Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/6 |
|
Bio-Kristi edisi 6 (29-1-2007)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 006, Januari 2007 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Athanasius - Karya : Soren Kierkegaard: Filsuf Eksistensialis yang Menantang Gereja - Tahukah Anda? - Sisipan : Situs Bio-Kristi telah Hadir! + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Pernahkah Anda memikirkan tujuan hidup Anda? Pernah pulakah Anda merenungkan untuk apa Anda diciptakan? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan eksistensial (menyangkut keberadaan diri). Khusus di awal tahun ini, rasanya pertanyaan-pertanyaan serupa menjadi penting sebagai langkah awal menjalani tahun ini. Berkenaan dengan itu pulalah kami memperkenalkan bapak eksistensialisme, Soren Aabye Kierkegaard, ke hadapan Anda. Filsuf Denmark ini tidak hanya menjadi tokoh penting dalam bidang filsafat, tapi juga dalam dunia Kristen. Ia terkenal lewat tulisan-tulisannya yang dibukukan dalam "Attack upon Christendom". Sejumlah karyanya diulas secara singkat dalam tulisan di kolom Karya. Namun, kisah mengenai Athanasius, salah seorang Bapa Gereja yang juga uskup itu, jangan sampai dilewatkan. Selamat membaca. Pengasuh Bio-Kristi, R.S. Kurnia + Riwayat ____________________________________________________________ +/- 296 -- 373, Bapa Gereja, Uskup ATHANASIUS Athanasius lahir pada akhir abad ke-3. Ia bergabung pada rumah tangga Aleksander, uskup Aleksandria, dan selang beberapa waktu menjadi diaken. Ia ikut uskup Aleksander ke Konsili Nicea. Ketika Aleksander meninggal pada tahun 328, Athanasius menggantikannya sebagai uskup Aleksandria. Ia memangku jabatan ini selama 45 tahun dan meninggal pada tahun 373. Hampir seluruh hidup Athanasius diabdikan untuk melawan Arianisme. Arius telah dikutuk di Nicea, tetapi Pengakuan Iman Nicea tidak dapat diterima oleh bagian terbesar dari kelompok Origenes di Timur. Kaisar menginginkan persatuan di atas segala yang lain. Jadi, ia menganjurkan sikap toleransi lebih besar tentang ortodoksi sehingga Arius dapat diajak kembali ke dalam persekutuan gereja setelah mendapat hukuman seperlunya. Athanasius menolak sikap ini. Ia melihat keallahan Yesus Kristus sebagai dasar seluruh iman Kristen. Arianisme akan mengakibatkan tamatnya agama Kristen. Athanasius memerangi Arianisme dengan senjata apa pun yang jatuh ke tangannya, termasuk politik gerejawi. Sikapnya yang tidak main kompromi membuatnya tidak disenangi baik di antara uskup maupun negarawan. Dari 45 tahun sebagai uskup, 17 tahun di antaranya dihabiskan di lima tempat pengasingan yang berlainan. Masa pengasingan yang paling penting adalah waktu ia di Roma dari tahun 340 sampai 346. Ini adalah saat untuk saling memengaruhi antara Athanasius dan tuan rumah. Sesudah Roma, ia mengalami "Dasawarsa Emas", dari tahun 346 hingga 356 di Aleksandria, masa terpanjang sebagai uskup tanpa interupsi. Athanasius tetap tegar dalam pendiriannya, walaupun mereka di sekitarnya mulai melemah. Biarpun demikian, ia tahu saatnya bersikap fleksibel. Kelompok anti-Arianisme (Gereja Barat, kelompok Antiokhia dan Athanasius) berpendapat bahwa Allah adalah satu hypostasis atau pribadi, sedangkan bagian terbesar kelompok Origenis di bagian Timur berpendapat bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi. Pada Konsili Aleksandria tahun 362 (diadakan dalam waktu singkat antara dua masa pengasingannya), diakui bahwa kedua rumusan dapat diinterpretasikan secara ortodoks. Yang terpenting adalah apa yang dipercaya, pengalimatannya kurang penting. Pengakuan ini melicinkan jalan kepada kombinasi pandangan "homoousios Nicea" (Anak Allah adalah sehakikat dengan Sang Bapa) dan pernyataan Origenes bahwa Allah adalah tiga hypostasis. Versi kombinasi ini disebarkan oleh Bapa-bapa Kapadokia dan diterima sebagai ortodoks yang tetap pada Konsili Konstantinopel tahun 381. Athanasius adalah seorang penulis yang produktif, yang membahas berbagai soal. - Karya-karya anti-Arianisme. Kebanyakan karya Athanasius membahas perjuangan melawan Arianisme. Ia memanfaatkan waktu luangnya di pengasingan. Yang paling dikenal adalah karyanya yang terpanjang, ",3 Orationes Contra Arianos" (Pidato-pidato Melawan Kaum Arian). - Karya-karya apologia. Athanasius menulis apologia dalam dua bagian: "Oratio Contra Gentes" (Melawan Orang Kafir) dan "De Incarnatione Verbi" (Inkarnasi Firman). Menurut tradisi, karya ini dianggap ditulis pada tahun 318, yaitu sebelum kontroversi Arianisme. Namun, bukti-bukti agaknya lebih condong pada suatu tanggal selama pengasingan pertamanya antara tahun 335 dan 337. - Surat-surat Paskah. Setiap tahun Athanasius menulis surat kepada gereja-gereja di Mesir, yang nantinya dibaca pada hari Paskah. Suratnya yang ke-367 itu penting karena di dalamnya untuk pertama kali dimuat kanon (daftar kitab-kitab) Perjanjian Baru, tepat seperti yang kita kenal sekarang. Ini merupakan hasil dari masa saling mempengaruhi waktu Athanasius di Roma. - "Vita S. Antonii" (Riwayat Hidup Antonius), yang oleh Athanasius digambarkan sebagai rahib pertama. Pada abad ke-2 dan ke-3 ada orang yang hidup sebagai pertapa -- tidak menikah, hidup dalam kemiskinan dan mengabdikan diri dengan berdoa dan berpuasa. Mereka tetap hidup di antara jemaat biasa dan disebut "pertapa dalam rumah" karena mereka menjalankan hidup mereka sebagai pertapa di rumah dan di dalam masyarakat. Namun pada abad ke-4, tingkat moral jemaat semakin menurun karena bertambah banyaknya jumlah orang kafir yang bertobat dan sifat pertobatan mereka dangkal dan kurang serius. Karena itu, orang pertapa mulai mengundurkan diri dari masyarakat. Mereka pergi hidup di gurun-gurun Mesir dan Siria. Seperti ditulis Athanasius, "Sel-sel muncul sampai di pegunungan dan gurun-gurun dikolonisasi oleh para rahib. Mereka datang keluar dari bangsa mereka untuk mendaftarkan diri sebagai warga surga." Di antara rahib-rahib ini ada yang hidup menyendiri (seperti Antonius) di tempat terpencil, ada yang hidup berkelompok. Ada lagi yang memilih hidup semacam kombinasi dari kedua cara hidup tersebut tadi. Karya Athanasius membantu menyebarkan cita-cita hidup kebiaraan, khususnya di dunia Barat. Ia mempunyai peranan penting dalam pertobatan Augustinus. Athanasius berjuang begitu keras untuk pengakuan keallahan Yesus Kristus karena ia melihat bahwa keselamatan kita bergantung pada-Nya. Hanya Yesus Kristus yang ilahi, yang dapat menyelamatkan kita. Tema ini dibahas dalam buku "De Incarnatione Verbi". Athanasius dihadapkan pada tuduhan-tuduhan dari pihak Yahudi dan kafir, bahwa inkarnasi dan penyaliban Anak Allah tidak