Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/68 |
|
Bio-Kristi edisi 68 (7-6-2011)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) __________________________Edisi 68, Juni 2011__________________________ DAFTAR ISI RIWAYAT: EUGENIO PACELLI, PAUS PIUS XII TAHUKAH ANDA: DOGMA PENGANGKATAN TUBUH MARIA KE SURGA SISIPAN: BERITA YLSA Salam sejahtera, Tokoh yang diangkat dalam publikasi Bio-Kristi sangat beragam. Selain tokoh Alkitab, seniman, penulis himne, dan sastrawan, Bio-Kristi juga menampilkan tokoh-tokoh kristiani yang lain. Dalam edisi kali ini, Anda dapat mengikuti kisah hidup Eugenio Pacelli (Paus Pius XII), seorang pemimpin negara sekaligus pemimpin agama Katolik di dunia. Dalam kolom Tahukah Anda, Anda juga bisa membaca puncak teologi oleh Eugenio Pacelli tentang pengangkatan tubuh Bunda Maria. Selanjutnya, di kolom Sisipan, Anda akan diperkenalkan dengan publikasi lain dari YLSA. Bagi Anda yang ingin mengenal lebih jauh tentang YLSA dan mendukung pelayanan YLSA, informasi ini kiranya dapat membantu Anda. Silakan menyimak sajian kami. Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://biokristi.sabda.org > "Persiapkan perangkat kerjamu, Tuhan akan menunjukkan pekerjaannya." Robert Browning -- Penyair dan Dramawan RIWAYAT: EUGENIO PACELLI, PAUS PIUS XII (1876 -- 1939) Pemimpin Negara, Pemimpin Rohani Diringkas oleh: Kusuma Negara Eugenio Pacelli dilahirkan di Roma, pada tanggal 2 Maret 1876. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki hubungan sejarah dengan Takhta Kepausan. Kakek, ayah, saudara, dan sepupunya memiliki peranan di dalam lingkaran kepausan. Pada usia 12 tahun, Eugenio menyatakan keinginannya untuk menjadi imam daripada menjadi pengacara. Saat berusia 18 tahun (1894), ia masuk Seminari Almo Capranica untuk memulai pendidikan menjadi imam. Pada tahun 1895-1896, ia mempelajari filsafat di Universitas Roma La Sapienza. Tiga tahun kemudian (1899), ia menerima gelar sarjana dalam bidang teologi dan dalam bidang Hukum Perdata dan Hukum Kanon. Karier di Gereja Pada tahun 1899 Eugenio ditahbiskan menjadi seorang imam, dan menerima tugas pertamanya sebagai imam pembantu di Chiesa Nuova. Pada tahun 1904, Pacelli menjadi seorang bendahara Takhta Kepausan. Setahun kemudian, ia menjadi seorang moonsignor atau imam agung domestik. Selain itu, tahun 1904-1916, Pacelli juga membantu Kardinal Pietro Gasparri dalam penyusunan Hukum Kanon. Pada tahun 1917, Paus Benediktus XV kemudian mengangkat Pacelli sebagai duta besar untuk Bavaria dan ditahbiskan menjadi uskup agung di Kapel Sistina. Setelah penahbisannya, Eugenio Pacelli berangkat ke Bavaria. Karena duta besar untuk Prusia atau Jerman pada waktu itu belum ada, Pacelli pun ditunjuk untuk menjadi duta besar bagi seluruh Kekaisaran Jerman demi alasan kepraktisan. Setelah tiba di Munich, ia langsung menyampaikan ikhtiar Takhta Kepausan untuk mengakhiri Perang Dunia I kepada Pemerintah Jerman. Sayangnya, ia tidak berhasil. Selanjutnya, ia mengonsentrasikan dirinya pada usaha-usaha kemanusiaan Paus Benediktus XV. Di Berlin, Pacelli menjadi pemimpin Korps Diplomatik. Ia aktif dalam kegiatan-kegiatan diplomatik dan sosial. Di sana, ia bertemu dengan tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Adolf von Harnack, Gustav Stresemann, Clemens August Graf von Galen, dan Konrad Cardinal von Preysing. Ia melakukan perjalanan ke seluruh daerah di Jerman, menghadiri pertemuan nasional umat Katolik, dan memberikan sekitar 50 khotbah serta pidato kepada masyarakat Jerman. Ketika ia kembali ke Roma pada tahun 1929, pujian datang bertubi-tubi kepadanya dari umat Katolik maupun Protestan. Saat itu, ia menjadi orang yang lebih terkenal dibandingkan kardinal atau uskup Jerman mana pun. Pada tanggal 16 Desember 1929, Pacelli diangkat menjadi seorang kardinal oleh Paus Pius XI. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 7 Februari 1930, Paus Pius XI mengangkatnya sebagai Kardinal Sekretaris Negara. Sebagai seorang kardinal, dia banyak melakukan kunjungan diplomatik ke seluruh Eropa dan Amerika. Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat pada tahun 1936, ia bertemu dengan Charles Coughlin dan Franklin D. Roosevelt. Masa Kepausan Pengalaman diplomatik Pacelli, terutama dengan Jerman, menjadi salah satu alasan para kardinal memilihnya menjadi Sri Paus. Dia menggantikan Paus Pius XI yang wafat pada tanggal 10 Februari 1939. Keputusan para kardinal ini diumumkan pada tanggal 2 Maret 1939, pada hari ulang tahun Pacelli yang ke-63. Namun, penahbisannya diadakan pada tanggal 12 Maret 1939. Mungkin karena ingin menghormati pendahulunya, Pacelli mengambil gelar kepausan yang sama dengan pendahulunya, yaitu Paus Pius (sebuah gelar yang hanya digunakan oleh paus-paus orang Italia). Setelah pemilihannya, Paus Pius XII menyebutkan tiga sasaran yang ingin dicapainya sebagai Sri Paus. 1. Mewajibkan rohaniwan/wati dan para imam untuk mengumandangkan terjemahan baru Kidung Mazmur tiap hari, agar mereka dapat lebih menghargai keindahan dan kekayaan Kitab Perjanjian Lama. Terjemahan ini diselesaikan pada tahun 1945. 2. Memberikan penjelasan mengenai dogma pengangkatan tubuh ke surga. Dogma ini dinyatakan pada bulan November 1950. 3. Meningkatkan usaha-usaha penggalian arkeologi di bawah Basilika Santo Petrus di Roma, untuk memastikan apakah Santo Petrus benar-benar dimakamkan di sana, atau apakah gereja telah terjebak dalam kebohongan iman selama lebih dari 1500 tahun. Hasil pertama mengenai makam Santo Petrus diterbitkan pada tahun 1950. Setelah Perang Dunia II, Paus Pius XII mengangkat lebih banyak pejabat gereja yang bukan orang Italia dibandingkan dengan paus-paus sebelumnya. Dalam masa kepemimpinannya, Paus Pius XII mengadakan pemilihan kardinal-kardinal baru sebanyak dua kali. Karena Paus Pius XII tidak mau mengangkat kardinal-kardinal baru selama Perang Dunia II, jumlah kardinal tinggal 38 orang. Sebelumnya, pada tahun 1945, Paus Pius XII telah menghapuskan prosedur konklaf kepausan yang rumit menjadi lebih sederhana. Paus Pius XII juga melakukan kanonisasi banyak orang suci, termasuk di antaranya Paus Pius X dan Maria Goretti. Ia melakukan beatifikasi Paus Innosensius XI. Perang Dunia II Masa kepemimpinan Paus Pius XII dimulai tak lama sebelum Perang Dunia II. Selama masa perang, Sri Paus menjalankan kebijaksanaan netralitas seperti yang dilakukan oleh Paus Benediktus XV selama Perang Dunia I. Setelah Jerman menginvasi Belanda, Belgia, dan Luksemburg (1940), Paus Pius XII mengirimkan pernyataan simpati kepada Ratu Belanda, Raja Belgia, dan Pangeran Luxembourg. Pada tahun 1941, Paus Pius XII menafsirkan Divini Redemptoris, surat ensiklik Paus Pius XI, yang melarang umat Katolik membantu kaum Komunis. Pemberian bantuan militer kepada Uni Soviet dalam Perang Dunia II, tidak berlaku lagi (Uni Soviet berada di pihak yang sama dengan negara-negara lain yang menentang Nazi Jerman dan Fasis Italia). Penafsiran ini mengakhiri penentangan umat Katolik Amerika atas aturan pemberian bantuan kepada Uni Soviet. Pada bulan Maret tahun 1942, Paus Pius XII mengadakan hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Jepang dan menerima Duta Besar Ken Harada, yang memegang jabatan tersebut hingga akhir masa perang. Pada Mei 1942, Duta Besar Polandia untuk Vatikan mengeluhkan bahwa Paus Pius XII telah gagal untuk mengutuk gelombang kejahatan dan kekejaman yang belakangan terjadi di Polandia. Holocaust Pada bulan Oktober 1941, Harold Tittman, seorang delegasi Amerika Serikat untuk Vatikan, meminta Sri Paus untuk mengutuk kekejaman yang menimpa orang-orang Yahudi. Paus Pius XII menjawab bahwa Vatikan berkeinginan untuk tetap "netral", menegaskan kembali kebijaksanaan netralitas yang diambil oleh Paus Pius XII semenjak September 1940. Pada bulan Desember 1942, ketika Tittman bertanya kepada Kardinal Sekretaris Negara apakah Paus Pius XII akan mengeluarkan pernyataan yang sama dengan pernyataan negara-negara sekutu "Kebijaksanaan Jerman mengenai Pemusnahan Ras Yahudi", Maglione menjawab bahwa Vatikan "tidak bisa mengutuk kekejaman-kekejaman tertentu di depan umum." Pada tahun 1942, seorang diplomat Slowakia melapor Paus Pius XII bahwa orang-orang Yahudi Slowakia sedang dikirim ke kamp-kamp konsentrasi. Vatikan kemudian memprotes Pemerintah Slowakia, bahwa Vatikan "menyesalkan tindakan-tindakan ini yang sangat menyakiti hak asasi manusia seseorang, hanya karena ras mereka." Pada tanggal 18 September 1942, Paus Pius XII menerima surat dari Monsinyur Montini (yang nantinya menjadi Paus Paulus VI) yang mengatakan bahwa "pembunuhan masal orang-orang Yahudi telah mencapai pada proporsi dan bentuk yang sangat menakutkan". Pada bulan yang sama, Myron Taylor, duta Amerika Serikat untuk Vatikan, memperingatkan Paus Pius XII bahwa "wibawa moral" Vatikan sedang dirusak akibat sikap diamnya terhadap kekejaman-kekejaman yang terjadi di Eropa. Kardinal Sekretaris Negara menjawab bahwa isu-isu mengenai genosida belum bisa dibuktikan. Pada bulan Januari 1943, Paus Pius XII sekali lagi menolak untuk secara publik mengutuk kekejaman Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Pada tanggal 26 September 1943, setelah Jerman menduduki Italia bagian utara, pejabat-pejabat Nazi memberikan waktu 36 jam bagi para pemimpin Yahudi di Roma, untuk menyetorkan 50 kilogram emas (atau yang setara dengannya) kepada Nazi dengan ancaman Nazi akan menyandera 300 orang apabila hal tersebut tidak terpenuhi. Pemimpin Rabbi di Roma saat itu menulis dalam bukunya bahwa ia diutus ke Vatikan untuk mencari bantuan. Vatikan menawarkan bantuan dalam bentuk pinjaman 15 kilogram emas, namun ternyata tawaran ini tidak diperlukan lagi ketika orang-orang Yahudi menerima perpanjangan waktu. Tak lama kemudian, ketika deportasi dari Italia tidak bisa dihindarkan lagi, 477 orang Yahudi disembunyikan di dalam Vatikan sendiri dan 4.238 orang lainnya dilindungi di berbagai biara di Roma. Pasca-Perang Dunia II Kebijakan gereja setelah Perang Dunia II memfokuskan pada bantuan material bagi Eropa yang tercabik-cabik oleh perang, gerakan internasionalisasi internal Gereja Katolik Roma, serta pembangunan hubungan-hubungan diplomatik di seluruh dunia. Meski gereja berkembang di Eropa Barat dan kebanyakan negara-negara yang berkembang, gereja menghadapi penindasan serius di Eropa Timur. Rezim-rezim komunis di Albania, Bulgaria, dan Rumania hampir membasmi Gereja Katolik Roma di negara-negara mereka. Tahun-Tahun Terakhir Paus Pius XII Tahun-tahun terakhir masa kepemimpinan Paus Pius XII dimulai pada akhir tahun 1954 dengan sebuah penyakit yang berlangsung lama, hingga ia sempat memikirkan untuk mengundurkan diri. Setelah itu, perubahan dalam kebiasaan bekerjanya menjadi terlihat jelas. Sri Paus menghindari upacara-upacara, kanonisasi, dan konsistorium yang memakan waktu lama, serta menunjukkan kebimbangan dalam masalah-masalah pribadi. Paus Pius XII wafat pada tanggal 9 Oktober 1958 di Castel Gandolfo. Ketika jenazahnya memasuki kota Roma sebagai bagian dari proses pemakamannya, hampir seluruh penduduk Roma berkumpul di sana. Penduduk Roma berkabung atas meninggalnya paus "mereka", seseorang yang lahir di kota itu, dan terutama seseorang yang menjadi pahlawan pada masa perang. Surat wasiat Paus Pius XII diterbitkan segera setelah wafatnya. Alasan kanonisasi Paus Pius XII dibuka pada tanggal 18 November 1965 oleh Paus Paulus VI. Pada tanggal 2 September 2000, dalam masa kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II, Paus Pius XII dianugerahi gelar Yang Dimuliakan. Diringkas dari: Nama situs: Wikipedia Bahasa Indonesia Alamat URL: http://id.wikipedia.org/w/ index.php?title=Paus_Pius_XII&oldid=4177216 Judul asli artikel: Paus Pius XII Penulis: Kontributor Wikipedia Tanggal akses: 31 Maret 2011 TAHUKAH ANDA: DOGMA PENGANGKATAN TUBUH MARIA KE SURGA Dogma mengenai pengangkatan tubuh Sang Perawan Maria ke surga adalah puncak teologi Paus Pius XII. Pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII menjelaskan dogma tentang pengangkatan tubuh ke surga: "Bunda Allah yang suci, Sang Perawan Maria, setelah menjalani kehidupan duniawinya, tubuh dan jiwanya diangkat ke keagungan surgawi." Dalam pernyataan dogmatis ini, kalimat "setelah menjalani kehidupan duniawinya" membiarkan pertanyaan tak terjawab apakah Sang Perawan Maria meninggal sebelum tubuhnya diangkat ke surga atau dirinya diangkat ke surga sebelum kematiannya; kedua kemungkinan ini dibiarkan ada. Tahun 1954 ditetapkan sebagai Tahun Maria, tahun 1954 juga dipilih sebagai hari perayaan seratus tahun lahirnya Dogma Pembuahan Suci (Immaculate Conception). Dalam surat ensiklik resmi, Paus Pius XII mengumumkan secara resmi perayaan dan gelar Ratu bagi Maria. Sumber: http://id.wikipedia.org/w/ index.php?title=Paus_Pius_XII&oldid=4177216 SISIPAN: BERITA YLSA Anda ingin mengetahui lebih jauh mengenai pelayanan YLSA? Bergabunglah segera di Publikasi Berita YLSA. Milis ini menyajikan informasi aktual seputar pelayanan YLSA dan perkembangannya, yang diterbitkan secara khusus untuk menjangkau pribadi/yayasan yang telah mendukung dan menjadi sahabat YLSA, baik sebagai donatur, relawan, mitra, pendoa, eks-staf dan teman-teman YLSA. Daftarkan diri Anda sekarang juga! Berlangganan: < subscribe-i-kan-berita-ylsa(at)hub.xc.org > Kontak: < beritaylsa(at)sabda.org > Arsip: < http://www.sabda.org/publikasi/berita_ylsa/ > Situs: < http://ylsa.org/ > Komunitas: < http://blog.sabda.org/ >, < http://fb.sabda.org/ylsa/ >, < http://twitter.com/_YLSA_ > Publikasi ini bisa Anda terima dengan cuma-cuma. Kontak: < biokristi(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P. (c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/biokristi > Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |