Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/60

Bio-Kristi edisi 60 (7-2-2011)

Karl Rahner

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 60, Februari 2011_______________________

DAFTAR ISI
RIWAYAT: KARL RAHNER
TAHUKAH ANDA: APRESIASI UNTUK SOSOK KARL RAHNER
KOMUNITAS BIO-KRISTI: APAKAH MEMPELAJARI TOKOH ALIRAN SESAT ITU PERLU?

Salam sejahtera,

Anda ingin mendapatkan informasi tentang teolog yang banyak memberi
pengaruh di Vatikan? Bio-Kristi kali ini mengangkat tokoh Karl Rahner,
seorang teolog Jerman, seangkatan dengan Dietrich Bonhoeffer. Ingin
tahu bagaimana filsafatnya berkembang di tengah-tengah Perang Dunia II
dan pengaruhnya di dalam Konsili Vatikan II? Kelengkapan kisahnya bisa
Anda baca di edisi kali ini. Selain itu, jangan lewatkan pula
pertanyaan dari salah seorang pelanggan Bio-Kristi tentang pentingnya
mempelajari biografi tokoh aliran sesat. Selamat membaca!

Staf Redaksi Bio-Kristi,
Kusuma Negara
< http://biokristi.sabda.org >

   "Betapa seringnya saya mendapati bahwa kita tumbuh dewasa
    bukan dengan melakukan apa yang kita suka, tetapi dengan
    melakukan apa yang harus kita lakukan. Hal ini sungguh
    benar! Tidak semua yang `harus` itu suatu kewajiban, dan
    tidak semua yang `disukai` itu merupakan moralitas yang
    tinggi dan kebebasan yang sejati." Karl Rahner -- Teolog

                        RIWAYAT: KARL RAHNER
                        (1904 -- 1984 Teolog)

Karl Rahner lahir 5 Maret 1904 di Freiburg -- Breisgau, Jerman. Orang
tuanya, Karl dan Luise (Trescher) Rahner, memiliki 7 anak dan Karl
adalah anak keempat. Ayahnya adalah seorang dosen di universitas
setempat. Karena kesalehan ibunya, suasana, rumah Rahner menjadi akrab
dan rukun. Sekolah Karl, sebuah SD dan SMP di Freiburg, mendidiknya
menjadi murid yang berjiwa toleran dan berpikir liberal. Karl
memutuskan untuk masuk Serikat Yesuit setelah lulus, dan masuk dalam
biara Yesuit di provinsi Jerman Timur pada tanggal 20 April 1922,
tepatnya 4 tahun setelah kakaknya masuk dalam Ordo yang sama. Awal
mula, Karl menjadi biarawan adalah karena pengaruh spiritualitas
Ignatius Loyola. Bahkan seluruh program teologinya menyerap pemikiran
Ignatius, khususnya dalam hal "menemukan Tuhan dalam segala hal".
Pendidikan Karl Rahner ketika berada dalam biara mencakup pengenalan
tentang ilmu filsafat Katolik dan filsuf Jerman modern. Sejak saat
itu, sepertinya dia tertarik dengan pemikiran Immanuel Kant, dua
pengikut Thomas Aquinas, yaitu Joseph Maréchal and Pierre Rousselot.
Kedua orang inilah yang kemudian memengaruhi pemahaman Rahner tentang
Thomas Aquinas.

Pada tahun pertama keberadaannya sebagai anggota Yesuit, pengaruh
spiritualitas Ignatius semakin kental dalam diri Rahner. Ketika dia
mengambil kuliah filsafat di Feldkirch and Pullach pada tahun
1922-1927, Rahner mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan Immanuel
Kant, Joseph Maréchal (seorang Yesuit Belgia), dan Pierre Rousselot
(seorang Yesuit Perancis). Kedua orang ini, terutama Maréchal, juga
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam filsafat dan karya
teologisnya. Maréchal sangat terkenal dengan studinya tentang Kant dan
Thomisme (pengikut ajaran Thomas). Selain mengikuti pelatihan Yesuit,
Rahner juga mendapat tugas untuk mengajar bahasa Latin untuk para
biarawan di Feldkirch dari tahun 1927 hingga 1929. Setelah itu, dia
memulai kuliah teologinya di Valkenburg, Belanda. Dia juga tertarik
dengan teologi spiritual, mistis, dan sejarah keimanan. Tanggal 26
Juli 1932, Rahner ditahbiskan menjadi pendeta dan mengikuti pelatihan
teologi terakhir seperti yang disyaratkan dalam akhir studinya.
Hari-harinya banyak dihabiskan untuk berdoa dan mendapatkan pengalaman
sebelum memulai pelayanan formalnya. Rahner menyelesaikan pelatihannya
di St. Andrea, Austria tahun 1933. Selanjutnya dia menghabiskan
"masa-masa tenangnya" di St. Andrea di bukit Lavanttal Austria.

Karena senior Rahner memutuskan bahwa dia akan mengajar filsafat di
Pullach, dia kembali ke Freiburg tahun 1934 untuk mendapat gelar
doktor filsafat. Selama kurun waktu itu dia memperdalam filsafat Kant
dan Maréchal, dan pada waktu yang sama dia pun mengikuti seminar yang
dibawakan oleh Martin Heidegger selama 2 tahun. Oleh karena hal ini,
dia disebut sebagai murid Sekolah Katolik Heidegger (upaya untuk
menyatukan pandangan-pandangan pengikut Heidegger dengan
re-inter-pretasi pandangan Thomas Aquinas), bersama dengan J.B. Lotz,
G. Siewerth, B. Welte, and M. Müller. Disertasi filsafatnya yang
berjudul "Geist im Welt", sebuah interpretasi epistemologi yang
menarik, yang dipengaruhi oleh ajaran Thomisme transenden milik Joseph
Maréchal dan eksistensialisme Martin Heidegger, ditolak oleh mentornya
yaitu Martin Honecker. Menurut Honecker, disertasinya terlalu
dipengaruhi oleh Heidegger dan tidak cukup mencerminkan tradisi neo-
skolastik Katolik. Menurut Vorgrimler, penolakan Honecker tersebut
menunjukkan sikap antipatinya terhadap filsafat Heidegger. Tiga puluh
empat tahun kemudian, Fakultas Filsafat Universitas Innsbruck
memberikan gelar doktor atas karya-karya filsafatnya, khususnya atas
disertasinya yang gagal, yang kemudian diterbitkan tahun 1939. Namun,
pada awal tahun 1930-an Rahner menyampaikan keyakinannya bahwa
penelitian manusia akan makna hidup berakar pada ketidakterbatasan
cakrawala Pribadi Tuhan yang nyata di dalam dunia.

Tahun 1936, Rahner dipindahkan ke Innsbruck oleh seniornya untuk
melanjutkan studinya di bidang teologi. Dengan pengetahuan dasar yang
dia miliki sebelumnya tentang teologi patristik, dia pun berhasil
menyelesaikan disertasinya yang kedua sebagai prasyarat mengajar di
universitas. Segera setelah dia menyelesaikan tugasnya, dia ditunjuk
menjadi dosen di fakultas teologi Universitas Innsbruck, tepatnya
bulan Juli 1937.

Meskipun disertasi filsafatnya yang pertama ditolak, minat Rahner
dalam bidang filsafat masih tetap membara. Selama musim panas tahun
1937, ia mengirimkan beberapa kumpulan tulisan ke Sekolah Musim Panas
Salzburg dengan judul "Foundations of a Philosophy of Religion," yang
kemudian diterbitkan tahun 1941. Tulisan-tulisannya ini
merepresentasikan jejak peningkatan Rahner dalam bidang filsafat
antropologi. Selain itu, tulisannya juga merepresentasikan dialog
antara metafisik Thomisme dan gejala-gejala ontologi Heidegger.

Tahun 1939, saat Rahner masih tinggal di Austria, kelompok Nazi
mengambil alih universitas dan Rahner diminta pergi ke Vienna untuk
bekerja di Institut Pastoral. Di sana dia harus mengajar dan sekaligus
aktif mengerjakan tugas pastoral. Ketika perang terjadi tahun
1939-1949, Rahner harus meninggalkan Jerman dan pergi ke Vienna untuk
mengajar teologi dan melayani sebagai pendeta di sana.

Seiring berjalannya waktu, Rahner semakin banyak mendapatkan kesulitan
dengan hierarki Roma. Secara blak-blakan, pendekatan-pendekatannya
mengenai isu yang terjadi dan hal-hal menyangkut kreativitasnya tampak
menantang, dan pendekatan nontradisional terhadap teologi sering
membuatnya mendapat masalah dengan pemerintah yang cenderung memiliki
pemikiran yang lebih tradisional, khususnya masalah pengajaran Gereja
Katolik yang ketat dan kaku. Tahun 1962, tanpa ada peringatan lebih
dulu, senior Rahner dalam Ordo memberitahukan bahwa dia mendapat
sensor dari pihak Roma. Dengan begitu, dia tidak bisa menerbitkan atau
mengajar tanpa izin. Tujuan penguasa Roma pada dasarnya hanya ingin
mengawasi pandangan Rahner tentang ekaristi dan mariologi. Akan
tetapi, penentuan keputusan ini tidak lagi diberlakukan ketika pada
bulan November 1962, Paus Yohanes XXIII tanpa ada keberatan menunjuk
Rahner menjadi pengawas ahli di Konsili Vatikan II. Rahner pun
memperoleh akses ke konsili dan berbagai kesempatan untuk membagikan
pemikirannya. Pengaruh Rahner di Vatikan II pun semakin meluas. Dia
juga terpilih sebagai salah satu dari ketujuh teolog yang selanjutnya
mengembangkan "Lumen Gentium", yaitu penjelasan dogma tentang doktrin
gereja. Selain itu, dia juga banyak dilibatkan dalam
presentasi-presentasi konsili lainnya.

Selama terlibat dalam konsili, Rahner diminta untuk menjadi dosen mata
kuliah Dasar-dasar Kekristenan dan Filsafat Agama di Universitas
Munich. Dia bersedia dengan tawaran tersebut dan mulai mengajar tahun
1964. Materi-materi kuliahnya di Universitas Munich menjadi inti
bahasan dalam bukunya yang berjudul "Foundations of Christian Faith".
Ironisnya, karena Rahner mengajar filsafat, ia kemudian tidak diberi
kesempatan untuk mengajar mahasiswa S2 yang sebenarnya sangat dia
inginkan. Alhasil, dia diterima menjadi dosen teologi dogma di
fakultas teologi Katolik di Universitas Münster. Dia bekerja di sana
hingga masuk masa pensiun tahun 1971.

Pengaruh Rahner dalam dunia teologi bisa dikatakan cukup besar,
meskipun begitu, seorang Rahner selalu tidak ingin kehidupan
pribadinya disoroti. Ia tidak terlalu banyak melayani wawancara.
Seandainya dia mau diwawancara pun, dia selalu menggunakan kesempatan
untuk berbicara tentang masalah teologi dan keadaan gereja daripada
berbicara mengenai dirinya. Bila didesak, ia seringkali berusaha
membuat cerita tentang hidupnya sedapat mungkin agar kedengaran tidak
menarik. Ia tumbuh dalam sebuah keluarga Kristen kelas menengah,
keluarga yang biasa-biasa saja. Bahkan saat dia ditanya mengapa dia
memilih menjadi seorang Yesuit, dia menjawab dengan alasan umum
seperti yang diberikan oleh orang-orang Yesuit pada umumnya. Tidak
berbeda saat dia ditanya soal tulisan-tulisannya yang banyak. Dia
hanya menjawab bahwa semuanya tidak ada yang menarik atau istimewa.
Dia menganggap bahwa semua itu sebagai hobinya, dan menulis adalah hal
yang bisa terjadi dengan sendirinya.

Di antara para mahasiswa dan rekannya sesama dosen, Rahner terkenal
sebagai seorang dosen yang karismatik dan mampu membangkitkan
kesetiaan dan kehangatan di antara mereka yang mengenalnya. Dia bukan
seorang pendiam. Menurut beberapa rekannya, Rahner adalah seorang pria
normal yang suka makan es krim, suka mobil balap, pesawat, usaha
rekayasa, senang berkunjung ke toko mainan, dan melakukan
tindakan-tindakan yang agak mengejutkan. Lebih jauh lagi, para rekan
dan pengagumnya menekankan adanya kesesuaian yang istimewa antara
spiritualitas dengan karya teologi Rahner. Menurut para
pewawancaranya, Rahner adalah pribadi yang mudah marah tapi menarik.
Rahner memang bukan tokoh heroik yang istimewa seperti Dietrich
Bonhoeffer, namun kehidupannya yang tenang dan penuh dengan kerja
keras itu sejalan dengan pemikiran teologi dan penekanannya pada
pertemuan dengan Allah dalam melaksanakan tugas dan pengalaman hidup
sehari-hari.

Dirangkum dari:
1. _______ . "Karl Rahner". Dalam
   http://people.bu.edu/wwildman/bce/rahner.htm
2. Karen Kilby. 2001. "Karl Rahner". Yogyakarta: Kanisius

        TAHUKAH ANDA: APRESIASI UNTUK SOSOK KARL RAHNER

Peran Karl Rahner sebagai ahli teologi di Konsili Vatikan II, ribuan
publikasi yang ditulisnya (belum termasuk cetak ulang dan
terjemahannya), keterlibatannya dalam debat teologi internasional,
dampaknya terhadap para mahasiswa yang diajarnya, dan
pandangan-pandangannya yang diterima secara positif oleh para pemikir
Protestan, semuanya memberi kontribusi terhadap pengaruhnya pada
teologi saat ini.

Untuk menghargai peran dan dedikasi Rahner, maka pada tahun 1991, para
mahasiswa Amerika mendirikan Perkumpulan Karl Rahner. Hal ini
dilakukan juga untuk memperkenalkan pandangan-pandangan teologi
Rahner, memperkenalkan tulisannya dalam bahasa Inggris, merefleksikan
pemikiran dan semangatnya, dan sebagai wujud kolaborasi para sarjana
yang memiliki perhatian terhadap karyanya.

Sumber: < http://www.krs.stjohnsem.edu/KarlRahner.htm >

KOMUNITAS BIO-KRISTI: APAKAH MENGETAHUI TOKOH ALIRAN SESAT ITU PERLU?

Tahun 2011 ini, Bio-Kristi akan menghadirkan satu kolom baru yang
memuat aktivitas diskusi tim Bio-Kristi dan Sahabat-Sahabat Bio-Kristi
dalam forum In-Christ.net, Facebook, atau Twitter Bio-Kristi. Kali
ini, kami hadirkan diskusi tentang perlukah kita mengetahui tokoh
aliran sesat, yang diwadahi dalam menu diskusi di Facebook Bio-Kristi
< http://fb.sabda.org/biokristi >. Ingin tahu seperti apa pendapat
para Sahabat Bio-Kristi? Simak diskusi kami berikut ini.

Pertanyaan: Teman-teman, menurut kamu perlu ngga sih mempelajari tokoh
pengikut aliran sesat? Bisa jelaskan mengapa?

Komentar:

Kevin Iyan Markuz: Menurutku itu gak terlalu penting, karena Tuhan
menyuruh kita untuk memuji nama-Nya, dan memuliakan nama-Nya. Memang
perlu, namun jangan terlalu dipelajari, nanti pujian pada Tuhan jadi
berkurang karena mempelajari tokoh pengikut aliran sesat, yang penting
berdoa saja pada Tuhan. Kesimpulannya: yang penting di bumi ini kita
hanya menyembah Allah Bapa yang Maha Kuasa, dan percaya pada-Nya bahwa
nama kita telah terdaftar di surga (Lukas 10:20) dan saling mengasihi
kepada semua orang. Itu menurutku.

Octavianus Barauntu: Jika seorang itu mau menjadi tentara Kristus, dia
harus mengenal musuhnya, medan pertempuran, strategi perang, dan
lain-lain!!! Tujuannya supaya kita boleh selalu berwaspada dan
bersiaga. Salam damai sejahtera! GBU. 1 Korintus 16:13
Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah
sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!

Fritz Gwan Nehemnya: Secara garis besar perlu kok...

Bio-Kristi (Biografi Kristiani): Setuju dengan semua pendapat
teman-teman. Kita perlu tahu apa yang mereka ajarkan dan pahami,
bukan untuk mempelajari dan mengikuti jejak mereka namun justru untuk
"menyusun strategi" agar kita tidak diombang-ambingkan/dipengaruhi
ajaran mereka. Berarti jika di Bio-Kristi ada artikel semacam itu
bukan berarti Bio-Kristi pengikut dan penyebar aliran sesat
lah...Jangan salah ya... :)

Christian Bu`ulolo: Saya sangat senang sekali jika di Bio-Kristi ada
artikel semacam itu, karena itu sangat membantu saya untuk mengenal
para tokoh itu lebih lanjut beserta perkembangan dari ajarannya
mereka.

Ricardo Simamora: Menurut hemat saya, mempelajari tokoh pengikut
aliran sesat itu perlu. Karena dengan mempelajarinya kita akan tahu
apa, bagaimana kepribadian dan latar belakangnya. Tetapi bukan berarti
kita menjadi pengikutnya. Jika hanya sekadar mempelajari kan tidak
salah, namun jika menjadi bagian darinya, itulah yang salah.

Christian Bu`ulolo: Itu benar bung...

Bio-Kristi (Biografi Kristiani): > Christian, Zeep, nanti diusahakan
bisa menyajikan artikel-artikel sejenis yang berguna bagi teman-teman
semuanya.

> Ricardo, Setuju... jika Bio-Kristi menyajikan artikel tentang tokoh
sesat semata-mata ingin memberi wacana kepada teman-teman Bio-Kristi,
bukan untuk menyebarkan ajaran mereka apalagi mengajak teman-teman
menjadi pengikutnya. Terima kasih atas pendapat Anda.

Redaksi: Nah, sekarang bagaimana dengan pendapat Anda? Silakan
sampaikan komentar Anda ke Facebook Bio-Kristi. Mari kita saling
bertukar pendapat di komunitas ini.

Alamat URL: http://www.facebook.com/topic.php?uid=133402763089&topic=16087


Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org