Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/47

Bio-Kristi edisi 47 (23-3-2010)

Origenes dan Frances Jan Van Alystine (Fanny Crosby)

 
                          Buletin Elektronik
                   BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 047, Maret 2010___________________________

Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Renungan Paskah: Tugas Doa
- Riwayat: Mengenal Lebih Jauh Tokoh Origenes
- Karya: Frances Jan Van Alystine (Fanny Crosby): Kebutaannya
         adalah Sebuah Anugerah
- Tahukah Anda: Fanny J.Crosby dan Himne Pertama untuk Sekolah Minggu
- Sisipan: Kumpulan Bahan Paskah di situs paskah.sabda.org

+ Pengantar __________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Kita bersyukur bahwa Tuhan sudah menetapkan rencana yang agung bagi
  kita masing-masing. Kita dapat mencoba mengatasi keterbatasan yang
  ada semampu dan sebisa kita, selebihnya Tuhan bekerja untuk
  membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak dan
  rencana-Nya. Prinsip ini tampak dalam kehidupan seorang tokoh yang
  kami bagikan dalam Bio-Kristi edisi bulan ini. Bagi Fanny Crosby,
  kebutaan bukanlah penghambat untuk bekerja melayani Tuhan. Tuhan
  menguatkan Fanny hingga mampu bangkit dan berhasil menjadi teladan
  bagi banyak orang. Demikian juga bagi seorang bapa Gereja mula-mula,
  Origenes. Ia seorang tokoh yang sudah memengaruhi pemikiran Kristen
  dan membuat gereja dihormati di mata dunia.

  Mereka telah memberikan hidup dan pelayan bagi pekerjaan Allah. Ini
  membuktikan ketaatan mereka kepada Allah. Tuhan Yesus Kristus juga
  menunjukkan teladan ketaatan sehingga Ia rela disiksa dan
  disalibkan. Perjalanan-Nya ke Golgota hingga di atas kayu salib
  menjadi kesaksian bagi banyak orang, bahwa Allah memberikan
  Putra-Nya sebagai jalan keselamatan bagi manusia yang dikasihi-Nya.
  Mari pada masa menyambut Paskah ini, kita bersama-sama merenungkan
  arti "ketaatan" sebagaimana yang Tuhan Yesus sudah teladankan. Ia
  membuktikan "ketaatan"-Nya kepada Sang Bapa.

                        "SELAMAT PASKAH 2010"

  Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
  http://biokristi.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/biokristi

______________________________________________________________________

   "Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap
   buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat
   adalah wajah Juru Selamatku." (Fanny Crosby -- Penulis Himne)

+ Renungan Paskah_____________________________________________________

                            TUGAS DOA

  Baca: Matius 26: 36--46

  "Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa." (Matius 26:39a)

  Saya harus mengakui bahwa saya telah merasakan bahwa berdoa itu
  adalah kegiatan yang membosankan, membingungkan, dan memerlukan
  ketekunan. Terkadang, saya menunda-nunda untuk berdoa dan kemudian
  menyadari bahwa saya tak sanggup menahannya. Saya menyadari bahwa
  berdoa yang sebenarnya adalah disiplin yang sukar dan berat.

  Kita sering berpikir bahwa doa adalah persiapan untuk peperangan,
  tetapi Kristus menunjukkan kepada kita bahwa doa adalah peperangan
  itu sendiri. Doa adalah inti dari pekerjaan-Nya.

  Di tempat manakah keringat Yesus mengalir seperti tetesan darah?
  Bukan di istana Pilatus, ataupun di jalan menuju Golgota, namun di
  Taman Getsemani. Di sana, Ia "mempersembahkan doa dan permohonan
  dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup untuk
  menyelamatkan-Nya dari maut" (Ibrani 5:7).

  Jika saya menyaksikan pergumulan-Nya pada malam itu, saya mungkin
  akan salah menafsirkan situasi dan berkata, "Bila Ia sangat hancur
  dan yang Ia lakukan hanyalah berdoa, apakah yang Ia akan lakukan
  pada saat Ia menghadapi krisis yang sesungguhnya? Mengapakah Ia
  tidak menghadapi pencobaan ini dengan suatu kepercayaan diri yang
  tenang seperti ketiga teman-Nya yang sedang tertidur?" Namun pada
  saat pencobaan datang, Yesus berjalan ke kayu salib dengan penuh
  keberanian, sedangkan ketiga teman-Nya ketakutan dan lari.

  Apakah kita telah salah mengartikan pentingnya doa? Daripada
  menganggap doa sebagai permohonan akan pertolongan untuk melakukan
  pekerjaan Allah, bukanlah lebih baik kita memandang doa sebagai
  tugas itu sendiri? -- HWR

      Sesuatu terjadi tatkala kita berdoa,
      Ambillah posisi, dan tinggallah tetap di situ,
      Bergumullah hingga hari berlalu; Marilah kita berdoa. -- Anon

  Doa tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi alat menghemat pekerjaan.

  Diambil dari:
  Judul buku: Kemenangan dalam Kebangkitan, Edisi Khusus Paskah,
              Hari 9
  Penulis: Haddon W. Robinson
  Penerjemah: Tim RBC Indonesia
  Penerbit: RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2004


+ Riwayat_____________________________________________________________
185 -- 251  Bapa Gereja


                    MENGENAL LEBIH JAUH SOSOK ORIGENES

  Pada awalnya, kekristenan dicemooh sebagai agama orang-orang miskin
  dan tidak terpelajar, dan memang sesungguhnya banyak penganutnya
  datang dari kalangan rendah. Seperti yang pernah diungkapkan oleh
  Rasul Paulus, bahwa di gereja "untuk ukuran manusia, tidak banyak
  orang bijak, tidak banyak orang berpengaruh, tidak banyak orang
  terpandang" (1 Kor.1:26).

  Namun menjelang abad ketiga, cendekiawan terhebat pada masa itu
  adalah seorang Kristen. Baik karir, penganut ajaran sesat maupun
  orang Kristen, semuanya mengagumi Origenes. Ia memunyai pengetahuan
  luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting bagi pemikiran
  Kristen pada kemudian hari.

  Origenes lahir di Alexandria pada tahun 185. Ia berasal dari
  keluarga Kristen yang saleh. Kira-kira pada tahun 201, ayahnya
  Leonidas dipenjarakan dalam satu gelombang penyiksaan oleh Septimus
  Severus. Origenes pun menulis surat kepada ayahnya di penjara agar
  tidak memungkiri Kristus demi keluarganya. Meskipun Origenes ingin
  menyerahkan diri kepada penguasa agar dapat menjadi martir
  bersama-sama dengan ayahnya, namun ibunya mencegahnya dengan
  menyembunyikan pakaiannya.

  Setelah Leonidas mati sebagai martir, hartanya disita dan jandanya
  terlantar dengan 7 orang anak. Origenes pun mulai menanggulangi
  keadaan dengan bekerja sebagai guru kesusastraan Yunani dan penyalin
  naskah. Karena banyak di antara cendekiawan senior telah
  meninggalkan Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah
  kateketik Kristen sangat membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya
  yang ke-18, Origenes pun memangku jabatan kepala sekolah tersebut
  dan memulai karier mengajarnya yang panjang termasuk belajar dan
  menulis.

  Ia menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam
  hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas.
  Mengikuti titah Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak
  memunyai alas kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara
  harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes
  berhasrat setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama
  Kristus.

  Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat
  tujuh sekretarisnya sibuk dengan dikteannya. Ia telah menghasilkan
  lebih dari 2.000 karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap buku
  dalam Alkitab serta ratusan khotbah. Karyanya "Hexapla" merupakan
  prestasi dalam bidang kritik teks. Di dalamnya, ia mencoba menemukan
  terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama dan dalam enam
  kolom sejajar ia membentangkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah
  transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta.
  "Against Celsus" adalah karya besar yang merupakan pertahanan bagi
  kekristenan terhadap serangan kafir. "On First Principles" merupakan
  upaya pertamanya dalam teologi sistematis; di sini Origenes dengan
  saksama meneliti keyakinan Kristen tentang Allah,Kristus,Roh
  Kudus,penciptaan,jiwa,kemauan bebas,keselamatan dan Kitab Suci.

  Origenes bertanggung jawab atas peletakan dasar-dasar penafsiran
  alegoris terhadap Kitab Suci yang berpengaruh pada abad-abad
  pertengahan. Pada setiap teks, ia percaya ada tiga tingkat
  pengertian: pengertian harfiah, pengertian moral, yaitu untuk
  memperbaiki jiwa, dan pengertian alegoris atau pengertian rohani,
  yakni pengertian tersirat yang penting untuk iman Kristen. Origenes
  sendiri mengabaikan makna harfiah atau gramatikal-historis teks dan
  lebih menekankan makna alegoris.

  Origenes berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan
  dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani
  merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci dan secara analogi,
  yang kemudian dianut Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang
  kafir digunakan oleh orang Kristen, seperti orang Israel "merampasi
  orang Mesir itu" (Kel.12:35-36).

  Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak
  gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks. Dari
  kesalahan-kesalahannya yang paling mencolok adalah paham Yunani
  bahwa benda dan dunia ini jahat. Ia percaya akan eksistensi roh
  sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia di atas bumi
  ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan praeksistensi
  (sebelum lahir). Ia menolak paham kebangkitan daging dan
  mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan
  keselamatan bagi semua manusia dan malaikat. Karena Allah tidak
  mungkin menciptakan bumi ini tanpa berhubungan langsung dengan zat
  awal, maka Sang Bapa memperanakkan Putra-Nya untuk menciptakan bumi
  yang abadi ini. Ketika Sang Putra mati di kayu salib, maka itu hanya
  kemanusiaan Yesus yang mati sebagai tebusan bagi iblis atas
  kejahatan dunia.

  Karena kesalahan-kesalahan semacam ini, maka Uskup Demetrius dari
  Alexandria mengadakan sidang yang mengekskomunikasi Origenes dari
  Gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima ekskomunikasi ini,
  namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur tidak
  menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan,
  kebijaksanaan, dan kecendekiawanannya.

  Dalam gelombang penyiksaan pada masa Decius, Origenes dipenjarakan,
  disiksa dan diputuskan untuk dihukum mati pada tiang. Tetapi hukuman
  itu tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Karena
  penderitaan (batin) inilah Origenes jatuh sakit, kemudian meninggal
  sekitar tahun 251. Ia telah berbuat banyak, lebih daripada yang
  orang lain pernah lakukan untuk meningkatkan pemikiran Kristen dan
  membuat Gereja dihormati di mata dunia. Pada kemudian hari, Bapa
  Gereja di Barat maupun di Timur merasakan pengaruhnya.
  Keanekaragaman pikiran dan tulisannya telah membawa reputasi baginya
  sebagai bapa ortodoksi dan bapa ajaran sesat.

  Diambil dari:
  Judul buku: 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen
  Judul artikel: Origenes Mulai Menulis
  Penulis: A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen
  Penerjemah: A. Rajendran
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991
  Halaman: 12 -- 14

______________________________________________________________________

     Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi

+ Karya ______________________________________________________________
1820 -- 1915  Penulis Himne

                  FRANCES JAN VAN ALYSTINE (FANNY CROSBY):
                     KEBUTAANNYA ADALAH SEBUAH ANUGERAH

  Tentang kebutaannya, Fanny berkata:

    "Tampaknya ini adalah suatu anugerah Tuhan bahwa aku harus buta
    seumur hidup, dan aku berterimakasih untuk hal ini. Jika
    kesempurnaan penglihatan duniawi ini ditawarkan kepadaku besok,
    aku tidak akan menerimanya. Aku mungkin tidak akan bisa
    menyanyikan himne untuk memuji Tuhan, jika aku telah tertarik pada
    hal-hal yang indah yang menarik dalam diriku."

    "Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap
    buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat
    adalah wajah Juruselamatku."

  Frances Jane Crosby lahir di keluarga keturunan Puritan yang kuat,
  pada 24 Maret 1820. Saat bayi, dia menderita infeksi mata dan
  dirawat oleh seorang dokter yang tidak cakap yang mengolesi pasta
  panas pada kelopak matanya yang memerah dan meradang. Infeksinya
  sembuh, tetapi berakibat pada matanya dan Fanny menjadi buta seumur
  hidupnya. Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny sakit dan akhirnya
  meninggal. Mercy Crosby, menjadi janda pada umur 21 tahun, mencari
  nafkah sendiri sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan Fanny diasuh
  oleh neneknya, Eunice Crosby.

  Neneknya mengajar dia sendiri dan menjadi mata bagi gadis kecil itu,
  dengan bersemangat menjelaskan tentang fisik dunia. Pengajaran yang
  sangat cermat dari neneknya menolong membangun kemampuan deskriptif
  Fanny, dia juga memelihara rohani Fanny. Dia membaca dan dengan
  cermat menjelaskan tentang Alkitab kepada Fanny dan selalu
  menekankan pentingnya berdoa. Ketika Fanny tertekan karena tidak
  dapat belajar seperti anak-anak yang lainnya, neneknya mengajar dia
  untuk berdoa kepada Tuhan untuk diberi pengetahuan.

  Pemilik rumah Crosby juga memiliki peran penting untuk perkembangan
  Fanny. Ibu Hawley membantu Fanny untuk menghafal ayat Alkitab dan
  gadis muda ini sering belajar lima pasal setiap minggu. Dia tahu
  Kitab-kitab Taurat, Kitab Injil, Amsal, Kidung Agung, dan beberapa
  inti kitab Mazmur. Dia membentuk daya ingat yang sering membuat
  heran teman-temannya, tetapi Fanny percaya bahwa dia tidak berbeda
  dari teman-temannya yang lain. Kebutaannya benar-benar telah memaksa
  dia untuk lebih membangun daya ingatnya dan daya konsentrasinya.
  Kebutaan tidak pernah membuat Fanny mengasihani diri sendiri dan dia
  tidak memandang kebutaan sebagai sesuatu yang mengerikan. Pada usia
  8 tahun dia mengarang ayat sederhana ini:

    "Oh, what a happy child I am, although I cannot see!
    I am resolved that in this world contented I will be!
    How many blessings I enjoy that other people don`t!
    So weep or sigh because I`m blind, I cannot - nor I won`t."

  Pada tahun 1834 Fanny belajar di New York Institute for the Blind
  (Institut New York untuk orang buta) dan dia tahu bahwa ini adalah
  jawaban doanya atas pendidikan. Dia masuk ke sekolah itu ketika dia
  berumur 12 tahun dan mengajar di sana selama 23 tahun. Dia menjadi
  seperti seorang yang terkenal di sekolah dan diminta untuk menulis
  puisi-puisi di hampir setiap ada kesempatan.

  Pada 5 Maret 1858, Fanny menikahi dengan Alexander Van Alystyne,
  mantan murid di institut dan saat itu mengajar di sana sebagai
  seorang profesor. Dia adalah salah seorang musisi yang dianggap
  sebagai salah satu pemain organ terbaik di daerah New York. Fanny
  sendiri adalah pemain harpa yang handal, memainkan piano, dan
  memiliki suara sopran yang bagus. Meskipun sudah menjadi wanita yang
  lanjut usia (Fanny hidup hingga berusia 95 tahun), Fanny masih duduk
  di depan piano dan memainkan berbagai karya musik klasik dari himne
  sampai "ragtime". Bahkan kadang-kadang dia juga memainkan himne tua
  dengan gaya jazz.

  Setelah dia menikah, Fanny meninggalkan institut dan dalam beberapa
  tahun dia menemukan pekerjaan yang benar-benar dia inginkan, yaitu
  menulis himne. Dia membuat kesepakatan dengan penerbit Bigelow dan
  Main untuk menulis tiga himne setiap minggu untuk dipakai di
  publikasi sekolah minggu mereka. Kadang-kadang Fanny menulis enam
  atau tujuh himne setiap hari. Meskipun Fanny dapat menulis puisi
  yang rumit dan mengarang musik klasik, himne-himnenya bertujuan
  untuk membawa pesan Injil kepada semua orang yang tidak mau
  mendengarkan khotbah. Kapan pun dia menulis sebuah himne, dia berdoa
  agar Tuhan menggunakan himne tersebut untuk membawa banyak jiwa
  kepada-Nya.

  Pada masanya, tim misionaris Dwight L. Moody dan Ira D.Sankey secara
  efektif memperkenalkan himne Fanny Crosby`s kepada orang banyak.
  Saat ini, beberapa dari himnenya terus membawa banyak jiwa kepada
  Juruselamat mereka, baik untuk keselamatan maupun penghiburan:
  "Blessed Assurance"; "All the Way My Savior Leads Me"; "To God Be
  the Glory"; "Pass Me Not, O Gentle Savior"; "Safe in the Arms of
  Jesus"; "Rescue the Perishing"; "Jesus, Keep Me Near the Cross"; "I
  Am Thine, O Lord"; dan masih banyak lagi lainnya.

  Meskipun himne yang ditulisnya mengalami kemunduran pada tahun-tahun
  terakhir, hampir sampai pada hari kematiannya pada tahun 1915, Fanny
  aktif membahas pekerjaan** dan pelayanan misi kepada penduduk miskin
  di Amerika. Dia mencoba membawa orang-orang kepada Juru Selamatnya
  tidak hanya melalui himnenya tetapi juga melalui kehidupan
  pribadinya yang baik. Apa yang terjadi ketika Fanny meninggal?
  Mungkin salah satu dari himne terakhirnya ini yang paling tepat
  menceritakannya:

    "When my lifework is ended and I cross the swelling tide,
    When the bright and glorious morning I shall see,
    I shall know my Redeemer when I reach the other side,
    And His smile will be the first to welcome me.

    I shall know Him, I shall know Him,
    And redeemed by His side I shall stand!
    I shall know Him, I shall know Him
    By the print of the nails in His hand."

  Fanny Crosby kemungkinan menjadi penulis himne terbanyak di
  sepanjang sejarah, ia menulis lebih dari 8.000 himne. Kurang lebih
  dua ratus nama pena yang berbeda diberikan untuk karya-karyanya oleh
  para penerbit buku-buku himne sehingga masyarakat tidak tahu bahwa
  dia telah menulis sedemikian banyaknya. Dia menulis kurang lebih
  tujuh himne atau puisi dalam sehari. Pada beberapa kesempatan,
  ketika mendengar sebuah lagu himne yang belum pernah dikenalnya, dia
  akan menanyakan tentang pengarangnya, dan ternyata himne tersebut
  adalah salah satu dari karya miliknya!

  Seandainya Anda mengambil lima belas himne dan menumpuknya satu per
  satu. Campurkanlah semuanya, itulah sejumlah himne yang ditulis
  Fanny sepanjang hidupnya! Tentu saja, beberapa di antaranya saat ini
  telah terlupakan, tetapi sebagian besar masih menjadi favorit
  orang-orang Kristen di seluruh dunia. Selama hidupnya, Fanny Crosby
  adalah salah satu wanita terkenal di Amerika Serikat dan seorang
  Kristen yang kuat, yang warisan kesetiaannya kepada Tuhan
  ditunjukkan melalui himne yang dinyanyikan sepanjang seluruh
  kekekalan. (t/Kristin)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Eaec.org
  Judul asli artikel: Fanny Crosby
  Penulis: tidak dicantumkan
  Alamat url: http://www.eaec.org/faithhallfame/fanny_crosby.htm

______________________________________________________________________

  Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi

+ Referensi __________________________________________________________

  Artikel lain tentang Fanny J.Crosby, dapat dilihat di alamat berikut
  ini.

  Tak Ingin Bisa Melihat
  ==> http://biokristi.sabda.org/tak_ingin_bisa_melihat

+ Tahukah Anda________________________________________________________

        FANNY J.CROSBY DAN HIMNE PERTAMA UNTUK SEKOLAH MINGGU

  Berikut ini, ada kisah menarik dari sang penulis himne dan penyair
  wanita, Fanny J.Crosby. Di samping menulis himne rohani, dia juga
  menulis lagu-lagu untuk sekolah minggu. Dia memulai menulis himne
  tentang sekolah minggu untuk Wm.B. Bradbury pada tahun 1864. Berikut
  kutipan himne pertamanya:

    "We are going, we are going
    To a home beyond the skies, ...."

  Ditulis di hotel Ponton di jalan Franklin, New York, 5 Februari pada
  tahun yang sama. Himne ini dinyanyikan pada pemakaman Mr. Bradbury`s
  Januari 1868.

  Sumber: http://www.wholesomewords.org/biography/bcrosby5.html

+ Sisipan_____________________________________________________________

            KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS PASKAH.SABDA.ORG

  Situs paskah.sabda.org dibangun untuk menjadi tempat Anda bisa
  mendapatkan berbagai bahan Paskah. Hampir semua jenis bahan ada di
  sini, yakni artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan
  mengajar untuk pelayanan anak dengan tema Paskah, kesaksian Paskah,
  khotbah audio Paskah, puisi Paskah, resensi buku Paskah, ulasan
  situs Paskah, tips Paskah, humor Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah,
  dan kartu Paskah. Jika Anda tertarik untuk mengirimkan bahan-bahan
  seputar Paskah, silakan mengirimkan ke redaksi. Fasilitas menulis
  blog pribadi seputar Paskah, memberikan komentar, berdiskusi di
  forum sampai fasilitas berkirim-kiriman ucapan selamat Paskah juga
  kami sediakan. Selamat berkunjung!

  ==> http://paskah.sabda.org/

______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari
Staf redaksi: Sri Setyawati dan Kusuma Negara
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2010
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org/
Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi

____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org