-anak, apakah menurut mereka, mereka dapat melakukan semua hal ini dengan kemampuan mereka sendiri. Beberapa anak mungkin berpikir bahwa mereka bisa, tetapi mereka lebih cenderung merasa kewalahan oleh daftar aturan yang panjang ini. Katakan, "Sulit untuk hidup sepenuhnya bagi Allah dan tidak menghendaki apa yang justru kita inginkan. Jika kita ingin hidup bagi Allah, kita tidak bisa melakukannya sendiri. Mari kita membaca 1 Tesalonika 5:23-24 untuk melihat siapa yang dapat membantu kita dalam tugas ini. Yesus adalah pusat dari kehidupan yang dijalani untuk Allah. Kita hanya manusia dan kita tidak bisa hidup untuk Allah jika kita tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat kita dan tidak mengizinkan Dia untuk membimbing kita mengarungi kehidupan."
Terakhir, bertanyalah, "Menurutmu, bagaimana hidup kita akan berbeda jika kita hidup bagi Allah?" Biarkan siswa merespons. "Jika kita hidup bagi Allah, Allah akan menerima kemuliaan melalui kehidupan kita. Alasan untuk keberadaan kita adalah bahwa melalui kita Allah akan dimuliakan. Hal ini hanya bisa terjadi jika kita hidup bagi Allah."
Bacalah 1 Petrus 5:10. "Hidup ini sulit, dan hidup bagi Allah tidak menjadikannya lebih mudah. Namun, tak peduli betapa sulitnya hidup, kita tahu bahwa Allah ada dan memperhatikan kita. Bahkan, ketika hal-hal buruk terjadi pada kita, Dia masih memegang kendali. Pada saat yang tepat, Dia akan membuat kita kuat lagi."
Selanjutnya, mari kita membaca Yohanes 3:21. "Ketika kita hidup untuk Allah, kita akan mulai melihat kehidupan kita secara berbeda. Kita akan melihat kehidupan melalui mata Yesus yang menyelamatkan kita. Ini seperti semakin kita mencoba untuk hidup bagi Kristus, semakin kita akan ingin hidup bagi Kristus, bukan diri kita sendiri."
Terakhir, mari kita membaca Ibrani 12:28-29. "Ketika kita selesai dengan kehidupan ini, kita akan pergi ke surga dan hidup dengan Allah kita. Bumi tidak dimaksudkan untuk bertahan selamanya, tetapi surga ada selamanya, surga tidak akan terguncang. Suatu hari, kita akan tinggal di sana."
Aktivitas Mengikuti Jejak Allah
Katakan, "Hari ini, kita belajar bahwa kita harus mengikuti Allah setiap hari. Ketika kita berjalan, kita meninggalkan jejak kaki. Mari kita berusaha untuk meninggalkan "jejak" pengharapan kita kepada Allah ke mana pun kita melangkah dalam hidup ini." Mintalah anak-anak melepas sepatu mereka. Hamparkan selembar kertas besar, cukup besar agar semua anak dapat berjalan di atasnya. Minta satu guru di sisi kertas mengecat kaki masing-masing anak. Minta anak-anak untuk berhati-hati berjalan di atas kertas ke guru lain yang akan membersihkan cat dari kaki mereka dengan tisu bayi. Anda akan membutuhkan guru ketiga untuk membantu menghibur anak-anak lainnya saat melakukan permainan jejak ini. Permainan jejak ini membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi anak-anak benar-benar akan menikmatinya. Setelah jejak-jejak kaki itu kering, gantung kertas dengan jejak-jejak kaki itu di dalam kelas untuk mengingatkan anak-anak agar mengikuti jejak Allah dalam kehidupan mereka.
Permainan Hidup untuk Allah
Maksud dari permainan ini adalah untuk mengajarkan anak-anak bahwa jika mereka ingin hidup bagi Allah, mereka harus menjadi seperti Kristus. Hidup mereka harus mencerminkan kehidupan Yesus. Pasangkan anak-anak dan suruh mereka berdiri berhadapan dengan pasangan mereka. Satu anak akan menjadi pemimpin dan yang lainnya adalah cermin. "Cermin" harus mencoba meniru setiap gerakan yang dibuat oleh "pemimpin". Tantang anak-anak menjadi cermin selama mungkin. Katakan, "Sekarang, kita hanya menjadi cermin teman-teman kita, tetapi dalam kehidupan, kita harus mencoba menjadi seperti cermin dari kehidupan Yesus. Kita harus berusaha melakukan apa yang Dia lakukan." Mintalah anak-anak bertukar tempat dan bermain lagi.
Pertanyaan
- Untuk siapa kita seharusnya menjalani hidup kita? Allah.
- Mengapa kita harus menjalani hidup kita bagi Allah? Karena Dia adalah Pencipta dan Juru Selamat kita. Karena Dia akan membuat segala sesuatu bekerja demi kebaikan semua orang.
- Mengapa hidup untuk Allah begitu sulit? Hidup untuk Allah sulit karena kita egois dan hanya ingin hidup untuk diri kita sendiri.
- Hal-hal apa yang orang lakukan ketika mereka berusaha untuk hidup bagi Allah? Menghormati orang-orang di sekitar Anda, mengasihi pekerja yang berada di atas Anda, hidup berdamai dengan orang lain, memperingatkan mereka yang bermalas-malasan, mendorong mereka yang pemalu, membantu yang lemah, bersabar, tidak menuntut pembalasan, bersukacita, berdoa senantiasa, bersyukur selalu, waspada terhadap kejahatan dan menghindarinya apa pun risikonya.
- Menurut Ibrani 12:28, jenis kerajaan apa yang akan kita warisi? Sebuah kerajaan yang tidak tergoyahkan.
- Siapa yang selalu mengendalikan hidup kita? Allah.
Penutup
Tutup dengan berdoa bersama anak-anak, meminta Allah untuk mengawasi mereka dan membantu mereka memahami perlunya memberikan hidup mereka kepada-Nya. (t/Jing-Jing)
|
|