pantas dan mengurangi martabat-Nya. Athanasius menjawab bahwa inkarnasi dan salib justru pantas, tepat, dan sangat wajar. Sebab dunia yang diciptakan melalui Dia hanya dapat dipulihkan oleh Dia. Pemulihan ini tidak bisa terjadi, kecuali melalui salib. Kitalah yang menyebabkan Ia menjadi daging. Ia mengasihi kita sedemikian rupa untuk keselamatan kita, Ia lahir sebagai manusia .... Hanya Sang Penebus sendiri, yang pada permulaan menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada, dapat mengembalikan yang bejat menjadi tidak binasa; tidak ada yang dapat menciptakan kembali orang-orang dalam rupa Allah, kecuali rupa Allah itu sendiri. Tidak lain Tuhan kita Yesus Kristus, yang adalah Hidup itu sendiri, yang dapat membuat yang fana menjadi kekal. Tidak satu kecuali firman, yang memerintah segala sesuatu dan yang adalah Anak yang sejati dan tunggal dari Sang Bapa, yang dapat mengajar manusia tentang Sang Bapa dan membinasakan pemujaan berhala. Karena utang yang harus dibayar manusia (karena semua orang harus mati), Ia datang di antara kita. Setelah Ia membuktikan keallahan-Nya melalui karya-Nya, Ia mempersembahkan kurban-Nya demi kita dan menyerahkan bait-Nya (tubuh-Nya) kepada maut menggantikan umat manusia. Ia melakukannya untuk membebaskan manusia dari utang dosa pertama dan untuk membuktikan bahwa Ia lebih berkuasa daripada maut. Ia menunjukkan bahwa tubuh-Nya tidak dapat binasa, sebagai buah sulung kebangkitan semua orang .... Dua mujizat terjadi sekaligus: kematian seluruh umat manusia terlaksana dalam tubuh Tuhan, dan maut serta kebejatan dimusnahkan karena firman yang telah menjadi satu dengan-Nya .... Melalui kematian, kekekalan menjangkau seluruh umat manusia. Karena Firman telah menjadi manusia, maka pemeliharaan kesemestaan bersama pencipta serta pemimpin-Nya, yaitu firman Allah itu sendiri telah diperkenalkan. Ia telah menjadi manusia, agar kita menjadi ilahi; Ia menyatakan diri dalam rupa manusia, agar kita dapat mengerti Sang Bapa yang tak kelihatan itu; Ia menanggung penghinaan orang, agar kita dapat mewarisi hidup yang kekal (De lncarnatione Verbi/Inkarnasi Firman 4, 20, 54). Gagasan "deifikasi" atau "pendewaan" (menjadi ilahi) menunjukkan pengaruh Yunani dalam pemikiran Athanasius. Pengaruh ini sangat nyata dalam karya apologia, dalam dua bagian, yang bersifat pembelaan itu. Adam, sebelum jatuh dalam dosa, digambarkan sebagai filsuf Yunani -- ia merenungkan firman, yang adalah rupa Allah. Jiwanya tidak ada hubungan dengan tubuhnya. Jiwanya mengatasi semua keinginan serta perasaan jasmani dan merenungkan "kenyataan akali". Tetapi Adam berbalik dari kenyataan akali dan mulai memikirkan tubuhnya serta perasaan-perasaannya dan dengan demikian menjadi mangsa keinginan-keinginan jasmani. Pandangan mengenai kejatuhan manusia ini lebih banyak diambil dari filsafat Yunani dan Origenes daripada dari Alkitab. Athanasius menggunakan berbagai argumen melawan Arianisme. Argumentasinya terutama didasari pada Alkitab. Ia mengemukakan sejumlah argumen dari Alkitab untuk membuktikan ketuhanan Yesus Kristus. Ia juga menjawab argumen pengikut-pengikut Arius yang diambil dari Alkitab untuk membuktikan bahwa Anak Allah adalah lebih rendah dari Sang Bapa. Athanasius menjawab bahwa bagian Alkitab itu menunjuk pada status Yesus sebagai manusia, bukan pada status kekal- Nya sebagai Allah. Kedua, Athanasius menunjuk ibadah Kristen pada Yesus Kristus baik pada zaman Perjanjian Baru, maupun pada zaman mereka sendiri. Ibadah ini harus diberi arti pemujaan berhala, kalau Yesus hanya suatu makhluk. Ketiga, Athanasius mengemukakan bahwa hanya Allah mampu menyelamatkan kita -- argumen ini dipakainya dalam karyanya "De Incarnatione Verbi". Dan terakhir, ia memakai argumen- argumen filsafat -- misalnya, bahwa Allah tidak pernah bertindak tidak rasional tanpa Akal atau Firman-Nya. Sekiranya Ia [Firman] hanya makhluk, orang tidak akan beribadah kepada-Nya dan Ia tidak pula dibicarakan [dalam Alkitab]. Tetapi kenyataannya adalah bahwa Ia adalah turunan sejati dari hakikat Allah yang disembah. Ia adalah Anak Allah menurut tabiat-Nya dan bukan makhluk. Oleh sebab itu, Ia disembah dan diyakini sebagai Allah. Sinar matahari benar bagian dari matahari, toh hakikat matahari tidak terbagi atau dikurangi oleh karenanya. Hakikat matahari adalah lengkap dan sinarnya sempurna dan lengkap. Sinar-sinar itu tidak mengurangi hakikat terang, namun adalah turunannya yang sejati. Demikian pula kita ketahui bahwa Anak diperanakkan bukan di luar Sang Bapa, tetapi dari Allah Bapa sendiri. Allah Bapa tetap lengkap, sedangkan "gambar wujud-Nya" [Ibr. 1:3] adalah kekal serta menjaga persamaan-Nya dengan Allah Bapa dan rupa-Nya yang tak berubah. (3 Orationes Contra Arianos/Pidato-pidato Melawan Kaum Arian 2:24, 33) Athanasius juga yang pertama-tama secara serius mempelajari status Roh Kudus. Hingga pertengahan abad ke-4 perhatian tertuju pada hubungan Allah, Bapa, dan Anak. Sebutan singkat "Dan kepada Roh Kudus" dalam Pengakuan Iman Nicea adalah bukti betapa sedikit perhatian yang diberikan kepada Roh Kudus. Namun, pada tahun 359/360 Athanasius terpaksa memerhatikan soal ini. Suatu kelompok di Mesir, yang kurang jelas asal mulanya dan disebut Tropici, mengajarkan bahwa Sang Anak adalah Allah, tetapi Roh Kudus diciptakan dari yang tidak ada. Dalam hal Anak, mereka bertolak dari Pengakuan Iman Nicea, sedangkan dalam hal Roh Kudus mereka mengikuti Arianisme. Mereka berselisih dengan uskup mereka, Serapion, yang minta nasihat kepada Athanasius. Athanasius menjawab dalam sejumlah "Letters to Serapion" (surat-surat kepada Serapion), yang di dalamnya untuk pertama kali dibahas teologi yang sungguh-sungguh memerhatikan Ketritunggalan. Di sana ia merinci baik status Roh Kudus maupun Anak Allah. Ia menjelaskan ketuhanan Roh Kudus, yang bukan Anak Allah tetapi "keluar dari Bapa" (Yoh. 15:26). Diambil dan diedit seperlunya dari: Judul buku : Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani Penulis : Tony Lane Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003 Halaman : 26 -- 29 Situs penerbit: http://www.bpkgm.com/ ______________________________________________________________________ Tak mungkin ada suatu sebab yang terakhir, ataupun yang tengah-tengah, jika tidak ada yang pertama. Thomas Aquinas — teolog skolastik + Karya ______________________________________________________________ Filsuf Eksistensialis, 1813 -- 1855 SOREN KIERKEGAARD: FILSUF EKSISTENSIALIS YANG MENANTANG GEREJA Mengapa saya ada? Apa tujuan hidup saya? Apa makna kehidupan yang ada pada saya ini? Itulah sejumlah pertanyaan yang berkenaan dengan keberadaan diri. Dalam filsafat, pertanyan tersebut merupakan pertanyaan yang bersifat eksistensialisme. Smith dan Raeper menyebutkan bahwa filsafat eksistensialisme ini merupakan filsafat para pemberontak. Eksistensialisme dipusatkan pada diri individu dan masalah-masalah eksistensi. Kata-kata kunci yang sering kembali dalam tulisan-tulisan para eksistensialis ialah kebebasan, individualitas, tanggung jawab, dan pilihan. Oleh karena itu, filsafat ini cenderung bersifat subjektif; menyangkut saya dan bagaimana saya hidup. Ada tiga filsuf eksistensialis yang terbesar, yaitu Soren Kierkegaard (1813 -- 1855), Martin Heidegger (1889 -- 1976), dan Jean Paul Sartre (1905 -- 1980). Dari ketiganya, Kierkegaard dianggap sebagai pelopor filsafat ini, bapak eksistensialisme. KIERKEGAARD DAN TRAGEDI Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, merupakan pedagang grosir yang menjual kain, pakaian, dan makanan. Ia menikahi Ane Sorendatter Lund, seorang pembantu yang tidak pernah memperoleh pendidikan; istri pertamanya meninggal dua tahun setelah pernikahan mereka. Setelah mengenyam pendidikan di sekolah putra yang prestisius di Borgerdydskolen, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Kopenhagen. Di sini pria yang bernama lengkap Soren Aabye Kierkegaard ini mempelajari filsafat dan teologi. Sejumlah tokoh seperti F.C. Sibbern, Poul Martin Moller, dan H.L. Martensen menjadi gurunya di sana. Ada banyak tragedi yang di sekitar pria yang juga menguasai bahasa Latin, bahasa Yunani, sejarah, matematika, sains, dan filsafat ini. Tragedi pertama menyangkut ayahnya yang merasa tidak pernah lepas dari dosa mengutuk Tuhan. Hidupnya juga menyimpan skandal dengan pembantu rumah tangganya yang kemudian menjadi istri keduanya. Lalu, saudara-saudara Kierkegaard banyak yang meninggal ketika masih begitu muda. Dua kakaknya, satu lelaki dan satu perempuan, meninggal sebelum ia berusia sembilan tahun. Tiga kakaknya yang lain, dua perempuan dan satu lelaki, meninggal sebelum ia berusia 21 tahun. Kakak tertuanya, Peter, akhirnya memilih hidup sebagai seorang uskup. Kierkegaard sendiri tidak pernah menikah seumur hidupnya. Ia membatalkan pertunangannya dengan Regina Olsen. Meski demikian, talentanya yang luar biasa sudah muncul ketika menuliskan "Journals", salah satu karya terbaiknya yang pernah diterbitkan. Ia mulai menulis karya tersebut ketika berusia dua puluh tahun. Mungkin bakatnya mulai terasah ketika turut mendengarkan diskusi mengenai filsafat Jerman yang sering dilakukan ayahnya di rumah mereka. KIERKEGAARD DAN KRITIK TERHADAP GEREJA Salah satu karya Kierkegaard yang tajam dihasilkannya menjelang akhir hayatnya. Peter Vardy, seorang dosen Filsafat Agama di Heythrope College, University of London, menganggap tulisan-tulisan Kierkegaard yang dikumpulkan dalam buku "Attack upon Christendom" merupakan kecaman paling keras yang pernah ditulis. Setidaknya, sepuluh artikel termuat di dalamnya sebagai kritik terhadap gereja yang dianggap Kierkegaard sudah melenceng dari hakikat gereja yang semestinya. Kecaman Kierkegaard tersebut dipicu oleh pernyataan Profesor Martensen dalam pemakaman Uskup Mynster yang dinilainya sebagai upaya menarik perhatian masyarakat guna mendapatkan posisi sebagai uskup. Kecamannya ini semula ditujukan bagi Martensen, namun berkembang menjadi kritik terhadap seluruh gereja. Dalam kecaman tersebut, Kierkegaard menganggap para imam dan gereja tidak lagi mewartakan Injil Kristus, tetapi mewartakan pesan kemapanan dan kegembiraan. Gereja justru memberikan rasa aman, penghargaan, dan kedudukan dalam masyarakat. Ia melihat gereja sudah mempermainkan Allah dengan memberitakan sesuatu yang menyimpang dari kekristenan Perjanjian Baru (PB). Salah satu artikel yang berjudul "Judge for Yourself" mendorong pembacanya untuk beribadah di gereja dan mempertimbangkan sendiri apakah yang diwartakan sama dengan kekristenan PB yang mencakup keterlibatan sepenuh hati, komitmen, dan dedikasi total. "Dunia Kristen" bukanlah Gereja Kristus ... dalam pengertian bagaimanapun juga. Tidak, saya katakan bahwa "Dunia Kristen" adalah omong kosong yang melekat pada Kristianitas seperti sarang laba-laba yang melekat di pohon, begitu eratnya sehingga sekarang ingin dianggap sebagai Kristianitas .... Bentuk keberadaan yang telah ditunjukkan oleh jutaan "Dunia Kristen" tidak berhubungan sama sekali dengan Perjanjian Baru." (Attack upon Christendom 192) Kecaman Kierkegaard yang kian keras menimbulkan reaksi balik dari pihak gereja. Diaken Bloch mengancamnya dengan sanksi gereja. Namun, Kierkegaard menanggapi lewat tulisannya: "Bila saya tidak mengubah diri, Sang Diaken akan menghukum saya dengan sanksi gereja. Lalu bagaimana? Hukuman itu memang direncanaan dengan kejam; sebegitu kejamnya sehingga saya mengatakan para para wanita untuk menyediakan obat amonia agar mereka tidak pingsan sewaktu mendengarnya. Bila saya tidak mengubah diri, pintu gereja akan tertutup bagi saya. Mengerikan! Jadi, bila saya tidak mengubah diri, saya akan sendirian di luar pintu, dan pada hari Minggu saya tidak dapat lagi mendengarkan kefasihan bicara para saksi kebenaran." (Attack upon Christendom 47) Bagi Kierkegaard, ibadah yang benar hanya "terletak pada pelaksanaan kehendak Allah" dan gereja tidak mutlak diperlukan untuk itu. Ini tidak berarti bahwa ia mendukung penghapusan gereja Kristus. Ia justru mengemukakan bahaya yang diakibatkan oleh keputusan untuk menetapkan lembaga gereja sebagai pengganti gereja Kristus. Dan ia melihat tugasnya sebagai memperkenalkan kembali kekristenan ke dalam dunia Kristen. Ia sepenuhnya sadar bahwa keselamatan tidak bergantung pada perintah para imam, tetapi pada perintah Allah. Kierkegaard beranggapan, jauh lebih baik untuk menyerang dan menolak kekristenan daripada turut serta dalam mengejek kekristenan dalam kebobrokan yang ditunjukkan gereja. KARYA-KARYA KIERKEGAARD LAINNYA Kierkegaard banyak menghasilkan karya tulis di sepanjang hidupnya. Meskipun pada mulanya berbagai tulisannya tidak terlalu diperhatikan, pada masa-masa berikutnya, karya-karyanya tersebut memengaruhi banyak tokoh lain. Sebut saja Heidegger, Sartre, bahkan para teolog abad dua puluh seperti Karl Barth, Rudolf Bultmann, Paul Tillich, dan Dietriech Bonhoeffer. Pada dasarnya, karya-karya Kierkegaard dapat dikelompokkan dalam dua periode. Periode pertama ditulis antara 1841 dan 1845. Sebagian besar bernuansa filosofis dan estetis, beberapa ditulis dalam nama samaran, Johannes Climacus. Karya-karya dalam periode ini ialah "The Concept of Irony with Constant Reference to Socrates" (1841), "Either/Or" (1843), "Fear and Trembling" (1842), "The Concept of Dread" (1844), "Stages on Life`s Way (1844), "Philosophical Fragments"(1844), "Concluding Unscientific Postscript to the Philosophical Fragments" (1846), dan sejumlah "Edifying Discourses". Periode kedua dalam kepenulisannya lebih ditekankan pada kekristenan. Pada masa ini, tulisan-tulisannya banyak ditujukan pada gereja. Karya-karya yang ia hasilkan pada masa ini ialah "Works of Love" (1847), "Christian Discourses" (1848), dan "Training in Christianity" (1850). Sementara itu, "Journal" terus ia tulis sampai akhir hayatnya. Berikut ringkasan sejumlah karyanya. - Either/Or (Enten/Eller) - 1843 Buku ini terdiri dari dua bagian yang mempertentangkan pandangan hidup yang estetis dengan yang etis. Karya yang panjang ini menampilkan catatan-catatan pribadi, esai-esai dan percobaan-percobaan psikologis untuk menggoda ahli estetika serta serangkaian surat yang ditulis seorang hakim kepada ahli estetika yang menyanjung sisi positif pernikahan dan kehidupan etis. Struktur dialektis karya ini tidak memberikan penyelesaian, atau "sintesis" dalam konsep Hegelian, untuk dua pandangan hidup yang bertentangan. Karya ini berfungsi baik sebagai kritik maupun parodi terhadap filsafat Hegelian. - Fear and Trembling (Frygt og Baeven) - 1844 Mengambil contoh pegorbanan Ishak oleh Abraham untuk menyelidiki penundaan etika teleologi (ajaran atau kepercayaan bahwa segala tindakan disebabkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai). Hal ini merupakan kebutuhan akan ketaatan mutlak terhadap perintah Allah meskipun perintah itu tidak masuk akal atau tidak bermoral. - Philosophical Fragments (Philosophiske Smuler) - 1844 Melalui karya ini, Kierkegaard memerinci elemen subjektif yang diperlukan dalam mendapatkan pengetahuan dengan menelusuri doktrin inkarnasi dan apakah kebahagiaan abadi dapat didasarkan pada peristiwa sejarah. - Concluding Unscientific Postscript (Afsluttende uvidenskabelig Efterskrift) - 1845 Sambungan Philosophical Fragments yang berpendapat bahwa semua kebenaran harus secara subjektif cocok dan tidak ada jaminan adanya pengetahuan objektif. Kierkegaard mengangkat Kristus, tokoh yang penuh paradoks, yang adalah manusia dan Allah. Ia menekankan bahwa hal ini tidak dapat dipahami secara logis (sebagaimana dalam sintesa Hegel. Seseorang hanya bisa memiliki sebuah komitmen yang subjektif yang sungguh-sungguh terhadap kepercayaan ini atau kepercayaan lain. - Works Of Love (Kjerlighedens Gjerninger) - 1846 Sebuah esei yang meneliti perintah "Kasihilah sesamamu seperti kau mengasihi dirimu sendiri`. Karya itu menekankan kualitas cinta yang tak terlukiskan, meneliti siapakah `sesama` dan bagaimana cinta sejati (tidak egois) hanya mungkin didapat jika kita mengenal Tuhan dan menjadi wujud alami iman. - Practice in Christianity (Indøvelse I Christendom) - 1850 Karya ini merupakan serangan yang murni dilancarkan Kierkegaard, ditujukan kepada gereja mapan yang mencoba meminimalisir serangan dalam rangka melayani dunia. Melalui karya ini, ia hendak memperkenalkan kembali kekristenan PB kepada dunia Kristen. - The Changelessness of God: A Discourse (Guds Uforanderlighed. En Tale) - 1855 Karya yang didasarkan pada khotbah tentang Yakobus 1:17 ini memuji ketetapan Tuhan dan mendorong pembaca untuk mengikut Dia. Tapi pembaca juga diingatkan untuk berhati-hati dalam bertindak karena mereka akan diadili oleh Tuhan dengan ketetapan tak tergoyahkan yang sama. AKHIR HAYAT Meskipun melancarkan kritik yang sangat keras terhadap gereja, ia tetap berkunjung ke gereja. Tidak untuk menghadiri ibadah. Ia hanya duduk di luar gereja dengan tenang pada hari Minggu. Namun, ia tetap memberikan perpuluhan kepada gereja. Ketika ia hendak pulang ke rumah dengan uang terakhir yang dimilikinya, Kierkegaard terjatuh tak sadarkan diri. Ia dibawa ke rumah sakit dan meninggal lima minggu kemudian. Ia meninggal pada tanggal 11 November 1855. Pemakaman Kierkegaard tidak dihadiri oleh pendeta manapun. Hanya dua orang sepenting Peter, saudara laki-lakinya yang telah menjadi uskup, dan dekan dari sebuah katedral. Bahan bacaan: Douglas, J.D.(Ed.). 1978. "The New International Dictionary of the Christian Church". Zondervan: Grand Rapids, Michigan. Goodwin, Evan. 2003. "Soren Kierkegaard Works". Dalam http://www.littlebluelight.com/lblphp/works.php?ikey=13. Shepherd, Victor. 1999. "Soren Kierkegaad". Dalam http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/soren.htm. Smith, Linda dan William Raeper. 2001. "Ide-Ide: Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang". Kanisius: Yogyakarta. "Soren Kierkegaard Quotes". Dalam http://www.littlebluelight.com/lblphp/quotes.php?ikey=13. Vardy, Peter. 2001. "Kierkegaard". Yogyakarta: Kanisius. + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Di sekolahnya, Kierkegaard dijuluki sebagai "anggota koor" karena pakaiannya mirip dengan pakaian anak-anak di sekolah amal. Ia juga dijuluki "Soren Kaus Kaki" karena ayahnya pernah bekerja untuk membuat kaus kaki. Sumber: Vardy, Peter. 2001. "Kierkegaard". Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 14 + Sisipan ____________________________________________________________ SITUS BIO-KRISTI TELAH HADIR! Kolaborasi antara Redaksi Bio-Kristi dan Divisi Web YLSA telah menghasilkan sebuah situs yang juga dinamakan Bio-Kristi. Dibangun dengan teknologi drupal, situs ini menyediakan fasilitas keanggotaan. Jadi, setiap orang yang ingin berkontribusi lewat tulisan mengenai tokoh-tokoh Kristen tertentu dapat langsung mengirimkannya. Sebuah forum diskusi juga telah disediakan sebagai wadah interaktif antaranggota untuk mendiskusikan tokoh-tokoh tertentu. Sejumlah kategori untuk memulai diskusi telah disediakan di sana, seperti Seputar Tokoh Kristen, Seputar Biografi Kristiani, dan Lain-Lain. Sejumlah artikel juga telah tersedia untuk dinikmati di situs tersebut. Saat ini, kategori yang tersedia masih berupa Teolog, Bapa Gereja, Uskup, Reformator, Misionaris, Ilmuwan, dan Himne. Fasilitas untuk mengomentari bisa Anda manfaatkan untuk mengomentari tiap artikel. Anda juga dapat memanfaatkan fasilitas pencarian kata dan ayat dalam Alkitab yang terintegrasi dengan SABDAweb di halaman utama. Silakan berkunjung untuk lebih mengenal sejumlah tokoh Kristen yang telah tersedia. ==> http://biokristi.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Pengasuh: R.S. Kurnia Kontributor referensi edisi ini: Yuppi Purnason Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2007 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr` Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org > Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |