Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/6

Bio-Kristi edisi 6 (29-1-2007)

Athanasius dan Soren Kierkegaard


                          Buletin Elektronik
______________________________BIO-KRISTI______________________________
                          Biografi Kristiani
                          ==================
                       Edisi 006, Januari 2007


Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat      : Athanasius
- Karya        : Soren Kierkegaard: Filsuf Eksistensialis
                 yang Menantang Gereja
- Tahukah Anda?
- Sisipan      : Situs Bio-Kristi telah Hadir!

+ Pengantar __________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Pernahkah Anda memikirkan tujuan hidup Anda? Pernah pulakah Anda
  merenungkan untuk apa Anda diciptakan? Pertanyaan-pertanyaan ini
  merupakan pertanyaan eksistensial (menyangkut keberadaan diri).
  Khusus di awal tahun ini, rasanya pertanyaan-pertanyaan serupa
  menjadi penting sebagai langkah awal menjalani tahun ini.

  Berkenaan dengan itu pulalah kami memperkenalkan bapak
  eksistensialisme, Soren Aabye Kierkegaard, ke hadapan Anda. Filsuf
  Denmark ini tidak hanya menjadi tokoh penting dalam bidang filsafat,
  tapi juga dalam dunia Kristen. Ia terkenal lewat tulisan-tulisannya
  yang dibukukan dalam "Attack upon Christendom". Sejumlah karyanya
  diulas secara singkat dalam tulisan di kolom Karya. Namun, kisah
  mengenai Athanasius, salah seorang Bapa Gereja yang juga uskup itu,
  jangan sampai dilewatkan.

  Selamat membaca.

  Pengasuh Bio-Kristi,
  R.S. Kurnia


+ Riwayat ____________________________________________________________
+/- 296 -- 373, Bapa Gereja, Uskup

                              ATHANASIUS

  Athanasius lahir pada akhir abad ke-3. Ia bergabung pada rumah
  tangga Aleksander, uskup Aleksandria, dan selang beberapa waktu
  menjadi diaken. Ia ikut uskup Aleksander ke Konsili Nicea. Ketika
  Aleksander meninggal pada tahun 328, Athanasius menggantikannya
  sebagai uskup Aleksandria. Ia memangku jabatan ini selama 45 tahun
  dan meninggal pada tahun 373. Hampir seluruh hidup Athanasius
  diabdikan untuk melawan Arianisme. Arius telah dikutuk di Nicea,
  tetapi Pengakuan Iman Nicea tidak dapat diterima oleh bagian
  terbesar dari kelompok Origenes di Timur. Kaisar menginginkan
  persatuan di atas segala yang lain. Jadi, ia menganjurkan sikap
  toleransi lebih besar tentang ortodoksi sehingga Arius dapat diajak
  kembali ke dalam persekutuan gereja setelah mendapat hukuman
  seperlunya. Athanasius menolak sikap ini. Ia melihat keallahan Yesus
  Kristus sebagai dasar seluruh iman Kristen. Arianisme akan
  mengakibatkan tamatnya agama Kristen. Athanasius memerangi Arianisme
  dengan senjata apa pun yang jatuh ke tangannya, termasuk politik
  gerejawi. Sikapnya yang tidak main kompromi membuatnya tidak
  disenangi baik di antara uskup maupun negarawan. Dari 45 tahun
  sebagai uskup, 17 tahun di antaranya dihabiskan di lima tempat
  pengasingan yang berlainan. Masa pengasingan yang paling penting
  adalah waktu ia di Roma dari tahun 340 sampai 346. Ini adalah saat
  untuk saling memengaruhi antara Athanasius dan tuan rumah. Sesudah
  Roma, ia mengalami "Dasawarsa Emas", dari tahun 346 hingga 356 di
  Aleksandria, masa terpanjang sebagai uskup tanpa interupsi.

  Athanasius tetap tegar dalam pendiriannya, walaupun mereka di
  sekitarnya mulai melemah. Biarpun demikian, ia tahu saatnya bersikap
  fleksibel. Kelompok anti-Arianisme (Gereja Barat, kelompok Antiokhia
  dan Athanasius) berpendapat bahwa Allah adalah satu hypostasis atau
  pribadi, sedangkan bagian terbesar kelompok Origenis di bagian Timur
  berpendapat bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi. Pada Konsili
  Aleksandria tahun 362 (diadakan dalam waktu singkat antara dua masa
  pengasingannya), diakui bahwa kedua rumusan dapat diinterpretasikan
  secara ortodoks. Yang terpenting adalah apa yang dipercaya,
  pengalimatannya kurang penting. Pengakuan ini melicinkan jalan
  kepada kombinasi pandangan "homoousios Nicea" (Anak Allah adalah
  sehakikat dengan Sang Bapa) dan pernyataan Origenes bahwa Allah
  adalah tiga hypostasis. Versi kombinasi ini disebarkan oleh
  Bapa-bapa Kapadokia dan diterima sebagai ortodoks yang tetap pada
  Konsili Konstantinopel tahun 381.

  Athanasius adalah seorang penulis yang produktif, yang membahas
  berbagai soal.

  - Karya-karya anti-Arianisme. Kebanyakan karya Athanasius membahas
    perjuangan melawan Arianisme. Ia memanfaatkan waktu luangnya di
    pengasingan. Yang paling dikenal adalah karyanya yang terpanjang,
    ",3 Orationes Contra Arianos" (Pidato-pidato Melawan Kaum Arian).

  - Karya-karya apologia. Athanasius menulis apologia dalam dua
    bagian: "Oratio Contra Gentes" (Melawan Orang Kafir) dan "De
    Incarnatione Verbi" (Inkarnasi Firman). Menurut tradisi, karya ini
    dianggap ditulis pada tahun 318, yaitu sebelum kontroversi
    Arianisme. Namun, bukti-bukti agaknya lebih condong pada suatu
    tanggal selama pengasingan pertamanya antara tahun 335 dan 337.

  - Surat-surat Paskah. Setiap tahun Athanasius menulis surat kepada
    gereja-gereja di Mesir, yang nantinya dibaca pada hari Paskah.
    Suratnya yang ke-367 itu penting karena di dalamnya untuk pertama
    kali dimuat kanon (daftar kitab-kitab) Perjanjian Baru, tepat
    seperti yang kita kenal sekarang. Ini merupakan hasil dari masa
    saling mempengaruhi waktu Athanasius di Roma.

  - "Vita S. Antonii" (Riwayat Hidup Antonius), yang oleh Athanasius
    digambarkan sebagai rahib pertama. Pada abad ke-2 dan ke-3 ada
    orang yang hidup sebagai pertapa -- tidak menikah, hidup dalam
    kemiskinan dan mengabdikan diri dengan berdoa dan berpuasa. Mereka
    tetap hidup di antara jemaat biasa dan disebut "pertapa dalam
    rumah" karena mereka menjalankan hidup mereka sebagai pertapa di
    rumah dan di dalam masyarakat. Namun pada abad ke-4, tingkat moral
    jemaat semakin menurun karena bertambah banyaknya jumlah orang
    kafir yang bertobat dan sifat pertobatan mereka dangkal dan kurang
    serius. Karena itu, orang pertapa mulai mengundurkan diri dari
    masyarakat. Mereka pergi hidup di gurun-gurun Mesir dan Siria.
    Seperti ditulis Athanasius, "Sel-sel muncul sampai di pegunungan
    dan gurun-gurun dikolonisasi oleh para rahib. Mereka datang keluar
    dari bangsa mereka untuk mendaftarkan diri sebagai warga surga."
    Di antara rahib-rahib ini ada yang hidup menyendiri (seperti
    Antonius) di tempat terpencil, ada yang hidup berkelompok. Ada
    lagi yang memilih hidup semacam kombinasi dari kedua cara hidup
    tersebut tadi. Karya Athanasius membantu menyebarkan cita-cita
    hidup kebiaraan, khususnya di dunia Barat. Ia mempunyai peranan
    penting dalam pertobatan Augustinus.

  Athanasius berjuang begitu keras untuk pengakuan keallahan Yesus
  Kristus karena ia melihat bahwa keselamatan kita bergantung
  pada-Nya. Hanya Yesus Kristus yang ilahi, yang dapat menyelamatkan
  kita. Tema ini dibahas dalam buku "De Incarnatione Verbi".
  Athanasius dihadapkan pada tuduhan-tuduhan dari pihak Yahudi dan
  kafir, bahwa inkarnasi dan penyaliban Anak Allah tidak pantas dan
  mengurangi martabat-Nya. Athanasius menjawab bahwa inkarnasi dan
  salib justru pantas, tepat, dan sangat wajar. Sebab dunia yang
  diciptakan melalui Dia hanya dapat dipulihkan oleh Dia. Pemulihan
  ini tidak bisa terjadi, kecuali melalui salib.

    Kitalah yang menyebabkan Ia menjadi daging. Ia mengasihi kita
    sedemikian rupa untuk keselamatan kita, Ia lahir sebagai manusia
    .... Hanya Sang Penebus sendiri, yang pada permulaan menciptakan
    segala sesuatu dari yang tidak ada, dapat mengembalikan yang bejat
    menjadi tidak binasa; tidak ada yang dapat menciptakan kembali
    orang-orang dalam rupa Allah, kecuali rupa Allah itu sendiri.
    Tidak lain Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah Hidup itu
    sendiri, yang dapat membuat yang fana menjadi kekal. Tidak satu
    kecuali firman, yang memerintah segala sesuatu dan yang adalah
    Anak yang sejati dan tunggal dari Sang Bapa, yang dapat mengajar
    manusia tentang Sang Bapa dan membinasakan pemujaan berhala.
    Karena utang yang harus dibayar manusia (karena semua orang harus
    mati), Ia datang di antara kita. Setelah Ia membuktikan
    keallahan-Nya melalui karya-Nya, Ia mempersembahkan kurban-Nya
    demi kita dan menyerahkan bait-Nya (tubuh-Nya) kepada maut
    menggantikan umat manusia. Ia melakukannya untuk membebaskan
    manusia dari utang dosa pertama dan untuk membuktikan bahwa Ia
    lebih berkuasa daripada maut. Ia menunjukkan bahwa tubuh-Nya tidak
    dapat binasa, sebagai buah sulung kebangkitan semua orang .... Dua
    mujizat terjadi sekaligus: kematian seluruh umat manusia
    terlaksana dalam tubuh Tuhan, dan maut serta kebejatan dimusnahkan
    karena firman yang telah menjadi satu dengan-Nya .... Melalui
    kematian, kekekalan menjangkau seluruh umat manusia. Karena Firman
    telah menjadi manusia, maka pemeliharaan kesemestaan bersama
    pencipta serta pemimpin-Nya, yaitu firman Allah itu sendiri telah
    diperkenalkan. Ia telah menjadi manusia, agar kita menjadi ilahi;
    Ia menyatakan diri dalam rupa manusia, agar kita dapat mengerti
    Sang Bapa yang tak kelihatan itu; Ia menanggung penghinaan orang,
    agar kita dapat mewarisi hidup yang kekal (De lncarnatione
    Verbi/Inkarnasi Firman 4, 20, 54).

  Gagasan "deifikasi" atau "pendewaan" (menjadi ilahi) menunjukkan
  pengaruh Yunani dalam pemikiran Athanasius. Pengaruh ini sangat
  nyata dalam karya apologia, dalam dua bagian, yang bersifat
  pembelaan itu. Adam, sebelum jatuh dalam dosa, digambarkan sebagai
  filsuf Yunani -- ia merenungkan firman, yang adalah rupa Allah.
  Jiwanya tidak ada hubungan dengan tubuhnya. Jiwanya mengatasi semua
  keinginan serta perasaan jasmani dan merenungkan "kenyataan akali".
  Tetapi Adam berbalik dari kenyataan akali dan mulai memikirkan
  tubuhnya serta perasaan-perasaannya dan dengan demikian menjadi
  mangsa keinginan-keinginan jasmani. Pandangan mengenai kejatuhan
  manusia ini lebih banyak diambil dari filsafat Yunani dan Origenes
  daripada dari Alkitab.

  Athanasius menggunakan berbagai argumen melawan Arianisme.
  Argumentasinya terutama didasari pada Alkitab. Ia mengemukakan
  sejumlah argumen dari Alkitab untuk membuktikan ketuhanan Yesus
  Kristus. Ia juga menjawab argumen pengikut-pengikut Arius yang
  diambil dari Alkitab untuk membuktikan bahwa Anak Allah adalah lebih
  rendah dari Sang Bapa. Athanasius menjawab bahwa bagian Alkitab itu
  menunjuk pada status Yesus sebagai manusia, bukan pada status kekal-
  Nya sebagai Allah. Kedua, Athanasius menunjuk ibadah Kristen pada
  Yesus Kristus baik pada zaman Perjanjian Baru, maupun pada zaman
  mereka sendiri. Ibadah ini harus diberi arti pemujaan berhala, kalau
  Yesus hanya suatu makhluk. Ketiga, Athanasius mengemukakan bahwa
  hanya Allah mampu menyelamatkan kita -- argumen ini dipakainya dalam
  karyanya "De Incarnatione Verbi". Dan terakhir, ia memakai argumen-
  argumen filsafat -- misalnya, bahwa Allah tidak pernah bertindak
  tidak rasional tanpa Akal atau Firman-Nya.

    Sekiranya Ia [Firman] hanya makhluk, orang tidak akan beribadah
    kepada-Nya dan Ia tidak pula dibicarakan [dalam Alkitab]. Tetapi
    kenyataannya adalah bahwa Ia adalah turunan sejati dari hakikat
    Allah yang disembah. Ia adalah Anak Allah menurut tabiat-Nya dan
    bukan makhluk. Oleh sebab itu, Ia disembah dan diyakini sebagai
    Allah. Sinar matahari benar bagian dari matahari, toh hakikat
    matahari tidak terbagi atau dikurangi oleh karenanya. Hakikat
    matahari adalah lengkap dan sinarnya sempurna dan lengkap.
    Sinar-sinar itu tidak mengurangi hakikat terang, namun adalah
    turunannya yang sejati. Demikian pula kita ketahui bahwa Anak
    diperanakkan bukan di luar Sang Bapa, tetapi dari Allah Bapa
    sendiri. Allah Bapa tetap lengkap, sedangkan "gambar wujud-Nya"
    [Ibr. 1:3] adalah kekal serta menjaga persamaan-Nya dengan Allah
    Bapa dan rupa-Nya yang tak berubah. (3 Orationes Contra
    Arianos/Pidato-pidato Melawan Kaum Arian 2:24, 33)

  Athanasius juga yang pertama-tama secara serius mempelajari status
  Roh Kudus. Hingga pertengahan abad ke-4 perhatian tertuju pada
  hubungan Allah, Bapa, dan Anak. Sebutan singkat "Dan kepada Roh
  Kudus" dalam Pengakuan Iman Nicea adalah bukti betapa sedikit
  perhatian yang diberikan kepada Roh Kudus. Namun, pada tahun 359/360
  Athanasius terpaksa memerhatikan soal ini. Suatu kelompok di Mesir,
  yang kurang jelas asal mulanya dan disebut Tropici, mengajarkan
  bahwa Sang Anak adalah Allah, tetapi Roh Kudus diciptakan dari yang
  tidak ada. Dalam hal Anak, mereka bertolak dari Pengakuan Iman
  Nicea, sedangkan dalam hal Roh Kudus mereka mengikuti Arianisme.
  Mereka berselisih dengan uskup mereka, Serapion, yang minta nasihat
  kepada Athanasius. Athanasius menjawab dalam sejumlah "Letters to
  Serapion" (surat-surat kepada Serapion), yang di dalamnya untuk
  pertama kali dibahas teologi yang sungguh-sungguh memerhatikan
  Ketritunggalan. Di sana ia merinci baik status Roh Kudus maupun Anak
  Allah. Ia menjelaskan ketuhanan Roh Kudus, yang bukan Anak Allah
  tetapi "keluar dari Bapa" (Yoh. 15:26).

Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku    : Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani
  Penulis       : Tony Lane
  Penerbit      : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003
  Halaman       : 26 -- 29
  Situs penerbit: http://www.bpkgm.com/

______________________________________________________________________

Tak mungkin ada suatu sebab yang terakhir, ataupun yang tengah-tengah,
jika tidak ada yang pertama.
                                     Thomas Aquinas — teolog skolastik

+ Karya ______________________________________________________________
Filsuf Eksistensialis, 1813 -- 1855

    SOREN KIERKEGAARD: FILSUF EKSISTENSIALIS YANG MENANTANG GEREJA

  Mengapa saya ada? Apa tujuan hidup saya? Apa makna kehidupan yang
  ada pada saya ini? Itulah sejumlah pertanyaan yang berkenaan dengan
  keberadaan diri. Dalam filsafat, pertanyan tersebut merupakan
  pertanyaan yang bersifat eksistensialisme.

  Smith dan Raeper menyebutkan bahwa filsafat eksistensialisme ini
  merupakan filsafat para pemberontak. Eksistensialisme dipusatkan
  pada diri individu dan masalah-masalah eksistensi. Kata-kata kunci
  yang sering kembali dalam tulisan-tulisan para eksistensialis ialah
  kebebasan, individualitas, tanggung jawab, dan pilihan. Oleh karena
  itu, filsafat ini cenderung bersifat subjektif; menyangkut saya dan
  bagaimana saya hidup.

  Ada tiga filsuf eksistensialis yang terbesar, yaitu Soren
  Kierkegaard (1813 -- 1855), Martin Heidegger (1889 -- 1976), dan
  Jean Paul Sartre (1905 -- 1980). Dari ketiganya, Kierkegaard
  dianggap sebagai pelopor filsafat ini, bapak eksistensialisme.

  KIERKEGAARD DAN TRAGEDI
  Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, sebagai
  anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Michael Pedersen
  Kierkegaard, merupakan pedagang grosir yang menjual kain, pakaian,
  dan makanan. Ia menikahi Ane Sorendatter Lund, seorang pembantu yang
  tidak pernah memperoleh pendidikan; istri pertamanya meninggal dua
  tahun setelah pernikahan mereka.

  Setelah mengenyam pendidikan di sekolah putra yang prestisius di
  Borgerdydskolen, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas
  Kopenhagen. Di sini pria yang bernama lengkap Soren Aabye
  Kierkegaard ini mempelajari filsafat dan teologi. Sejumlah tokoh
  seperti F.C. Sibbern, Poul Martin Moller, dan H.L. Martensen menjadi
  gurunya di sana.

  Ada banyak tragedi yang di sekitar pria yang juga menguasai bahasa
  Latin, bahasa Yunani, sejarah, matematika, sains, dan filsafat ini.
  Tragedi pertama menyangkut ayahnya yang merasa tidak pernah lepas
  dari dosa mengutuk Tuhan. Hidupnya juga menyimpan skandal dengan
  pembantu rumah tangganya yang kemudian menjadi istri keduanya. Lalu,
  saudara-saudara Kierkegaard banyak yang meninggal ketika masih
  begitu muda. Dua kakaknya, satu lelaki dan satu perempuan, meninggal
  sebelum ia berusia sembilan tahun. Tiga kakaknya yang lain, dua
  perempuan dan satu lelaki, meninggal sebelum ia berusia 21 tahun.
  Kakak tertuanya, Peter, akhirnya memilih hidup sebagai seorang
  uskup. Kierkegaard sendiri tidak pernah menikah seumur hidupnya.
  Ia membatalkan pertunangannya dengan Regina Olsen.

  Meski demikian, talentanya yang luar biasa sudah muncul ketika
  menuliskan "Journals", salah satu karya terbaiknya yang pernah
  diterbitkan. Ia mulai menulis karya tersebut ketika berusia dua
  puluh tahun. Mungkin bakatnya mulai terasah ketika turut
  mendengarkan diskusi mengenai filsafat Jerman yang sering dilakukan
  ayahnya di rumah mereka.

  KIERKEGAARD DAN KRITIK TERHADAP GEREJA
  Salah satu karya Kierkegaard yang tajam dihasilkannya menjelang
  akhir hayatnya. Peter Vardy, seorang dosen Filsafat Agama di
  Heythrope College, University of London, menganggap tulisan-tulisan
  Kierkegaard yang dikumpulkan dalam buku "Attack upon Christendom"
  merupakan kecaman paling keras yang pernah ditulis. Setidaknya,
  sepuluh artikel termuat di dalamnya sebagai kritik terhadap gereja
  yang dianggap Kierkegaard sudah melenceng dari hakikat gereja yang
  semestinya.

  Kecaman Kierkegaard tersebut dipicu oleh pernyataan Profesor
  Martensen dalam pemakaman Uskup Mynster yang dinilainya sebagai
  upaya menarik perhatian masyarakat guna mendapatkan posisi sebagai
  uskup. Kecamannya ini semula ditujukan bagi Martensen, namun
  berkembang menjadi kritik terhadap seluruh gereja.

  Dalam kecaman tersebut, Kierkegaard menganggap para imam dan gereja
  tidak lagi mewartakan Injil Kristus, tetapi mewartakan pesan
  kemapanan dan kegembiraan. Gereja justru memberikan rasa aman,
  penghargaan, dan kedudukan dalam masyarakat. Ia melihat gereja sudah
  mempermainkan Allah dengan memberitakan sesuatu yang menyimpang dari
  kekristenan Perjanjian Baru (PB).

  Salah satu artikel yang berjudul "Judge for Yourself" mendorong
  pembacanya untuk beribadah di gereja dan mempertimbangkan sendiri
  apakah yang diwartakan sama dengan kekristenan PB yang mencakup
  keterlibatan sepenuh hati, komitmen, dan dedikasi total.

     "Dunia Kristen" bukanlah Gereja Kristus ... dalam pengertian
     bagaimanapun juga. Tidak, saya katakan bahwa "Dunia Kristen"
     adalah omong kosong yang melekat pada Kristianitas seperti sarang
     laba-laba yang melekat di pohon, begitu eratnya sehingga sekarang
     ingin dianggap sebagai Kristianitas .... Bentuk keberadaan yang
     telah ditunjukkan oleh jutaan "Dunia Kristen" tidak berhubungan
     sama sekali dengan Perjanjian Baru." (Attack upon Christendom
     192)

  Kecaman Kierkegaard yang kian keras menimbulkan reaksi balik dari
  pihak gereja. Diaken Bloch mengancamnya dengan sanksi gereja. Namun,
  Kierkegaard menanggapi lewat tulisannya:

     "Bila saya tidak mengubah diri, Sang Diaken akan menghukum saya
     dengan sanksi gereja. Lalu bagaimana? Hukuman itu memang
     direncanaan dengan kejam; sebegitu kejamnya sehingga saya
     mengatakan para para wanita untuk menyediakan obat amonia agar
     mereka tidak pingsan sewaktu mendengarnya. Bila saya tidak
     mengubah diri, pintu gereja akan tertutup bagi saya. Mengerikan!
     Jadi, bila saya tidak mengubah diri, saya akan sendirian di luar
     pintu, dan pada hari Minggu saya tidak dapat lagi mendengarkan
     kefasihan bicara para saksi kebenaran." (Attack upon Christendom
     47)

  Bagi Kierkegaard, ibadah yang benar hanya "terletak pada pelaksanaan
  kehendak Allah" dan gereja tidak mutlak diperlukan untuk itu. Ini
  tidak berarti bahwa ia mendukung penghapusan gereja Kristus. Ia
  justru mengemukakan bahaya yang diakibatkan oleh keputusan untuk
  menetapkan lembaga gereja sebagai pengganti gereja Kristus. Dan ia
  melihat tugasnya sebagai memperkenalkan kembali kekristenan ke dalam
  dunia Kristen. Ia sepenuhnya sadar bahwa keselamatan tidak
  bergantung pada perintah para imam, tetapi pada perintah Allah.

  Kierkegaard beranggapan, jauh lebih baik untuk menyerang dan menolak
  kekristenan daripada turut serta dalam mengejek kekristenan dalam
  kebobrokan yang ditunjukkan gereja.

  KARYA-KARYA KIERKEGAARD LAINNYA
  Kierkegaard banyak menghasilkan karya tulis di sepanjang hidupnya.
  Meskipun pada mulanya berbagai tulisannya tidak terlalu
  diperhatikan, pada masa-masa berikutnya, karya-karyanya tersebut
  memengaruhi banyak tokoh lain. Sebut saja Heidegger, Sartre, bahkan
  para teolog abad dua puluh seperti Karl Barth, Rudolf Bultmann, Paul
  Tillich, dan Dietriech Bonhoeffer.

  Pada dasarnya, karya-karya Kierkegaard dapat dikelompokkan dalam dua
  periode. Periode pertama ditulis antara 1841 dan 1845. Sebagian
  besar bernuansa filosofis dan estetis, beberapa ditulis dalam nama
  samaran, Johannes Climacus. Karya-karya dalam periode ini ialah "The
  Concept of Irony with Constant Reference to Socrates" (1841),
  "Either/Or" (1843), "Fear and Trembling" (1842), "The Concept of
  Dread" (1844), "Stages on Life`s Way (1844), "Philosophical
  Fragments"(1844), "Concluding Unscientific Postscript to the
  Philosophical Fragments" (1846), dan sejumlah "Edifying Discourses".

  Periode kedua dalam kepenulisannya lebih ditekankan pada
  kekristenan. Pada masa ini, tulisan-tulisannya banyak ditujukan pada
  gereja. Karya-karya yang ia hasilkan pada masa ini ialah "Works of
  Love" (1847), "Christian Discourses" (1848), dan "Training in
  Christianity" (1850). Sementara itu, "Journal" terus ia tulis sampai
  akhir hayatnya.

  Berikut ringkasan sejumlah karyanya.

  - Either/Or (Enten/Eller) - 1843
    Buku ini terdiri dari dua bagian yang mempertentangkan pandangan
    hidup yang estetis dengan yang etis. Karya yang panjang ini
    menampilkan catatan-catatan pribadi, esai-esai dan
    percobaan-percobaan psikologis untuk menggoda ahli estetika serta
    serangkaian surat yang ditulis seorang hakim kepada ahli estetika
    yang menyanjung sisi positif pernikahan dan kehidupan etis.
    Struktur dialektis karya ini tidak memberikan penyelesaian, atau
    "sintesis" dalam konsep Hegelian, untuk dua pandangan hidup yang
    bertentangan. Karya ini berfungsi baik sebagai kritik maupun
    parodi terhadap filsafat Hegelian.

  - Fear and Trembling (Frygt og Baeven) - 1844
    Mengambil contoh pegorbanan Ishak oleh Abraham untuk menyelidiki
    penundaan etika teleologi (ajaran atau kepercayaan bahwa segala
    tindakan disebabkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai). Hal
    ini merupakan kebutuhan akan ketaatan mutlak terhadap perintah
    Allah meskipun perintah itu tidak masuk akal atau tidak bermoral.

  - Philosophical Fragments (Philosophiske Smuler) - 1844
    Melalui karya ini, Kierkegaard memerinci elemen subjektif yang
    diperlukan dalam mendapatkan pengetahuan dengan menelusuri doktrin
    inkarnasi dan apakah kebahagiaan abadi dapat didasarkan pada
    peristiwa sejarah.

  - Concluding Unscientific Postscript (Afsluttende uvidenskabelig
    Efterskrift) - 1845
    Sambungan Philosophical Fragments yang berpendapat bahwa semua
    kebenaran harus secara subjektif cocok dan tidak ada jaminan
    adanya pengetahuan objektif. Kierkegaard mengangkat Kristus, tokoh
    yang penuh paradoks, yang adalah manusia dan Allah. Ia menekankan
    bahwa hal ini tidak dapat dipahami secara logis (sebagaimana dalam
    sintesa Hegel. Seseorang hanya bisa memiliki sebuah komitmen yang
    subjektif yang sungguh-sungguh terhadap kepercayaan ini atau
    kepercayaan lain.

  - Works Of Love (Kjerlighedens Gjerninger) - 1846
    Sebuah esei yang meneliti perintah "Kasihilah sesamamu seperti kau
    mengasihi dirimu sendiri`. Karya itu menekankan kualitas cinta
    yang tak terlukiskan, meneliti siapakah `sesama` dan bagaimana
    cinta sejati (tidak egois) hanya mungkin didapat jika kita
    mengenal Tuhan dan menjadi wujud alami iman.

  - Practice in Christianity (Indøvelse I Christendom) - 1850
    Karya ini merupakan serangan yang murni dilancarkan Kierkegaard,
    ditujukan kepada gereja mapan yang mencoba meminimalisir serangan
    dalam rangka melayani dunia. Melalui karya ini, ia hendak
    memperkenalkan kembali kekristenan PB kepada dunia Kristen.

  - The Changelessness of God: A Discourse (Guds Uforanderlighed. En
    Tale) - 1855
    Karya yang didasarkan pada khotbah tentang Yakobus 1:17 ini memuji
    ketetapan Tuhan dan mendorong pembaca untuk mengikut Dia. Tapi
    pembaca juga diingatkan untuk berhati-hati dalam bertindak karena
    mereka akan diadili oleh Tuhan dengan ketetapan tak tergoyahkan
    yang sama.

  AKHIR HAYAT
  Meskipun melancarkan kritik yang sangat keras terhadap gereja, ia
  tetap berkunjung ke gereja. Tidak untuk menghadiri ibadah. Ia hanya
  duduk di luar gereja dengan tenang pada hari Minggu. Namun, ia tetap
  memberikan perpuluhan kepada gereja.

  Ketika ia hendak pulang ke rumah dengan uang terakhir yang
  dimilikinya, Kierkegaard terjatuh tak sadarkan diri. Ia dibawa ke
  rumah sakit dan meninggal lima minggu kemudian. Ia meninggal pada
  tanggal 11 November 1855. Pemakaman Kierkegaard tidak dihadiri oleh
  pendeta manapun. Hanya dua orang sepenting Peter, saudara
  laki-lakinya yang telah menjadi uskup, dan dekan dari sebuah
  katedral.


  Bahan bacaan:
  Douglas, J.D.(Ed.). 1978. "The New International Dictionary of the
     Christian Church". Zondervan: Grand Rapids, Michigan.
  Goodwin, Evan. 2003. "Soren Kierkegaard Works". Dalam
     http://www.littlebluelight.com/lblphp/works.php?ikey=13.
  Shepherd, Victor. 1999. "Soren Kierkegaad". Dalam
     http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/soren.htm.
  Smith, Linda dan William Raeper. 2001. "Ide-Ide: Filsafat dan Agama
     Dulu dan Sekarang". Kanisius: Yogyakarta.
  "Soren Kierkegaard Quotes". Dalam
     http://www.littlebluelight.com/lblphp/quotes.php?ikey=13.
  Vardy, Peter. 2001. "Kierkegaard". Yogyakarta: Kanisius.


+ Tahukah Anda? ______________________________________________________

  Di sekolahnya, Kierkegaard dijuluki sebagai "anggota koor" karena
  pakaiannya mirip dengan pakaian anak-anak di sekolah amal. Ia juga
  dijuluki "Soren Kaus Kaki" karena ayahnya pernah bekerja untuk
  membuat kaus kaki.

  Sumber:
  Vardy, Peter. 2001. "Kierkegaard". Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 14

+ Sisipan ____________________________________________________________

                    SITUS BIO-KRISTI TELAH HADIR!

  Kolaborasi antara Redaksi Bio-Kristi dan Divisi Web YLSA telah
  menghasilkan sebuah situs yang juga dinamakan Bio-Kristi. Dibangun
  dengan teknologi drupal, situs ini menyediakan fasilitas
  keanggotaan. Jadi, setiap orang yang ingin berkontribusi lewat
  tulisan mengenai tokoh-tokoh Kristen tertentu dapat langsung
  mengirimkannya. Sebuah forum diskusi juga telah disediakan sebagai
  wadah interaktif antaranggota untuk mendiskusikan tokoh-tokoh
  tertentu. Sejumlah kategori untuk memulai diskusi telah disediakan
  di sana, seperti Seputar Tokoh Kristen, Seputar Biografi Kristiani,
  dan Lain-Lain. Sejumlah artikel juga telah tersedia untuk dinikmati
  di situs tersebut. Saat ini, kategori yang tersedia masih berupa
  Teolog, Bapa Gereja, Uskup, Reformator, Misionaris, Ilmuwan, dan
  Himne. Fasilitas untuk mengomentari bisa Anda manfaatkan untuk
  mengomentari tiap artikel. Anda juga dapat memanfaatkan fasilitas
  pencarian kata dan ayat dalam Alkitab yang terintegrasi dengan
  SABDAweb di halaman utama. Silakan berkunjung untuk lebih mengenal
  sejumlah tokoh Kristen yang telah tersedia.

  ==> http://biokristi.sabda.org/

______________________________________________________________________
                        Pengasuh: R.S. Kurnia
           Kontributor referensi edisi ini: Yuppi Purnason
  Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                     Copyright(c) BIO-KRISTI 2007
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
_________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________

Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti    : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi     : < staf-bio-kristi(at)sabda.org >
Arsip Bio-Kristi   : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi

____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org