Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/49 |
|
Bio-Kristi edisi 49 (11-5-2010)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) __________________________Edisi 049, Mei 2010_________________________ Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat: Helen Barrett Montgomery: Sosok Wanita yang Berhati Misi dan Berjiwa Pemimpin - Karya: Sir Francis Bacon: Filsafat Manusia Tiada Sanggup Menandingi Hikmat Allah - Tahukah Anda: Kontribusi Terbesar Helen Barrett Montgomery untuk Gereja - Sisipan: SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Memang benar peribahasa: "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Helen Barrett Montgomery yang mewarisi kesukaan terhadap bahasa dari ayahnya, Adoniram Judson Barrett, menjadi satu contoh nyata dari peribahasa tersebut. Dengan didikan sang ayah, Helen berhasil menjadi wanita yang berpengaruh dan berhasil dalam dunia pendidikan, teologi, maupun misi. Cerita lebih lengkap tentang riwayat Helen dapat Anda simak di kolom Riwayat. Di kolom Karya edisi ini kami juga menghadirkan sosok Sir Francis Bacon, seorang yang menjadikan filsafat Allah sebagai dasar filsafat ilmu pengetahuannya. Simak pula kolom Tahukah Anda yang menampilkan sesuatu yang menarik untuk Anda ketahui di balik kesuksesan Helen Montgomery. Pada bagian akhir kami hadirkan satu informasi penting yang tidak boleh Anda lewatkan -- situs komunitas blogger untuk para remaja Kristen. Kiranya dengan membaca Bio-Kristi bulan ini, semakin banyak wawasan dan kisah inspiratif yang Anda peroleh. Akhir kata, selamat menyimak. Tuhan Yesus memberkati. Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Sri Setyawati http://biokristi.sabda.org http://fb.sabda.org/biokristi ______________________________________________________________________ "Tujuan akhir gereja bukanlah misi, melainkan penyembahan. Misi muncul karena tidak ada penyembahan." John Piper -- Teolog + Riwayat_____________________________________________________________ 1832 -- 1833 Teolog Helen Barrett Montgomery: Sosok Wanita yang Berhati Misi dan Berjiwa Pemimpin Helen dibesarkan dalam keluarga Baptis di Rochester, New York. Ia sangat mengagumi ayahnya, Adoniram Judson Barrett. Di dalam buku riwayat hidupnya, ia mengaku bahwa ayahnya seperti Tuhan baginya, dan kepatuhannya pada ayahnya menjadi landasan penyerahan dirinya kepada kehendak Allah. Dari ayahnya ia mewarisi keinginan kuat untuk meraih gelar sarjana. Ayahnya bekerja keras menyelesaikan pendidikannya di Universitas Rochester; setelah itu ia menjadi profesor bahasa Latin dan Yunani dan menjadi kepala sekolah sebuah akademi di Lowville, New York. Masa kecil Helen penuh dengan kebahagiaan, ayahnya pun telah menyusun rencana untuk pendidikannya, yang kemudian berbuah kepada kecintaan Helen terhadap bahasa Latin dan Yunani dan penerjemahan teks Perjanjian Baru bahasa Yunani yang dilakukannya. Helen mengambil studi lanjutan di Perguruan Tinggi Wellesley (1880-84) dan mendapat gelar master dari Universitas Brown. Ia dianugerahi tiga gelar doktor kehormatan dari Wellesley, Universitas Denison, dan Perguruan Tinggi Franklin. Pernikahannya pada tahun 1887 dengan pengusaha sukses, William A. Montgomery, seorang duda yang tujuh tahun lebih tua dari Helen, memberinya kesempatan bertemu dengan para pemimpin yang memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Helen dan suaminya mengabdikan hidup mereka untuk pekerjaan Tuhan, seperti isi suratnya untuk adik perempuannya, "[kami] berjanji mengerjakan tugas ini sebagai prioritas utama kami dan memohon agar kekuatan-Nya senantiasa menjaga kami sehingga kami tidak dinodai oleh dunia." Setelah pernikahannya, Helen mengirim hadiah uang sebesar 25 dolar untuk adiknya dan berpesan, "Bukankah bagus jika Will berpikir seperti ini? Adikku, satu-satunya cara untuk menyimpan uang, atau tanah, atau talenta, atau kebahagiaan -- adalah dengan membagi-bagikannya. Jikalau setiap orang mempelajari perhitungan surgawi ini, bayangkan akan menjadi seperti apa dunia ini." Helen dan William menggunakan perhitungan surgawi ini dalam pemberian untuk gereja mereka, termasuk ketika suatu kali mereka mengalami masalah keuangan yang besar yang menempatkan mereka pada posisi yang sulit. Tahun 1892, Helen menerima surat izin untuk berkhotbah dan sering melayani sebagai pendeta pengganti di gereja ayahnya. William sangat bangga dengan kemampuan istrinya, dan ia menyeimbangi antusiasme istrinya dengan keputusannya yang bijak. Helen memiliki bakat dan kemampuan untuk menduduki posisi-posisi yang penting. Ia menjadi presiden pertama Serikat Pekerja Industri dan Pendidik Kaum Wanita, yang berkampanye untuk mereformasi kondisi pemerintahan, pendidikan, dan sosial. Ia juga menjadi pemimpin pelayanan misi ke luar negeri, dengan bepergian dan bekerja sama dengan Lucy Peabody, penyelenggara pelayanan misi yang sangat dihormati. Helen dan Lucy menjadi rekan sekerja, berkhotbah, bepergian, menyelenggarakan KKR, menulis, dan menggalang dana bersama -- selalu bekerja bersama-sama untuk kepentingan misi. Mereka berdua dan putri-putri mereka, setelah menghadiri Konsili Gereja-Gereja Internasional di Belanda, melakukan tur ke Eropa, Mesir, India, Tiongkok, dan Jepang untuk melihat secara langsung kondisi misi di seluruh dunia. Perjalanan ini bukan sekadar membawa mereka berkeliling dunia tetapi membawa mereka masuk ke dalam hati dan kehidupan orang Asia. Mereka mulai menggalang dana untuk mendirikan Tujuh Perguruan Tinggi untuk Wanita-Wanita Asia, dengan motto "Diterangi untuk Menerangi". Dengan menggunakan lampu India sebagai simbol, Helen dan Lucy menantang wanita-wanita Amerika Serikat untuk membantu pengadaan perguruan tinggi-perguruan tinggi untuk wanita di Jepang, Tiongkok, dan India. Helen menjadi presiden Perkumpulan Misi Baptis Asing Wanita Amerika Serikat (1914), presiden Federasi Nasional Dewan Pengurus Misi Asing Wanita (1917-18), dan presiden Konvensi Baptis Utara (1910) (sekarang Gereja-Gereja Baptis Amerika Serikat), dengan demikian ia menjadi wanita AS pertama yang memimpin sebuah denominasi besar. Helen dan suaminya merupakan anggota Gereja Baptis Lake Avenue di Rochester, New York, tempat mereka berdua mengajar kelas Alkitab selama lebih dari 40 tahun. Tidak jarang 200-an wanita mengikuti kelas Helen setiap hari Minggu. Kematian William pada tahun 1930 menyisakan rasa kehilangan yang dalam bagi Helen, dan kesehatannya sendiri mulai menurun setelah kematian suaminya. Ia berkata kepada sahabatnya bahwa ada perasaan aneh dalam dirinya, ketika ia ingin bercerita banyak hal kepada Will namun kemudian ia menyadari bahwa suaminya sudah tidak bersamanya lagi. Namun demikian, teman-temannya melihat bahwa imannya tetap menyala-nyala seperti lampu di tempat yang gelap, meskipun ia dalam kesendirian, dukacita, dan kelemahan. Helen Barrett Montgomery meninggal tanggal 18 Oktober 1934. Sebuah artikel bertajuk "Wanita Kristen Terhormat Tutup Usia" dalam sebuah media The Christian Century mengatakan, "Dengan kematiannya maka berakhir pulalah karier seorang yang paling menarik dan paling berpengaruh dalam catatan sejarah gereja Amerika dewasa ini. Yang menarik, pelayanannya berkembang dari kesetiaannya secara organisasi dan pelayanan untuk jemaat lokal. Dasar kepentingan rohaninya dalam hidupnya tidak pernah meninggalkan kepentingan jemaat [gereja lokal] tersebut." (7 November 1934) Ia mencapai hal ini sekaligus menduduki jabatan-jabatan presiden di organisasi nasional maupun internasional, mengunjungi berbagai belahan dunia, dan mendapat pengakuan nasional sebagai sarjana karena terjemahannya untuk kitab Perjanjian Baru. (t/KN) Diterjemahkan dan diringkas dari: Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century Judul artikel: Helen Barrett Montgomery (1861-1934) Penulis: Helen Kooiman Hosier Penerbit: Fleming H. Revell, Grand Rapids 2000 Halaman: 324 - 326 _____________________________________________________________________ Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi + Karya ______________________________________________________________ 1561 - 1626 Ilmuwan Sir Francis Bacon: Filsafat Manusia Tiada Sanggup Menandingi Hikmat Allah Apakah filsafat Kristen cocok untuk ilmu pengetahuan? Mungkin pertanyaan ini pernah tebersit dalam pikiran kita. Meskipun bukan seorang ilmuwan praktis, Bacon dianggap sebagai "bapak ilmu pengetahuan modern" oleh banyak sejarawan. Filsafat dan tulisannya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-17. Banyak kaum cendekiawan seperti Robert Boyle dan Isaac Newton menerima "filsafat baru" Bacon yang menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan pengalaman langsung) dan induksi. Setelah menampik ketergantungannya pada pendapat para ahli [sebelumnya] seperti Aristoteles, ilmu pengetahuan baru semakin merebak ke permukaan dan memunculkan banyak sekali penemuan baru yang terus bertambah hingga kini. Namun "filsafat baru" ini sama sekali bukan hal yang baru; karena hal ini sudah ada dalam Alkitab. Sang "bapak ilmu pengetahuan modern" ini adalah seorang Kristen yang percaya kepada Alkitab dan yang menjadikan doktrin Kristen sebagai dasar pemikirannya. John Henry, profesor ilmu sejarah dari Universitas Edinburg menulis biografi Bacon yang berjudul "Knowledge is Power: How Magic, the Government and an Apocalyptic Vision Inspired Francis Bacon to Create Modern Science." (2002) Henry menyatakan bahwa Sir Francis Bacon "menemukan ilmu pengetahuan modern" karena terinspirasi oleh ketiga hal ini: "magis" (baca: iman Kristen), "penguasa" (baca: pengetahuan untuk kebaikan manusia), dan "visi apokaliptik" (artinya, kepercayaan harfiah akan nubuatan Daniel dalam Daniel 12:4, "Banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah"). Buku ini memperjelas hubungan Bacon dan Alkitab. Dalam sebuah ulasan buku ini yang ditulis 22 Agustus 2002 pada majalah Nature, Alan Stewart berkata, "Bacon begitu yakin bahwa dia hidup pada suatu masa saat pengetahuan semakin bertambah seperti yang dikatakan dalam Alkitab". Stewart melanjutkan, "Mungkin bagian yang paling menarik dari buku ini adalah bagian yang membahas tentang istilah `magis` Bacon, yang diartikan Henry sebagai agama. Dalam buku ini dia membuat lebih banyak alasan yang meyakinkan ketimbang menelisik fondasi filsafat Bacon secara mendalam." Perlu diperhatikan, baik Stewart maupun Henry bukanlah ahli apologetika Kristen, namun keduanya mengakui bahwa Alkitab memiliki dampak langsung terhadap revolusi ilmu pengetahuan. Ibarat percikan api dalam sekring, Alkitab mengobarkan impian akan sebuah peralatan baru dalam benak Bacon, sebuah "Novum Organum", yang bisa menuntun kepada peningkatan pengetahuan, persis seperti yang disebutkan Alkitab tentang akhir zaman. Inti filsafat Bacon adalah metode induksi: berlawanan dengan metode deduksi untuk memahami sifat alam semesta seperti yang dilakukan para ahli [sebelumnya] seperti Aristoteles dan Galen, ilmuwan harus membangun teori dari nol, mengumpulkan fakta-fakta, mengukur sesuatu, mengumpulkan dan menyusun bukti-bukti pengamatan, kemudian membuat hipotesa untuk menjelaskannya. Ujilah hipotesa-hipotesa tentang fakta-fakta yang ada. Bacon yakin cara tersebut akan memberikan cara pasti untuk mendapat kebenaran daripada memercayai alasan-alasan manusia yang bisa saja keliru, dan akan muncul pada masa keemasan penemuan. Metode ilmiah yang kita pelajari di sekolah sebagian besar menganut pemikiran Bacon: mengumpulkan hasil observasi, membuat hipotesa untuk menjelaskannya, menguji hipotesa tersebut, dan menolak semua alasan-alasan yang tidak konsisten melalui observasi. Hipotesa yang cocok dengan tes empiris dapat berkembang menjadi suatu teori dan hukum. Filsafat ilmu pengetahuan telah berubah dan semakin matang karena Bacon dan beberapa filsuf lain terus-menerus memperdebatkan apa yang benar antara ilmu pengetahuan sejati dibanding ilmu pengetahuan palsu. Idealisme Bacon tampaknya terlalu sederhana dan tidak praktis; sekarang kita menyadari perlunya teori-teori ilmiah untuk membuat prediksi dan perlunya keabsahan dalam suatu hipotesa. Syukurlah; metode Bacon sudah terlihat hasilnya: penemuan baru yang utama dalam disiplin ilmu kimia, fisika, biologi, dan astronomi, penemuan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru, penumbangan keyakinan-keyakinan yang salah yang sudah lama dipertahankan, dan kelompok baru seperti Royal Society di Inggris. Tetapi tidakkah penolakan para ahli melemahkan keyakinan Bacon akan otoritas Alkitab? Terkadang kaum skeptis menggambarkan para ilmuwan Kristen itu seperti para peragu sembunyi-sembunyi yang memperlihatkan kesalehan kekristenannya untuk menghindari masalah. Menurut sudut pandang ini, Bacon seolah melapisi filsafatnya dengan ayat-ayat Alkitab agar filsafatnya itu menarik bagi para rohaniwan. Namun jika memang demikian, Bacon tidak akan menulis puisi indah, yang timbul dari lubuk hatinya yang terdalam, yang meninggikan Allah dan Alkitab. John Henry sama sekali tidak mengatakan bahwa Bacon itu munafik. Dari penelitiannya, pandangan alkitabiah benar-benar menjadi dasar filsafat ilmu pengetahuan Bacon, bukan sekadar dalihnya. Yang menarik, sarjana daratan Eropa seperti Descartes dan beberapa kaum yang meragukan Alkitab lainnya tidak setuju dengan pandangan Bacon tentang metode induksi dan empirisme, namun lebih menghargai akal manusia. Lalu, apakah itu otoritas Alkitab? Bagi Francis Bacon, Alkitab menunjukkan cara pandang terhadap Allah, dunia, dan manusia yang menerima ilmu pengetahuan sebagai mandat yang terhormat. Alam ini adalah mesin canggih yang dibuat oleh Allah, dan Allah memberi manusia kecerdasan dan tugas untuk menemukan kegunaannya. Akal manusia saja tidak cukup; akal perlu dipandu oleh doktrin Alkitab tentang natur Allah dan dunia, dan dengan penyelidikan hukum-hukum sang Pencipta. Keyakinan akan hukum-hukum alam adalah warisan Alkitab. Sir Francis percaya bahwa dalam penggenapan nubuatan Daniel, pada akhir zaman pengetahuan manusia akan bertambah-tambah dengan menggulingkan para ahli yang tidak alkitabiah seperti Aristoteles dan dengan menyelidiki penyataan umum Allah (penciptaan) dengan pikiran-pikiran yang telah diciptakan seturut gambar-Nya. Coba perhatikan kembali dasar alkitabiah dari ketiga filsafat Bacon yang digambarkan dalam judul buku biografi Henry: 1. "magis" (pilihan kata yang disayangkan), maksudnya kepercayaan beragama yang Stewart sebut "fondasi terdalam" filsafat Bacon, 2. "penguasa", yaitu tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada pemerintah untuk bertindak bagi kebaikan manusia, dan 3. "visi apokaliptik," keyakinan bahwa nubuatan Daniel dapat menginspirasi kita untuk mengembangkan pengetahuan untuk kebaikan umat manusia. Walaupun Alkitab tidak memberikan sebuah metode ilmiah, Alkitab memberikan pandangan dasar tentang Allah, manusia, dan dunia yang memungkinkan adanya perkembangan ilmiah. "Besar perbuatan-perbuatan TUHAN," kata penulis Mazmur 111:2, "layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya." Francis Bacon bukanlah seorang skeptis sembunyi-sembunyi; baginya Alkitab merupakan kunci untuk membebaskan manusia dari pemikiran para ahli yang salah dan kitab Kejadian mendorong kita untuk melakukan tugas kita dengan sungguh-sungguh sebagai pengurus ciptaan-Nya. Termasuk mempelajari ilmu pengetahuan. Dia menganggap paham ateis sebagai paham kaum tidak terpelajar: "Filsafat yang dangkal menarik pikiran manusia ke arah ateisme," ejeknya, "namun filsafat yang dalam membawa pikiran manusia ke arah kepercayaan." (Bagi orang yang hidup pada zaman Ratu Elizabeth, agama sama artinya dengan kekristenan.) Senada dengan itu, katanya "Filsafat, jika tidak dipelajari dengan sungguh-sungguh, membangkitkan keraguan; tapi jika didalami dengan sungguh-sungguh, akan menghilangkan keraguan." Bagi Bacon, ilmu pengetahuan merupakan suatu tindakan penyembahan [kepada Allah] dan perisai terhadap kekeliruan. Dia berkata, "Ada dua kitab yang diletakkan di hadapan kita untuk dipelajari agar kita terhindar dari kesalahan: pertama, Alkitab yang menyingkapkan kehendak Allah; yang kedua adalah kitab tentang ciptaan-Nya yang menyatakan kuasa-Nya." Orang lebih mengingat Sir Francis Bacon karena gagasan-gagasannya. Dia lahir di London tahun 1561 setelah Elizabeth I naik tahta, ketika masyarakat Inggris mengalami kemajuan yang drastis. Ia hidup sezaman dengan Galileo, Shakespeare, Sir Walter Raleigh, dan Sir Francis Drake. Bacon tidak bekerja sebagai ilmuwan tapi sebagai pengacara dan politisi, menjadi pengacara tahun 1582 dan anggota DPR Inggris tahun 1584. Dia diberi gelar ksatria [Sir] pada masa pemerintahan raja baru, James I, tahun 1603 dan kemudian menjadi Wakil Jaksa Agung, Jaksa Agung, dan menjelang 1618 menjadi Hakim Agung. Sayangnya, tahun 1621 reputasinya rusak karena kasus suap. Meskipun dia harus berjuang di hadapan raja dan parlemen, dia mengakui kesalahannya dan harus mengundurkan diri dengan rasa malu. Dia lahir ke dunia tanpa membawa apa-apa; masa mudanya sangat miskin, dan pada hari tuanya kehilangan keberuntungan dan reputasi. Dia meninggal tahun 1626 ketika melakukan percobaan pembuktian. Secara keseluruhan, hidup dan karier Bacon hampir tidak menonjol; karakter pribadinya "sama sekali tidak mengagumkan," menurut Frederic R. White. Dia tidak membuat penemuan yang signifikan dan tidak menciptakan hukum ilmiah. Akan tetapi gagasannya yang mendalam mencerminkan kedalaman dan kejeniusan pikiran. Bacon adalah seorang filsuf urutan pertama yang memengaruhi peradaban Barat selama berabad-abad meskipun selama hidupnya ia dikritik terus-menerus oleh para filsuf lain. Dia menganggap orang-orang yang mengkritiknya itu "Orang-orang cerdas yang terkurung oleh beberapa penulis, khususnya Aristoteles, sang Diktator mereka." Daripada mengulangi ide-ide lama dengan metode deduktif, Bacon lebih mengusulkan "penyelidikan baru," misalnya, mengumpulkan bukti melalui percobaan kemudian membuat interpretasi daripada membuat deduksi natur (sifat) suatu hal dari bentuk dan prinsip universal. Ensiklopedia Britannica menjelaskan bahwa dia bukan sembarang penganut empirisme; dia percaya pada perumusan hukum dan penyamarataan; "Akan tetapi tempat abadinya dalam sejarah filsafat dunia terletak pada kebulatan tekadnya bahwa pengalaman adalah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan semangatnya yang besar demi sempurnanya ilmu pengetahuan alam." Di sisi lain, seperti [Blaise] Pascal, Bacon juga memiliki bakat yang menonjol dalam hal kata-kata mutiara. Istilah yang disebut berdasarkan namanya merupakan perkataan yang sangat tepat diucapkan, seperti "buah apel emas di pinggan perak" (Amsal 25:11). Berikut ini adalah beberapa contoh kata-katanya: Pengetahuan adalah kekuasaan. Pengharapan adalah sarapan pagi yang baik tapi makan malam yang buruk. Uang itu ibarat pupuk, tidak ada gunanya kecuali jika itu disebarkan. Kebijaksanaan dalam bertutur lebih berharga daripada kemampuan berbicara yang baik. Masih banyak lagi kutipan-kutipan yang lainnya, namun demikian kata-kata Bacon membawa visi Atlantis Baru, sebuah jalan baru bagi pengetahuan untuk disebarkan ke seluruh dunia. Sebuah buku karya Cornelius Hunter yang berjudul "Darwin’s God" menunjukkan bahwa bukti-bukti yang disodorkan oleh Darwinisme pada akhirnya hanyalah suatu metafisika belaka. Entah mereka berbicara tentang homologi, fosil atau evolusi mikro, pengamatan mereka itu insidentil; argumen yang digunakan oleh penganut Darwinisme untuk menentang penciptaan berpusat pada apa yang dikehendaki dan tidak kehendaki oleh Pencipta. Saat bertemu dengan titik buntu dalam menemukan bukti untuk memperlihatkan evolusi, apa yang mereka siapkan tidak cukup membenarkan pernyataan yang dibuat untuk transformasi utama. Francis Bacon pun akan terkejut. Inti dari artikel ini adalah bahwa pemikiran Kristen adalah baik untuk ilmu pengetahuan. Dalam beberapa hal, orang-orang Kristen harus berhati-hati dengan filsafat Bacon. Meskipun Bacon bukan seorang Katolik maupun kaum cendekiawan, namun dia sepertinya menerima dasar pemikiran Thomas Aquinas yang menyatakan bahwa kejatuhan manusia tidak membuat akal seseorang rusak. Dia juga menulis, "Kemanusiaan kita adalah hal yang buruk kalau bukan karena keilahian yang berkuasa dalam diri kita," dan kita tahu bahwa anggapan ini dapat ditafsirkan secara ekstrim. Sepanjang dia mengatakan bahwa kita ini memiliki gambar dan rupa Allah, ini bisa diterima; tampaknya Bacon tidak sedang meragukan bahwa manusia adalah pendosa yang memerlukan Juru Selamat. Bacon bukan seorang penderita schizofrenia terhadap induksi dan otoritas. Dia melihat tidak ada percabangan dalam iman keyakinannya dan pembelaan metode ilmiah; seperti yang dikatakannya, kedalaman filsafat membawa pikiran manusia kepada keyakinan. Walaupun Sir Francis Bacon dikenal sebagai seorang pendukung fakta dan pengkritik puisi, dia juga adalah seorang penyair. Puisi, lebih dari prosa maupun filsafat, memampukan kita untuk melihat ke kedalaman batin sang penyair. Melalui puisinya yang berjudul "Sing a New Song" (Nyanyikan Kidung Baru) kita dapat melihat bahwa Sir Francis Bacon percaya pada penciptaan dan kepada Alkitab, ia seorang yang taat kepada imannya, ia melihat tugas manusia adalah memuji Allah atas ciptaan-Nya, dan ia percaya kepada sang Raja Surgawi dan berpengharapan kepada kemenangan Kristus yang kekal. (t/Setya) Diterjemahkan dan diringkas dari: Nama artikel: Sir Francis Bacon: 1561-1626 Nama buku online: The World’S Greatest Creation Scientists: 1000-2000 Nama situs: Creation Safaris Penulis: David F. Coppedge Alamat URL: http://www.creationsafaris.com/wgcs_1.htm#fbacon Tanggal akses: 10 Mei 2010 ______________________________________________________________________ Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi + Tahukah Anda________________________________________________________ Kontribusi Terbesar Helen Barrett Montgomery untuk Gereja Kontribusi terbesar Helen Barrett Montgomery untuk gereja adalah penerjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Inggris. Ia adalah satu-satunya wanita yang membuat dan menerbitkan terjemahan semacam itu. Pertama kali diterbitkan tahun 1924 karyanya disebut sebagai "Centenary Translation" (Terjemahan 100 Tahun), yang menandai perayaan hari jadi ke-100 Perkumpulan Publikasi Baptis Amerika. Dia bermaksud menawarkan terjemahan yang menggunakan bahasa sehari-hari yang paling mendekati terjemahan yang sudah dikenal umum dan diinginkan. Dia menyebut proyek penerjemahan itu sebagai "pekerjaan menyenangkan," dan dengan "penuh kerendahan hati serta harapan besar" ia ingin terjemahannya dapat "memunculkan pemikiran baru terhadap kebenaran dan kekuatan catatan luar biasa dari kehidupan Pribadi yang Sempurna yang pernah hidup di dunia." Terjemahan yang ia buat tersebut dikenang sebagai terjemahan yang "jelas, halus, dan menggugah". (t/KN) Diterjemahkan: Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century Judul artikel: Helen Barrett Montgomery (1861-1934) Penulis: Helen Kooiman Hosier Penerbit: Fleming H. Revell, Grand Rapids 2000 Halaman: 324 + Sisipan_____________________________________________________________ SABDA SPACE TEENS: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN http://teens.sabdaspace.org Remaja adalah pribadi unik yang memiliki dunia yang dinamis dan penuh energi. Mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, namun mereka juga belum termasuk ke dunia orang dewasa. Karena keunikan dan keistimewaan inilah, mereka memiliki kebutuhan yang tidak sama dengan jenjang usia lainnya. Yayasan Lembaga SABDA menyadari bahwa remaja membutuhkan ruang lingkup yang berbeda dan perhatian yang khusus, oleh karena itu YLSA menyediakan wadah bagi mereka dengan meluncurkan sebuah situs komunitas blogger remaja Kristen yang diberi nama "SABDA Space Teens" -- versi remaja dari situs SABDA Space ( http://www.sabdaspace.org ). Seperti halnya SABDA Space, SABDA Space Teens diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampung aspirasi, pikiran, dan pergumulan dalam bentuk tulisan, khususnya untuk kaum remaja Kristen. Untuk bergabung mudah sekali, klik saja menu Daftar Menjadi Pengguna, kemudian isi formulir yang ada. Selain situs blog, SABDA Space Teens juga sudah memunyai sebuah halaman Facebook di < http://fb.sabda.org/teens > untuk mereka yang memiliki akun di Facebook. Bagi Anda yang tergolong masih remaja, atau Anda yang memiliki anak/adik/teman/tetangga yang masih remaja, sebarkan informasi di atas. Nah, para remaja, tunggu apa lagi? Mari berbagi pikiran melalui tulisan dan bersiap untuk berdampak demi kemuliaan Kristus. ______________________________________________________________________ Pimpinan redaksi: Sri Setyawati Staf redaksi: Kusuma Negara Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs: http://biokristi.sabda.org Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi Blog SABDA: http://blog.sabda.org Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |