Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/76 |
|
Bio-Kristi edisi 76 (3-10-2011)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) _______________________Edisi 76, Oktober 2011_______________________ DAFTAR ISI RIWAYAT: INGWER LUDWIG NOMMENSEN TAHUKAH ANDA: PENINGGALAN NOMMENSEN DI NUSANTARA SISIPAN: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP) Salam kasih, Hidup sebagai seorang penginjil menuntut pengorbanan yang tidak sedikit. Seorang penginjil harus siap "mengorbankan" zona nyaman, materi, dan bahkan kemapanan hidup untuk mengabdi pada Tuhan dan memberitakan Kabar Baik. Bahkan, seorang penginjil harus mau tinggal di pelosok desa atau daerah-daerah yang terpencil demi memberitakan Kabar Baik bagi masyarakat yang belum mengenal Tuhan. Demikianlah yang dilakukan oleh Ingwer Ludwig Nommensen. Dia rela meninggalkan negaranya untuk menginjil ke Indonesia, tepatnya di tanah Batak. Seperti apa perjalanan hidup Nommensen? Anda bisa mengetahuinya dengan membaca artikel yang Bio-Kristi sajikan di edisi ini. Selain riwayat Nommensen, Anda juga bisa membaca warisan yang Nommensen berikan bagi bangsa Indonesia. Semoga sajian kami memberikan wawasan lebih luas bagi Anda untuk mengenal tokoh penginjil di Nusantara pada tahun 1800-an, Nommensen. Pemimpin Redaksi Bio-Kristi, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://biokristi.sabda.org > "Jangan tanyakan apa yang dunia perlukan. Tanyakan apa yang membuat Anda bersemangat, dan cobalah untuk melakukannya. Karena yang dunia perlukan adalah orang-orang yang bersemangat." Howard Thurma -- Teolog RIWAYAT: INGWER LUDWIG NOMMENSEN (1834 -- 1918 Penginjil) Nommensen adalah seorang tokoh pengabar Injil berkebangsaan Jerman yang terkenal di Indonesia. Hasil dari pekerjaannya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak Toba. Gereja itu bernama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Tidak berlebihan, jikalau ia diberi gelar Rasul Batak. Ia sudah memberikan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pengabaran Injil di tanah Batak. Nommensen dilahirkan pada tanggal 6 Februari 1834 di sebuah pulau kecil, Noordstrand, di Jerman Utara. Nommensen sejak kecil sudah hidup di dalam kemiskinan dan penderitaan. Sejak kecil ia sudah mencari nafkah untuk membantu orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang miskin dan selalu sakit-sakitan. Pada umur 8 tahun, ia mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain pada musim panas, dan pada musim dingin ia bersekolah. Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani sehingga pekerjaan itu tidak asing lagi baginya. Semuanya ini tampaknya merupakan persiapan bagi pekerjaannya sebagai pengabar Injil di kemudian hari. Tahun 1846 Nommensen mengalami kecelakaan yang serius. Pada waktu ia bermain kejar-kejaran dengan temannya, tiba-tiba ia ditabrak oleh kereta berkuda. Kereta kuda itu menggilas kakinya sehingga patah. Oleh karenanya, terpaksa ia hanya bisa berbaring saja di tempat tidur selama berbulan-bulan. Teman-temannya biasa datang untuk menceritakan pelajaran dan cerita-cerita yang disampaikan guru di sekolah. Cerita-cerita itu adalah tentang pengalaman pendeta-pendeta yang pergi memberitakan Injil kepada banyak orang, dan Nommensen sangat tertarik mendengar cerita-cerita itu. Lukanya makin parah, sehingga dia tidak dapat berjalan sama sekali. Sekalipun sakit, Nommensen belajar merajut kaos, menjahit, dan menambal sendiri pakaiannya yang robek. Pada suatu hari, ia membaca Yohanes 16:23-26, yaitu tentang kata-kata Tuhan Yesus bahwa siapa yang meminta kepada Bapa di Surga, maka Bapa akan mengabulkannya. Nommensen bertanya kepada ibunya, apakah perkataan Yesus itu masih berlaku atau tidak. Ibunya meyakinkannya bahwa perkataan itu masih berlaku. Ia mengajak ibunya untuk berdoa bersama-sama. Nommensen meminta kesembuhan dan dengan janji, jikalau ia sembuh maka ia akan pergi memberitakan Injil. Doanya dikabulkan, dan beberapa minggu kemudian kakinya sembuh. Setelah sembuh, Nommensen kembali menggembalakan domba. Janjinya selalu menggodanya untuk segera memenuhinya. Oleh karena itu, ia melamar untuk menjadi penginjil pada Lembaga Pekabaran Injil Rhein (RMG). Beberapa tahun lamanya ia belajar sebagai calon pengabar Injil. Tahun 1861 ia ditahbiskan menjadi pendeta. Dan sesudahnya ia berangkat menuju Sumatera dan tiba pada bulan Mei 1862 di Padang. Ia memulai pekerjaannya di Barus. Ia mulai belajar bahasa Batak dan bahasa Melayu, yang cepat sekali dapat dikuasainya. Sekarang ia mulai mengadakan kontak-kontak dengan orang-orang Batak, terutama dengan raja-raja. Ia tidak jemu mengadakan perjalanan keliling untuk menciptakan hubungan pergaulan yang baik. Ia mempelajari adat-istiadat Batak dan mempergunakannya dalam mempererat pergaulan. Nommensen meminta izin untuk masuk ke pedalaman namun dilarang oleh pemerintah, karena sangat berbahaya bagi seorang asing. Namun Nommensen tidak takut. Ia memilih Silindung sebagai tempat tinggalnya yang baru. Ia mendapat gangguan yang hebat di sini, namun ia tidak putus asa. Ia berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di Huta Dame (Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah, dan rumahnya sendiri di Pearaja. Sampai sekarang Pearaja menjadi pusat HKBP. Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan, sehingga Injil makin meluas. Kemudian dia pindah tempat tinggal ke kampung Sigumpar pada tahun 1891, dan ia tinggal di sana sampai dia meninggal. Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak dengan berbagai macam cara. Ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba dan menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga berusaha untuk memperbaiki pertanian, peternakan, meminjamkan modal, menebus hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta membuka sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan. Dalam pekerjaan pengabaran Injil, ia menyadari perlunya mengikutsertakan orang-orang Batak. Maka dari itu, dibukalah sekolah penginjil yang menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Juga untuk kebutuhan guru-guru sekolah, dia membuka pendidikan guru. Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan, maka pimpinan RMG mengangkatnya menjadi Ephorus pada tahun 1881. Pada hari ulang tahunnya yang ke-70, Universitas Bonn memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Nommensen. Nommensen meninggal pada umur yang sangat tua -- 84 tahun. Ia meninggal pada tanggal 12 Mei 1918. Nommensen dikuburkan di Sigumpar, di tengah-tengah suku bangsa Batak setelah bekerja dalam kalangan suku bangsa ini selama 57 tahun lamanya. Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja Judul artikel: Nommensen, Ingwe Ludwig Penulis: Drs. F.D. Wellem, M.Th. Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999 Halaman: 198 -- 200 Diambil dari: Nama situs: e-MISI Alamat URL: http://misi.sabda.org/ingwer-ludwig-nommensen Tanggal akses: 10 Juni 2011 TAHUKAH ANDA: PENINGGALAN NOMMENSEN DI NUSANTARA Bagi orang Batak, Nommensen bukan cuma tokoh pembawa agama. Ia juga dikenal sebagai pembaru yang membangun sektor pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Selama berada di Tanah Batak, Nommensen telah mendirikan 510 sekolah dengan murid 32.700 orang, antara lain di Balige, Tarutung, Siantar, Sidikalang, Samosir, dan Ambarita. Setiap mengunjungi desa-desa, dia selalu membawa kotak obatnya, dan berusaha menyembuhkan penyakit warga. Sumber: http://bataknews.wordpress.com/2007/04/05/tb-silalahi/ SISIPAN: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP) Pada bulan kegiatan IDOP, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh dunia berdoa bersama bagi gereja Tuhan yang teraniaya. Tahun ini, kegiatan IDOP akan dilaksanakan secara serempak pada bulan November 2011. Kami mengajak Anda, para gembala sidang, pengajar, pemimpin, kaum muda, pendoa syafaat, dan semua orang percaya untuk dapat bergabung dalam acara doa bersama ini. Dapatkan pula IDOP KIT untuk membantu Anda berdoa dan menyusun acara IDOP di gereja, sekolah, atau persekutuan doa Anda. Informasi lebih lanjut tentang acara IDOP, bisa dilihat di < www.persecutedchurch.org >. Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi: < jemmi(at)sabda.org > Arsip e-JEMMi: < http://www.sabda.org/publikasi/misi/ > Situs: < http://misi.sabda.org > Komunitas: < http://fb.sabda.org/misi >, < http://twitter.com/sabdamisi > Kontak: < biokristi(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P. (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/biokristi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |