Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/9 |
|
Bio-Kristi edisi 9 (9-4-2007)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 009, April 2007 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Tertullianus: Sang Bapa Teologi Latin - Karya : Mengenal Orang di Balik Pendaratan Pertama di Bulan - Tahukah Anda? - Sisipan : - Renungan Paskah: Bukti-Bukti Mutlak - Catatan Redaksi + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Apa yang menyebabkan orang-orang Kristen pada masa gereja purba begitu tegar menghadapi maut? Iman mereka yang teguh pada Kristus, itulah jawabannya. Keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian, itu jugalah yang membuat mereka dengan tegar mengaku sebagai Kristen. Ketegaran orang-orang Kristen tersebut ternyata telah mengubah seorang kafir menjadi Kristen. Tidak sekadar menjadi Kristen, ia malah memiliki peranan yang begitu penting dalam sejarah gereja. Ia juga berperan dalam mencetuskan istilah teologis yang tidak terdapat dalam Alkitab, sekaligus sebagai orang pertama yang menulis dalam bahasa Latin. Silakan simak kisahnya dalam kolom Riwayat, yang dirangkai dengan kisah orang di balik pendaratan di bulan tahun 1969. Mengingat kita baru saja merayakan Paskah, Bio-Kristi menyertakan sebuah renungan Paskah dalam kolom Sisipan. Ketika berita kebangkitan Kristus itu diperdengarkan kembali, biarlah semangat kita semakin dipompa untuk semakin giat melayani Dia. SELAMAT PASKAH 2007! Pengasuh Bio-Kristi, R.S. Kurnia + Riwayat ____________________________________________________________ +/- 150 -- 220, Bapa Teologi Latin, Montanisme TERTULLIANUS: SANG BAPA TEOLOGI LATIN Disusun oleh: R.S. Kurnia BAHASA LATIN SEBAGAI LINGUA FRANCA Istilah "lingua franca" mengacu kepada bahasa pengantar yang sifatnya universal sehingga orang-orang dari berbagai latar belakang bangsa dan bahasa dapat memahami satu dengan lainnya. Kalau bahasa Melayu menjadi "lingua franca" di wilayah Asia Tenggara, khususnya perairan Indonesia kala itu, di daratan Eropa hingga ke Afrika bahasa Latinlah yang menjadi "lingua franca". Sebagai bahasa resmi di Kekaisaran Romawi, wajarlah bahasa ini menjadi "lingua franca". Di puncak kejayaannya, bahasa Latin dituturkan dari Pulau Britania di barat laut sampai Palestina di ujung tenggara. Kini setelah bahasa Latin menjadi bahasa mati, bahasa Inggrislah yang menjadi "lingua franca" dalam berbagai pertemuan internasional. Namun, tahukah Anda tokoh yang berperan dalam penulisan Latin untuk pertama kalinya? Tokoh tersebut tak lain ialah Tertullianus, salah seorang yang sangat berperan penting dalam sejarah gereja pada abad abad ke-2 dan awal abad ke-3. Sebagai salah seorang penulis yang sangat produktif pada masanya, Tertullianus menghasilkan begitu banyak tulisan, baik dalam bahasa Latin, maupun dalam bahasa Yunani. LATAR BELAKANG TERTULLIANUS Tidak ada angka yang pasti mengenai tahun kelahiran Tertullianus. Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 150. Sumber lain menyebutkan dia lahir sekitar tahun 200, sedangkan yang lain menyebutkan kelahirannya antara tahun 150 dan 160. Namun yang jelas, ia dilahirkan di Kartago, dari keluarga kafir. Quintus Septimius Florens Tertullianus, itulah nama lengkapnya. Ayahnya yang adalah seorang komandan tentara Romawi mendorongnya untuk mempelajari hukum. Keahliannya di bidang hukum inilah yang kemudian memberinya kemampuan "mematikan" dalam melawan praktik tidak adil yang menghukum mati orang-orang beriman, hanya karena mereka Kristen. Bila mengamati karya-karya tulisnya, memang bisa disimpulkan kalau Tertullianus memiliki pendidikan yang sangat baik. Ia disebutkan mendapatkan pendidikan di Homerus. Meski demikian, ia jauh lebih tertarik pada filosofi, sejarah, sains, dan pengetahuan mengenai barang-barang antik daripada kepada puisi. PERTOBATAN TERTULLIANUS Karena berasal dari masyarakat kafir, tidak heran jika Tertullianus juga menjalani kehidupan masa muda yang dekat dengan nuansa kekafiran. Ia memanjakan hasratnya kepada hal-hal yang dianggapnya sesuai baginya. Termasuk dalam hal seks, juga arena gladiator, di mana ia menyaksikan para gladiator saling menaklukkan; ia juga menyaksikan para kriminal dan orang-orang Kristen yang harus menjadi santapan singa di arena tersebut. Setidaknya ada dua faktor yang bisa kita sebutkan sebagai penyebab pertobatan Tertullianus. Faktor pertama menyangkut kegemarannya di arena gladiator. Ia sangat terpukul tatkala menyaksikan bagaimana orang-orang Kristen dieksekusi dalam arena tersebut. Faktor kedua sangat berkenaan dengan tingkah laku dan keteguhan hidup orang-orang Kristen yang disaksikan sendiri oleh Tertullianus -- termasuk ketika mereka akan disantap singa. Diperkirakan ia bertobat sekitar tahun 192 di Kartago. Lalu ketika berusia 40-an hingga 60-an, ia mendedikasikan dirinya sebagai seorang penulis. Lewat tangannya, ia menjadi seorang apologetik yang tangguh. Sikapnya yang keras membuatnya menolak segala bentuk dosa secara tegas. Catatan Hieronymus menyebutkan bahwa Tertullianus sempat berposisi sebagai uskup. Meski demikian, pandangan ini belakangan banyak diragukan oleh para ahli. Disebutkan pula bahwa Tertullianus menikah. Sayangnya, ia tidak dianugerahi seorang anak pun. Meski demikian, ia pernah meminta kepada istrinya agar tidak menikah lagi ketika ia meninggal. Ia menambahkan, bila pun menikah, haruslah dengan seorang Kristen. SEBAGAI BAPA TEOLOGI LATIN Seperti kita ketahui, manuskrip-manuskrip seperti keempat Injil, dan juga surat-surat para rasul, ditulis dalam bahasa Yunani. Warisan penting ini tampaknya turut mendorong penulisan literatur gereja purba dalam bahasa Yunani. Akan tetapi, kecenderungan ini mulai beralih ke bahasa Latin. Ketika itu, Kartago merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi. Selain itu, kota ini merupakan pusat pendidikan dan budaya kedua setelah Roma. Dengan demikian wajar saja kalau bahasa Latin, yang juga bahasa resmi Romawi digunakan di sini. Karena lahir dan besar di Kartago, tidak heran kalau bahasa Latin menjadi bahasa yang akrab bagi Tertullianus. Tertullianus sendiri diyakini sebagai orang pertama yang berperan memperkenalkan bahasa Latin ke dalam lingkungan gereja. Semula, ia memang menulis dalam bahasa Yunani, sebagaimana para pendahulunya. Sayangnya, tidak satu pun dari karya-karya berbahasa Yunaninya ini yang disebutkan tersisa. Karya-karya yang hilang itu meliputi "Ecstasy", "Paradise", "Fate", "The Hope of Believers", "Flesh and Soul", dam "Against the Apellians". Namun, Tertullianus juga mulai menulis dalam bahasa Latin. Ia menulis begitu banyak karya. Sayangnya, saat ini hanya tersisa 31 tulisan berbahasa Latin yang ia hasilkan dan menjadi warisan berharga yang ada sampai saat ini. Mengingat perannya dalam penulisan pemikiran teologi dalam bahasa Latin, juga jumlah tulisannya yang diyakini banyak itu, Tertullianus pun dianggap sebagai Bapa Teologi Latin. MENJADI PENDUKUNG MONTANISME Pada awalnya, Tertullianus merupakan pendukung gereja ortodoks. Ia banyak menentang kekafiran. Bahkan setelah menjadi Kristen, ia malah membenci hiburan umum, termasuk pertunjukan gladiator. Akan tetapi, sikapnya yang keras membuatnya berbalik dan menyerang gereja ortodoks. Tertullianus berpendapat bahwa orang-orang Kristen dan gereja harus bertindak tanpa kompromi terhadap kehidupan orang-orang di sekitarnya. Ketika ia melihat bahwa sikap yang kompromi ini mulai menjalar di tengah kehidupan gereja, ia menunjukkan kemarahannya. Sikap-sikap yang ditentangnya adalah keengganan untuk menjadi martir, termasuk sikap mengampuni dosa meskipun itu dosa yang serius. Situasi ini kemudian membuatnya mendukung aliran Montanisme. Aliran Montanisme merupakan aliran yang muncul sekitar tahun 170-an. Saat itu, Montanus beserta dua wanita mulai bernubuat di Frigia. Mereka menyerukan kehidupan yang sederhana: tidak lagi mengadakan pernikahan, berpuasa lebih lama, dan tidak menghindari mati martir. Semula, Irenaeus menganjurkan agar gerakan ini tidak dikutuk tanpa pertimbangan. Meski demikian, terjadi keretakan dalam gerakan ini sampai akhirnya, gerakan yang kemudian dikenal sebagai "ajaran sesat Frigia" ini dikutuk. Ia diperkirakan mulai mendukung montanisme sekitar tahun 210. Tertullianus pun segera menjadi pembicara yang tangguh bagi kaum montanis. Walaupun baginya, kaum montanis sendiri tidak cukup ketat. Dan tampaknya hal ini juga yang membuatnya berpisah dengan mereka dan membentuk sektenya sendiri, yang kemudian bertahan hingga abad ke-5 di Afrika. Akibat sikap ini, ia tidak pernah diangkat sebagai salah satu orang suci, sebagaimana Augustinus. Lalu pada abad ke-6, melalui sebuah dekrit gereja, Decretum Gelasianum, karya-karya Tertullianus, beserta sejumlah karya dari penulis lainnya ditolak. SEBAGAI SALAH SATU PELETAK FONDASI Meski demikian, Tertullianus merupakan salah seorang yang sangat berpengaruh, baik pada masanya, maupun pada masa-masa sesudahnya. Pengaruhnya diwariskan melalui berbagai tulisan. Selain itu, ia juga menjadi orang pertama yang mencetuskan istilah Trinitas, istilah yang berkenaan dengan kepribadian Allah yang tidak ditemukan di seluruh Kitab Suci. Istilah tersebut terdapat dalam "Adversus Praxean", sebagai responsnya atas suatu ajaran sesat. Ia juga turut berperan menetapkan fondasi dasar dalam Kristologi. Dalam karyanya, "Baptism", ia juga memperkenalkan eksposisi pertama Doa Bapa Kami. Berikut ini sejumlah tulisannya yang dianggap relevan dengan Perjanjian Baru. - Adversus Marcionem (Against Marcion) - De Baptismo (Concerning Baptism) - De Cultu Feminarum (Concerning the Apparel of Women) - De Fuga in Persecutione (Concerning Flight in Persecution) - De Oratione (Concerning Prayer) - De Pudicitia (Concerning Modesty) - Scorpiace Tidak ada sumber yang jelas mengenai kapan dan bagaimana Tertullianus meninggal. Catatan Hieronymus menyebutkan bahwa ia meninggal dengan tenang sekitar tahun 220-an. Spekulasi lain menyebutkan kemungkinan kalau ia mati martir. Sumber Bacaan Davis, Glenn. 1997-2007. Tertullian of Carthage (Quintus Septimius Florens Tertullianus), dalam http://www.ntcanon.org/Tertullian.shtml. Douglas, J.D. (Ed.). 1978. "The New International Dictionary of the Christian Church". Grand Rapids, Michigan: Zondervan. Donaldson, Roberts. 2001. Tertullianus, Quintus Septimius Florens, dalam http://www.earlychristianwritings.com/info/tertullian-wace.html. Lane, Tony. 2003. "Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani". Jakarta: BPK Gunung Mulia. The Tertullian Project. 1999. Tertullian: Colorful, Controversial Early African Christian, dalam http://www.tertullian.org/chi.htm. ______________________. 1999. The `Decretum Gelasianum de Libris Recipiendis Et Non Recipiendis`, dalam http://www.tertullian.org/decretum_eng.htm. ______________________. 1999. The Noddy Guide to Tertullian, dalam http://www.tertullian.org/readfirst.htm. Wellem, F.D. 1999. "Riwayat Singkat Tokoh-Tokoh dalam Gereja". Jakarta: BPK Gunung Mulia. Informasi lain mengenai Tertullianus dapat Anda peroleh dari: - Tertullian of Carthage: biografi singkat oleh Rob Bradshaw http://www.earlychurch.org.uk/tertullian.php - Quintus Septimius Florens Tertullianus: karya-karya Tertullianus (dalam bahasa Latin) http://www.thelatinlibrary.com/tertullian.html - Tertullian: Against the Valentinians: tulisan Tertullianus yang menentang aliran sesat yang dipelopori oleh Valentinus. http://www.gnosis.org/library/ter_val.htm - The Tertullian Project: koleksi materi dari zaman kuno hingga modern mengenai Tertullianus. http://www.tertullian.org/ _____________________________________________________________________ Darah orang Kristen menjadi benih bagi gereja. Tertullianus -- Bapa Teologi Latin + Karya ______________________________________________________________ 1910 -- 1977, Ilmuwan MENGENAL ORANG DI BALIK PROYEK PENDARATAN PERTAMA DI BULAN Dirangkum oleh: Yohanna Prita Amelia Ketika membicarakan penjelajahan ke angkasa luar, perjalanan ke bulan, akan langsung mengingatkan kita pada nama Neil Armstrong. Astronot asal Amerika Serikat (AS) ini merupakan astronot pertama yang menginjakkan kakinya di bulan. Armstrong sampai di bulan bersama rekannya, Edwin Aldrin, dengan menggunakan pesawat angkasa Apollo 11. Namun, tahukah Anda siapa orang yang berdiri di balik kesuksesan peluncuran tersebut? Nama Wernher Magnus Maximillian von Braun mungkin bukan nama yang familiar di telinga kita. Meski demikian, tanpanya, Neil Armstrong dan Edwin Aldrin mungkin tidak akan pernah menginjakkan kakinya di bulan. Ya, sebab von Braun merupakan sosok yang berdiri di balik kesuksesan pendaratan pertama manusia di bulan pada tahun 1969 tersebut. Wernher von Braun dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1912 di kota Wirsitz, Posen, Jerman. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Baron Magnus Von Braun dan Baroness Emmy Von Quistorp. Ayahnya merupakan politisi dan bankir yang sukses, sedangkan ibunya merupakan astronom amatir yang sangat mencintai astronomi. Dari ibunyalah von Braun akhirnya memimpikan kemungkinan menjelajahi angkasa. Ibunya menghadiahkan sebuah teleskop kepada von Braun ketika ia diterima sebagai anggota jemaat Gereja Lutheran. Ketika berusia tiga belas tahun, von Braun membaca sebuah buku berjudul "The Rocket into Planetary Space". Buku tersebut ditulis oleh seorang perintis roket dari Rumania dan mengupas mengenai kemungkinan dilakukannya perjalanan antarplanet. Buku inilah yang memberi inspirasi bagi von Braun. Hanya saja, untuk memahami buku ini dibutuhkan pengetahuan matematika, sesuatu yang menjadi kelemahan von Braun. Maka, ia pun giat mempelajari matematika dan fisika dengan serius. Pada tahun 1930, von Braun masuk ke Institut Teknologi Charllotenburg di Berlin. Di sana ia bergabung dengan Society for Space Travel, perkumpulan yang memiliki minat dalam pengembangan roket penjelajah angkasa luar. Di situlah ia bertemu dengan Oberth. Bahkan von Braun sempat menjadi asisten Oberth dan mereka berhasil mengembangkan mesin roket kecil. Pada tahun 1932, von Braun mendapat gelar B.Sc. dari Institut Teknologi Charllotenburg. Dan empat tahun kemudian, ia mendapat gelar Ph.D. dalam bidang fisika dari Universitas Berlin. Setelah sejak 1932 Perkumpulan Perjalanan Angkasa kehabisan dana, sumbangan Kantor Ordonansi Tentaralah yang memungkinkan von Braun terus melakukan penelitian. Namun pada tahun 1934, karyanya disita sebagai akibat peraturan yang melarang penelitian roket selain dari dinas militer. Pada tahun itu pula von Braun direkrut oleh lembaga riset Angkatan Bersenjata Jerman, untuk mengadakan riset tentang roket, guna memantapkan Hitler melangkah ke Perang Dunia II. Riset ini bersifat rahasia dan diadakan di Kepulauan Borkum, Laut Utara, lalu pindah ke Peenemunde di Kepulauan Usedom, Baltik. Mereka berhasil mengembangkan roket A-3 dengan tinggi 137 cm dan berstabilisasi giroskopis, yang berhasil diluncurkan dengan ketinggian 2 km. Roket A-3 masih mengalami perkembangan sampai menjadi A-4 atau dikenal juga dengan V-2 (Vengeance Weapon Number 2). Roket A-4 pertama kali diluncurkan dan diarahkan kota London pada tanggal 7 September 1944. Sebanyak 4.320 roket ditembakkan ke London, menewaskan 2.511 orang dan melukai sedikitnya 6.000 orang. Karena merasa penelitiannya telah disalahgunakan oleh pihak militer Jerman, von Braun kemudian menolak bekerja sama. Akibat penolakan tersebut, von Braun dan dua orang rekannya dijebloskan ke penjara pada tahun 1944. Akan tetapi, von Braun dilepaskan dari penjara karena Hitler menyadari bahwa pengembangan roket tidak akan berjalan tanpa ahlinya. Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, von Braun dan anggota penelitiannya menyerahkan diri ke AS, dengan anggapan pemerintah AS akan lebih bijaksana dalam menggunakan hasil penelitiannya. Selain itu, von Braun juga beranggapan bahwa AS merupakan negara yang paling mungkin menggunakan kemampuannya untuk penjelajahan ruang angkasa. Mereka tiba di AS tanggal 20 Juni 1945. Saat itu, von Braun beserta 126 stafnya (disebut "Peenemunders") ditempatkan di Fort Bliss, Texas dan diminta terus mengembangkan roket V-2. Dua tahun kemudian pada 1 Maret 1947, von Braun menikah dengan sepupunya berusia 18 tahun, Maria Von Quirstorp. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Dan pada tahun 1955, von Braun dan 40 orang lainnya resmi menjadi warga negara Amerika pada tahun 1955. Von Braun tinggal di di Huntsville, Alabama selama dua puluh tahun (1950-1970). Di kota ini von Braun mendirikan institusi riset di Universitas Alabama, Huntsville, Pusat Roket dan Antariksa Alabama dan von Braun Civic Center. Dalam sebuah majalah ilmiah bernama "Collier", edisi 22 Maret 1952, von Braun menulis sebuah artikel yang menarik berjudul "Crossing the Last Frontier". Di sini ia menuangkan mimpinya tentang pembuatan stasiun antariksa yang berada di bulan dan planet Mars. Peluncuran Sputnik pada tanggal 4 Oktober 1957 oleh pihak Uni Soviet, memicu pemerintah AS membentuk NASA pada Oktober 1958. Dan von Braun diangkat sebagai direktur pusat penerbangan angkasa. Hal ini tentu saja memberikan kebebasan baginya untuk mewujudkan impiannya sejak awal, yaitu penjelajahan angkasa, melebihi pengembangan senjata. Roket Redstone merupakan salah satu roket yang dikembangkan von Braun dan teman-temannya. Roket ini diluncurkan bersama astronotnya, Alan B. Shepherd pada tahun 1961. Dan von Braun terus melakukan pengembangan serangkaian roket khusus untuk penerbangan berawak. Dari serangkaian pengembangan tersebut, lahirlah roket Saturnus 1, Saturnus 1B, dan Saturnus V. Bahkan von Braun terlibat dalam proyek penerbangan berawak: Mercury, Gemini, dan Apollo. Pada akhir tahun 1968 Apollo 8 meluncur meninggalkan orbit bumi, mengitari bulan dan kembali ke bumi. Kemudian Neil dan rekannya Edwin "Buzz" Aldrin berhasil mendarat di Bulan dengan pesawat Apollo 11 tepatnya pada tanggal 20 Juli 1969. Proyek Apollo sendiri ditutup pada proyek Apollo 17. Setelah keberhasilan program Apollo, von Braun mengundurkan diri dari NASA pada tahun 1972 dan menjadi seorang pengusaha di perusahaan Fairchild, Germantown, Maryland sambil mempromosikan pendirian National Space Institute. Pada tanggal 16 Juni 1977, von Braun menutup usia di Alexandria, Virginia, AS karena kanker. Ia meninggalkan seorang istri, tiga anak, dua saudara, dan sejumlah karya tentang penjelajahan antariksa. Meskipun telah menjadi seorang ilmuwan yang menonjol akibat proyek pendaratan di bulan, von Braun tidak pernah sekalipun meninggalkan Tuhan dalam penelitiannya. Dia adalah salah satu dari sekian banyak ilmuwan lain yang menentang aliran rasionalis ilmiah dan teori evolusioner. Von Braun memandang Alkitab sebagai "pernyataan hakikat dan kasih Allah". Ia menulis: "Manned space flight is an amazing achievement, but it has opened for mankind thus far only a tiny door for viewing the awesome reaches of space. An outlook through this peephole at the vast mysteries of the universe should only confirm our belief in the certainty of its Creator. I find it as difficult to understand a scientist who does not acknowledge the presence of a superior rationality behind the existence of the universe as it is to comprehend a theologian who would deny the advances of science." (Penerbangan ruang angkasa yang berawak adalah suatu prestasi yang menakjubkan, tetapi sampai sekarang ia hanya membuka pintu yang kecil untuk melihat ruang angkasa yang sangat luas. Suatu pengamatan dari lubang intip ini, seharusnya meneguhkan iman kita akan kepastian adanya Penciptanya. Saya merasa sama sulitnya untuk mengerti seorang ilmuwan yang tidak mengakui adanya Allah yang Mahatahu di belakang alam semesta ini, seperti seorang teolog yang menyangkal adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan alam.) Sumber: Hefley, James C. 2000. "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus". Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hlm. 145 -- 147. Lamont, Ann. 1999. "Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi". Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Hlm. 294 -- 305. Taufiq. 2006. Wernher Von Braun (1912-1977) : Memodernkan Roket untuk Menjelajah Antariksa, dalam "Pikiran Rakyat", 20 Juli 2006. + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Konsili Sirmium yang diadakan oleh Constantius, Kaisar Romawi Timur, telah menolerir Arianisme. Constantius sendiri merupakan penganut Arianisme. Hasil konsili inilah yang kemudian ditolak keras dalam Decretum Gelasianum pada abad ke-6. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Council_of_Sirmium + Sisipan ____________________________________________________________ Renungan Paskah BUKTI-BUKTI MUTLAK Kisah Para Rasul 1:1-11 Alkitab mengatakan bahwa Yesus "menunjukkan diri-Nya hidup setelah penderitaan-Nya melalui bukti-bukti yang mutlak" (Kis. 1:3). Hal ini lebih daripada sebuah pernyataan bersejarah yang disampaikan oleh Lukas. Ini merupakan sebuah tantangan terhadap berbagai kritikan yang akan menyangkal fakta sesungguhnya tentang kebangkitan jasmani dari Tuhan Yesus Kristus. Lukas telah membuat pernyataan yang menakjubkan sekaligus mencengangkan bahwa Yesus hidup, Ia disaksikan oleh sekelompok orang banyak, dan kebangkitan-Nya dikuatkan dengan begitu banyaknya bukti yang meyakinkan. Hari ini, hampir 2000 tahun setelah peristiwa tersebut berlalu, tidak ada doktrin lain di dalam Kitab Suci yang lebih banyak diserang dibandingkan dengan kebangkitan Tuhan kita secara jasmani. Memang tidaklah mengherankan karena hal itu merupakan kunci dari doktrin Kristen yang tertinggi. Dengan kebangkitan Yesus dari kematian, keseluruhan struktur dari doktrin Kristen dapat terus bertahan atau malah jatuh. Bila kebangkitan Yesus tidak dapat dibuktikan, maka kekristenan dapat hancur menjadi debu dan bahkan memiliki tingkat kepercayaan di bawah mitos-mitos yang paling sembrono, yang ada di Yunani dan Romawi Kuno. Si Iblis mengetahui tentang hal ini dan karena itu, serangan pertamanya dan yang paling sering terhadap kebenaran tentang Kristus adalah dengan melawan kebangkitan jasmani-Nya. Kredibilitas dari iman Kristen kita beralaskan pada "banyak bukti yang mutlak" bahwa Yesus hidup. -- MRD Kristus adalah kehidupan, kubur yang kosong Menyatakan kekuatan kuasa-Nya; Dan bagi mereka yang percaya pada-Nya Baik kematian maupun neraka, tak `kan mencelakakan. -- Anon Karena Kristus hidup, kita tidak perlu takut kepada maut. Diambil dari: Judul buku : Kemenangan dalam Kebangkitan Penulis artikel: Martin R. De Haan Penerjemah : Tim RBC Indonesia Penerbit : RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2004 Halaman : 52 ______________________________________________________________________ Catatan Redaksi Kami memberitahukan kepada para pembaca sekalian bahwa sejak edisi April 2007 ini, Buletin Elektronik Bio-Kristi mengalami pergeseran waktu terbit. Bila semula hadir dua pekan jelang akhir bulan, kini Bio-Kristi akan hadir pada hari Senin pekan kedua tiap bulannya. Mohon dukungan doa agar perubahan ini bisa tetap konsisten, khususnya dalam periode terbitnya. Selain itu, kami juga masih mengundang para pembaca untuk menyempatkan waktu berpartisipasi dengan mengisi kolom Apa Kata Mereka dengan mengomentari tokoh-tokoh Kristen tertentu. Komentar terhadap berbagai tokoh lain juga bisa dilakukan lewat situs Bio-Kristi <http://biokristi.sabda.org/>. Silakan mendiskusikan kontroversi yang mungkin ada lewat forum yang disediakan. ______________________________________________________________________ Pengasuh: R.S. Kurnia Kontributor edisi ini: Yohanna Prita Amelia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2007 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org > Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/ Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |