Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/49

Bio-Kristi edisi 49 (11-5-2010)

Helen Barrett Montgomery dan Sir Francis Bacon

 
                          Buletin Elektronik
                   BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
__________________________Edisi 049, Mei 2010_________________________

Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat: Helen Barrett Montgomery: Sosok Wanita yang Berhati Misi
           dan Berjiwa Pemimpin
- Karya: Sir Francis Bacon: Filsafat Manusia Tiada Sanggup Menandingi
         Hikmat Allah
- Tahukah Anda: Kontribusi Terbesar Helen Barrett Montgomery untuk
                Gereja
- Sisipan: SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen

+ Pengantar __________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Memang benar peribahasa: "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Helen
  Barrett Montgomery yang mewarisi kesukaan terhadap bahasa dari
  ayahnya, Adoniram Judson Barrett, menjadi satu contoh nyata dari
  peribahasa tersebut. Dengan didikan sang ayah, Helen berhasil
  menjadi wanita yang berpengaruh dan berhasil dalam dunia pendidikan,
  teologi, maupun misi. Cerita lebih lengkap tentang riwayat Helen
  dapat Anda simak di kolom Riwayat.

  Di kolom Karya edisi ini kami juga menghadirkan sosok Sir Francis
  Bacon, seorang yang menjadikan filsafat Allah sebagai dasar filsafat
  ilmu pengetahuannya. Simak pula kolom Tahukah Anda yang menampilkan
  sesuatu yang menarik untuk Anda ketahui di balik kesuksesan Helen
  Montgomery. Pada bagian akhir kami hadirkan satu informasi penting
  yang tidak boleh Anda lewatkan -- situs komunitas blogger untuk para
  remaja Kristen. Kiranya dengan membaca Bio-Kristi bulan ini, semakin
  banyak wawasan dan kisah inspiratif yang Anda peroleh. Akhir kata,
  selamat menyimak. Tuhan Yesus memberkati.

  Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
  Sri Setyawati
  http://biokristi.sabda.org
  http://fb.sabda.org/biokristi
______________________________________________________________________

     "Tujuan akhir gereja bukanlah misi, melainkan penyembahan. 
              Misi muncul karena tidak ada penyembahan."
                          John Piper -- Teolog

+ Riwayat_____________________________________________________________
1832 -- 1833  Teolog

                       Helen Barrett Montgomery:
          Sosok Wanita yang Berhati Misi dan Berjiwa Pemimpin

  Helen dibesarkan dalam keluarga Baptis di Rochester, New York. Ia
  sangat mengagumi ayahnya, Adoniram Judson Barrett. Di dalam buku
  riwayat hidupnya, ia mengaku bahwa ayahnya seperti Tuhan baginya,
  dan kepatuhannya pada ayahnya menjadi landasan penyerahan dirinya
  kepada kehendak Allah. Dari ayahnya ia mewarisi keinginan kuat untuk
  meraih gelar sarjana. Ayahnya bekerja keras menyelesaikan
  pendidikannya di Universitas Rochester; setelah itu ia menjadi
  profesor bahasa Latin dan Yunani dan menjadi kepala sekolah sebuah
  akademi di Lowville, New York. Masa kecil Helen penuh dengan
  kebahagiaan, ayahnya pun telah menyusun rencana untuk pendidikannya,
  yang kemudian berbuah kepada kecintaan Helen terhadap bahasa Latin
  dan Yunani dan penerjemahan teks Perjanjian Baru bahasa Yunani yang
  dilakukannya. Helen mengambil studi lanjutan di Perguruan Tinggi
  Wellesley (1880-84) dan mendapat gelar master dari Universitas
  Brown. Ia dianugerahi tiga gelar doktor kehormatan dari Wellesley,
  Universitas Denison, dan Perguruan Tinggi Franklin.

  Pernikahannya pada tahun 1887 dengan pengusaha sukses, William A.
  Montgomery, seorang duda yang tujuh tahun lebih tua dari Helen,
  memberinya kesempatan bertemu dengan para pemimpin yang
  memperjuangkan hak-hak kaum wanita. Helen dan suaminya mengabdikan
  hidup mereka untuk pekerjaan Tuhan, seperti isi suratnya untuk adik
  perempuannya, "[kami] berjanji mengerjakan tugas ini sebagai
  prioritas utama kami dan memohon agar kekuatan-Nya senantiasa
  menjaga kami sehingga kami tidak dinodai oleh dunia." Setelah
  pernikahannya, Helen mengirim hadiah uang sebesar 25 dolar untuk
  adiknya dan berpesan, "Bukankah bagus jika Will berpikir seperti
  ini? Adikku, satu-satunya cara untuk menyimpan uang, atau tanah,
  atau talenta, atau kebahagiaan -- adalah dengan membagi-bagikannya.
  Jikalau setiap orang mempelajari perhitungan surgawi ini, bayangkan
  akan menjadi seperti apa dunia ini." Helen dan William menggunakan
  perhitungan surgawi ini dalam pemberian untuk gereja mereka,
  termasuk ketika suatu kali mereka mengalami masalah keuangan yang
  besar yang menempatkan mereka pada posisi yang sulit.

  Tahun 1892, Helen menerima surat izin untuk berkhotbah dan sering
  melayani sebagai pendeta pengganti di gereja ayahnya. William sangat
  bangga dengan kemampuan istrinya, dan ia menyeimbangi antusiasme
  istrinya dengan keputusannya yang bijak. Helen memiliki bakat dan
  kemampuan untuk menduduki posisi-posisi yang penting. Ia menjadi
  presiden pertama Serikat Pekerja Industri dan Pendidik Kaum Wanita,
  yang berkampanye untuk mereformasi kondisi pemerintahan, pendidikan,
  dan sosial. Ia juga menjadi pemimpin pelayanan misi ke luar negeri,
  dengan bepergian dan bekerja sama dengan Lucy Peabody, penyelenggara
  pelayanan misi yang sangat dihormati. Helen dan Lucy menjadi rekan
  sekerja, berkhotbah, bepergian, menyelenggarakan KKR, menulis, dan
  menggalang dana bersama -- selalu bekerja bersama-sama untuk
  kepentingan misi. Mereka berdua dan putri-putri mereka, setelah
  menghadiri Konsili Gereja-Gereja Internasional di Belanda, melakukan
  tur ke Eropa, Mesir, India, Tiongkok, dan Jepang untuk melihat
  secara langsung kondisi misi di seluruh dunia. Perjalanan ini bukan
  sekadar membawa mereka berkeliling dunia tetapi membawa mereka masuk
  ke dalam hati dan kehidupan orang Asia. Mereka mulai menggalang dana
  untuk mendirikan Tujuh Perguruan Tinggi untuk Wanita-Wanita Asia,
  dengan motto "Diterangi untuk Menerangi". Dengan menggunakan lampu
  India sebagai simbol, Helen dan Lucy menantang wanita-wanita Amerika
  Serikat untuk membantu pengadaan perguruan tinggi-perguruan tinggi
  untuk wanita di Jepang, Tiongkok, dan India.

  Helen menjadi presiden Perkumpulan Misi Baptis Asing Wanita Amerika
  Serikat (1914), presiden Federasi Nasional Dewan Pengurus Misi Asing
  Wanita (1917-18), dan presiden Konvensi Baptis Utara (1910)
  (sekarang Gereja-Gereja Baptis Amerika Serikat), dengan demikian ia
  menjadi wanita AS pertama yang memimpin sebuah denominasi besar.
  Helen dan suaminya merupakan anggota Gereja Baptis Lake Avenue di
  Rochester, New York, tempat mereka berdua mengajar kelas Alkitab
  selama lebih dari 40 tahun. Tidak jarang 200-an wanita mengikuti
  kelas Helen setiap hari Minggu.

  Kematian William pada tahun 1930 menyisakan rasa kehilangan yang
  dalam bagi Helen, dan kesehatannya sendiri mulai menurun setelah
  kematian suaminya. Ia berkata kepada sahabatnya bahwa ada perasaan
  aneh dalam dirinya, ketika ia ingin bercerita banyak hal kepada Will
  namun kemudian ia menyadari bahwa suaminya sudah tidak bersamanya
  lagi. Namun demikian, teman-temannya melihat bahwa imannya tetap
  menyala-nyala seperti lampu di tempat yang gelap, meskipun ia dalam
  kesendirian, dukacita, dan kelemahan.

  Helen Barrett Montgomery meninggal tanggal 18 Oktober 1934. Sebuah
  artikel bertajuk "Wanita Kristen Terhormat Tutup Usia" dalam sebuah
  media The Christian Century mengatakan, "Dengan kematiannya maka
  berakhir pulalah karier seorang yang paling menarik dan paling
  berpengaruh dalam catatan sejarah gereja Amerika dewasa ini. Yang
  menarik, pelayanannya berkembang dari kesetiaannya secara organisasi
  dan pelayanan untuk jemaat lokal. Dasar kepentingan rohaninya dalam
  hidupnya tidak pernah meninggalkan kepentingan jemaat [gereja lokal]
  tersebut." (7 November 1934) Ia mencapai hal ini sekaligus menduduki
  jabatan-jabatan presiden di organisasi nasional maupun
  internasional, mengunjungi berbagai belahan dunia, dan mendapat
  pengakuan nasional sebagai sarjana karena terjemahannya untuk kitab
  Perjanjian Baru. (t/KN)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
  Judul artikel: Helen Barrett Montgomery (1861-1934)
  Penulis: Helen Kooiman Hosier
  Penerbit: Fleming H. Revell, Grand Rapids 2000
  Halaman: 324 - 326
_____________________________________________________________________

    Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi

+ Karya ______________________________________________________________
1561 - 1626 Ilmuwan

                          Sir Francis Bacon:
       Filsafat Manusia Tiada Sanggup Menandingi Hikmat Allah

  Apakah filsafat Kristen cocok untuk ilmu pengetahuan? Mungkin
  pertanyaan ini pernah tebersit dalam pikiran kita.

  Meskipun bukan seorang ilmuwan praktis, Bacon dianggap sebagai
  "bapak ilmu pengetahuan modern" oleh banyak sejarawan. Filsafat dan
  tulisannya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi ilmu
  pengetahuan pada abad ke-17. Banyak kaum cendekiawan seperti Robert
  Boyle dan Isaac Newton menerima "filsafat baru" Bacon yang
  menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya
  dapat diperoleh dengan pengalaman langsung) dan induksi. Setelah
  menampik ketergantungannya pada pendapat para ahli [sebelumnya]
  seperti Aristoteles, ilmu pengetahuan baru semakin merebak ke
  permukaan dan memunculkan banyak sekali penemuan baru yang terus
  bertambah hingga kini. Namun "filsafat baru" ini sama sekali bukan
  hal yang baru; karena hal ini sudah ada dalam Alkitab. Sang "bapak
  ilmu pengetahuan modern" ini adalah seorang Kristen yang percaya
  kepada Alkitab dan yang menjadikan doktrin Kristen sebagai dasar
  pemikirannya.

  John Henry, profesor ilmu sejarah dari Universitas Edinburg menulis
  biografi Bacon yang berjudul "Knowledge is Power: How Magic, the
  Government and an Apocalyptic Vision Inspired Francis Bacon to
  Create Modern Science." (2002) Henry menyatakan bahwa Sir Francis
  Bacon "menemukan ilmu pengetahuan modern" karena terinspirasi oleh
  ketiga hal ini: "magis" (baca: iman Kristen), "penguasa" (baca:
  pengetahuan untuk kebaikan manusia), dan "visi apokaliptik"
  (artinya, kepercayaan harfiah akan nubuatan Daniel dalam Daniel
  12:4, "Banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan
  bertambah"). Buku ini memperjelas hubungan Bacon dan Alkitab.

  Dalam sebuah ulasan buku ini yang ditulis 22 Agustus 2002 pada
  majalah Nature, Alan Stewart berkata, "Bacon begitu yakin bahwa dia
  hidup pada suatu masa saat pengetahuan semakin bertambah seperti
  yang dikatakan dalam Alkitab". Stewart melanjutkan, "Mungkin bagian
  yang paling menarik dari buku ini adalah bagian yang membahas
  tentang istilah `magis` Bacon, yang diartikan Henry sebagai agama.
  Dalam buku ini dia membuat lebih banyak alasan yang meyakinkan
  ketimbang menelisik fondasi filsafat Bacon secara mendalam." Perlu
  diperhatikan, baik Stewart maupun Henry bukanlah ahli apologetika
  Kristen, namun keduanya mengakui bahwa Alkitab memiliki dampak
  langsung terhadap revolusi ilmu pengetahuan. Ibarat percikan api
  dalam sekring, Alkitab mengobarkan impian akan sebuah peralatan baru
  dalam benak Bacon, sebuah "Novum Organum", yang bisa menuntun kepada
  peningkatan pengetahuan, persis seperti yang disebutkan Alkitab
  tentang akhir zaman.

  Inti filsafat Bacon adalah metode induksi: berlawanan dengan metode
  deduksi untuk memahami sifat alam semesta seperti yang dilakukan
  para ahli [sebelumnya] seperti Aristoteles dan Galen, ilmuwan harus
  membangun teori dari nol, mengumpulkan fakta-fakta, mengukur
  sesuatu, mengumpulkan dan menyusun bukti-bukti pengamatan, kemudian
  membuat hipotesa untuk menjelaskannya. Ujilah hipotesa-hipotesa
  tentang fakta-fakta yang ada. Bacon yakin cara tersebut akan
  memberikan cara pasti untuk mendapat kebenaran daripada memercayai
  alasan-alasan manusia yang bisa saja keliru, dan akan muncul pada
  masa keemasan penemuan. Metode ilmiah yang kita pelajari di sekolah
  sebagian besar menganut pemikiran Bacon: mengumpulkan hasil
  observasi, membuat hipotesa untuk menjelaskannya, menguji hipotesa
  tersebut, dan menolak semua alasan-alasan yang tidak konsisten
  melalui observasi. Hipotesa yang cocok dengan tes empiris dapat
  berkembang menjadi suatu teori dan hukum.

  Filsafat ilmu pengetahuan telah berubah dan semakin matang karena
  Bacon dan beberapa filsuf lain terus-menerus memperdebatkan apa yang
  benar antara ilmu pengetahuan sejati dibanding ilmu pengetahuan
  palsu. Idealisme Bacon tampaknya terlalu sederhana dan tidak
  praktis; sekarang kita menyadari perlunya teori-teori ilmiah untuk
  membuat prediksi dan perlunya keabsahan dalam suatu hipotesa.
  Syukurlah; metode Bacon sudah terlihat hasilnya: penemuan baru yang
  utama dalam disiplin ilmu kimia, fisika, biologi, dan astronomi,
  penemuan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru, penumbangan
  keyakinan-keyakinan yang salah yang sudah lama dipertahankan, dan
  kelompok baru seperti Royal Society di Inggris.

  Tetapi tidakkah penolakan para ahli melemahkan keyakinan Bacon akan
  otoritas Alkitab? Terkadang kaum skeptis menggambarkan para ilmuwan
  Kristen itu seperti para peragu sembunyi-sembunyi yang
  memperlihatkan kesalehan kekristenannya untuk menghindari masalah.
  Menurut sudut pandang ini, Bacon seolah melapisi filsafatnya dengan
  ayat-ayat Alkitab agar filsafatnya itu menarik bagi para rohaniwan.
  Namun jika memang demikian, Bacon tidak akan menulis puisi indah,
  yang timbul dari lubuk hatinya yang terdalam, yang meninggikan Allah
  dan Alkitab. John Henry sama sekali tidak mengatakan bahwa Bacon itu
  munafik. Dari penelitiannya, pandangan alkitabiah benar-benar
  menjadi dasar filsafat ilmu pengetahuan Bacon, bukan sekadar
  dalihnya. Yang menarik, sarjana daratan Eropa seperti Descartes dan
  beberapa kaum yang meragukan Alkitab lainnya tidak setuju dengan
  pandangan Bacon tentang metode induksi dan empirisme, namun lebih
  menghargai akal manusia.

  Lalu, apakah itu otoritas Alkitab? Bagi Francis Bacon, Alkitab
  menunjukkan cara pandang terhadap Allah, dunia, dan manusia yang
  menerima ilmu pengetahuan sebagai mandat yang terhormat. Alam ini
  adalah mesin canggih yang dibuat oleh Allah, dan Allah memberi
  manusia kecerdasan dan tugas untuk menemukan kegunaannya. Akal
  manusia saja tidak cukup; akal perlu dipandu oleh doktrin Alkitab
  tentang natur Allah dan dunia, dan dengan penyelidikan hukum-hukum
  sang Pencipta. Keyakinan akan hukum-hukum alam adalah warisan
  Alkitab. Sir Francis percaya bahwa dalam penggenapan nubuatan
  Daniel, pada akhir zaman pengetahuan manusia akan bertambah-tambah
  dengan menggulingkan para ahli yang tidak alkitabiah seperti
  Aristoteles dan dengan menyelidiki penyataan umum Allah (penciptaan)
  dengan pikiran-pikiran yang telah diciptakan seturut gambar-Nya.

  Coba perhatikan kembali dasar alkitabiah dari ketiga filsafat
  Bacon yang digambarkan dalam judul buku biografi Henry:
  1. "magis" (pilihan kata yang disayangkan), maksudnya kepercayaan
     beragama yang Stewart sebut "fondasi terdalam" filsafat Bacon,
  2. "penguasa", yaitu tanggung jawab yang Tuhan berikan
     kepada pemerintah untuk bertindak bagi kebaikan manusia, dan
  3. "visi apokaliptik," keyakinan bahwa nubuatan Daniel dapat
     menginspirasi kita untuk mengembangkan pengetahuan untuk kebaikan
     umat manusia.
  Walaupun Alkitab tidak memberikan sebuah metode ilmiah, Alkitab
  memberikan pandangan dasar tentang Allah, manusia, dan dunia yang
  memungkinkan adanya perkembangan ilmiah. "Besar perbuatan-perbuatan
  TUHAN," kata penulis Mazmur 111:2, "layak diselidiki oleh semua
  orang yang menyukainya."

  Francis Bacon bukanlah seorang skeptis sembunyi-sembunyi; baginya
  Alkitab merupakan kunci untuk membebaskan manusia dari pemikiran
  para ahli yang salah dan kitab Kejadian mendorong kita untuk
  melakukan tugas kita dengan sungguh-sungguh sebagai pengurus
  ciptaan-Nya. Termasuk mempelajari ilmu pengetahuan. Dia menganggap
  paham ateis sebagai paham kaum tidak terpelajar: "Filsafat yang
  dangkal menarik pikiran manusia ke arah ateisme," ejeknya, "namun
  filsafat yang dalam membawa pikiran manusia ke arah kepercayaan."
  (Bagi orang yang hidup pada zaman Ratu Elizabeth, agama sama artinya
  dengan kekristenan.) Senada dengan itu, katanya "Filsafat, jika
  tidak dipelajari dengan sungguh-sungguh, membangkitkan keraguan;
  tapi jika didalami dengan sungguh-sungguh, akan menghilangkan
  keraguan." Bagi Bacon, ilmu pengetahuan merupakan suatu tindakan
  penyembahan [kepada Allah] dan perisai terhadap kekeliruan. Dia
  berkata, "Ada dua kitab yang diletakkan di hadapan kita untuk
  dipelajari agar kita terhindar dari kesalahan: pertama, Alkitab yang
  menyingkapkan kehendak Allah; yang kedua adalah kitab tentang
  ciptaan-Nya yang menyatakan kuasa-Nya."

  Orang lebih mengingat Sir Francis Bacon karena gagasan-gagasannya.
  Dia lahir di London tahun 1561 setelah Elizabeth I naik tahta,
  ketika masyarakat Inggris mengalami kemajuan yang drastis. Ia hidup
  sezaman dengan Galileo, Shakespeare, Sir Walter Raleigh, dan Sir
  Francis Drake. Bacon tidak bekerja sebagai ilmuwan tapi sebagai
  pengacara dan politisi, menjadi pengacara tahun 1582 dan anggota DPR
  Inggris tahun 1584. Dia diberi gelar ksatria [Sir] pada masa
  pemerintahan raja baru, James I, tahun 1603 dan kemudian menjadi
  Wakil Jaksa Agung, Jaksa Agung, dan menjelang 1618 menjadi Hakim
  Agung. Sayangnya, tahun 1621 reputasinya rusak karena kasus suap.
  Meskipun dia harus berjuang di hadapan raja dan parlemen, dia
  mengakui kesalahannya dan harus mengundurkan diri dengan rasa malu.
  Dia lahir ke dunia tanpa membawa apa-apa; masa mudanya sangat
  miskin, dan pada hari tuanya kehilangan keberuntungan dan reputasi.
  Dia meninggal tahun 1626 ketika melakukan percobaan pembuktian.
  Secara keseluruhan, hidup dan karier Bacon hampir tidak menonjol;
  karakter pribadinya "sama sekali tidak mengagumkan," menurut
  Frederic R. White. Dia tidak membuat penemuan yang signifikan dan
  tidak menciptakan hukum ilmiah. Akan tetapi gagasannya yang mendalam
  mencerminkan kedalaman dan kejeniusan pikiran.

  Bacon adalah seorang filsuf urutan pertama yang memengaruhi
  peradaban Barat selama berabad-abad meskipun selama hidupnya ia
  dikritik terus-menerus oleh para filsuf lain. Dia menganggap
  orang-orang yang mengkritiknya itu "Orang-orang cerdas yang
  terkurung oleh beberapa penulis, khususnya Aristoteles, sang
  Diktator mereka." Daripada mengulangi ide-ide lama dengan metode
  deduktif, Bacon lebih mengusulkan "penyelidikan baru," misalnya,
  mengumpulkan bukti melalui percobaan kemudian membuat interpretasi
  daripada membuat deduksi natur (sifat) suatu hal dari bentuk dan
  prinsip universal. Ensiklopedia Britannica menjelaskan bahwa dia
  bukan sembarang penganut empirisme; dia percaya pada perumusan hukum
  dan penyamarataan; "Akan tetapi tempat abadinya dalam sejarah
  filsafat dunia terletak pada kebulatan tekadnya bahwa pengalaman
  adalah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan semangatnya yang
  besar demi sempurnanya ilmu pengetahuan alam."

  Di sisi lain, seperti [Blaise] Pascal, Bacon juga memiliki bakat
  yang menonjol dalam hal kata-kata mutiara. Istilah yang disebut
  berdasarkan namanya merupakan perkataan yang sangat tepat diucapkan,
  seperti "buah apel emas di pinggan perak" (Amsal 25:11). Berikut ini
  adalah beberapa contoh kata-katanya: Pengetahuan adalah kekuasaan.
  Pengharapan adalah sarapan pagi yang baik tapi makan malam yang
  buruk. Uang itu ibarat pupuk, tidak ada gunanya kecuali jika itu
  disebarkan. Kebijaksanaan dalam bertutur lebih berharga daripada
  kemampuan berbicara yang baik.

  Masih banyak lagi kutipan-kutipan yang lainnya, namun demikian
  kata-kata Bacon membawa visi Atlantis Baru, sebuah jalan baru bagi
  pengetahuan untuk disebarkan ke seluruh dunia. Sebuah buku karya
  Cornelius Hunter yang berjudul "Darwin’s God" menunjukkan bahwa
  bukti-bukti yang disodorkan oleh Darwinisme pada akhirnya hanyalah
  suatu metafisika belaka. Entah mereka berbicara tentang homologi,
  fosil atau evolusi mikro, pengamatan mereka itu insidentil; argumen
  yang digunakan oleh penganut Darwinisme untuk menentang penciptaan
  berpusat pada apa yang dikehendaki dan tidak kehendaki oleh
  Pencipta. Saat bertemu dengan titik buntu dalam menemukan bukti
  untuk memperlihatkan evolusi, apa yang mereka siapkan tidak cukup
  membenarkan pernyataan yang dibuat untuk transformasi utama. Francis
  Bacon pun akan terkejut.

  Inti dari artikel ini adalah bahwa pemikiran Kristen adalah baik
  untuk ilmu pengetahuan. Dalam beberapa hal, orang-orang Kristen
  harus berhati-hati dengan filsafat Bacon. Meskipun Bacon bukan
  seorang Katolik maupun kaum cendekiawan, namun dia sepertinya
  menerima dasar pemikiran Thomas Aquinas yang menyatakan bahwa
  kejatuhan manusia tidak membuat akal seseorang rusak. Dia juga
  menulis, "Kemanusiaan kita adalah hal yang buruk kalau bukan karena
  keilahian yang berkuasa dalam diri kita," dan kita tahu bahwa
  anggapan ini dapat ditafsirkan secara ekstrim. Sepanjang dia
  mengatakan bahwa kita ini memiliki gambar dan rupa Allah, ini bisa
  diterima; tampaknya Bacon tidak sedang meragukan bahwa manusia
  adalah pendosa yang memerlukan Juru Selamat. Bacon bukan seorang
  penderita schizofrenia terhadap induksi dan otoritas. Dia melihat
  tidak ada percabangan dalam iman keyakinannya dan pembelaan metode
  ilmiah; seperti yang dikatakannya, kedalaman filsafat membawa
  pikiran manusia kepada keyakinan.

  Walaupun Sir Francis Bacon dikenal sebagai seorang pendukung fakta
  dan pengkritik puisi, dia juga adalah seorang penyair. Puisi,
  lebih dari prosa maupun filsafat, memampukan kita untuk melihat ke
  kedalaman batin sang penyair. Melalui puisinya yang berjudul "Sing a
  New Song" (Nyanyikan Kidung Baru) kita dapat melihat bahwa Sir
  Francis Bacon percaya pada penciptaan dan kepada Alkitab, ia seorang
  yang taat kepada imannya, ia melihat tugas manusia adalah memuji
  Allah atas ciptaan-Nya, dan ia percaya kepada sang Raja Surgawi dan
  berpengharapan kepada kemenangan Kristus yang kekal. (t/Setya)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Nama artikel: Sir Francis Bacon: 1561-1626
  Nama buku online: The World’S Greatest Creation Scientists: 1000-2000
  Nama situs: Creation Safaris
  Penulis: David F. Coppedge
  Alamat URL: http://www.creationsafaris.com/wgcs_1.htm#fbacon
  Tanggal akses: 10 Mei 2010
______________________________________________________________________

     Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi

+ Tahukah Anda________________________________________________________

       Kontribusi Terbesar Helen Barrett Montgomery untuk Gereja

  Kontribusi terbesar Helen Barrett Montgomery untuk gereja adalah 
  penerjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke dalam bahasa 
  Inggris. Ia adalah satu-satunya wanita yang membuat dan menerbitkan 
  terjemahan semacam itu. Pertama kali diterbitkan tahun 1924 karyanya 
  disebut sebagai "Centenary Translation" (Terjemahan 100 Tahun), yang 
  menandai perayaan hari jadi ke-100 Perkumpulan Publikasi Baptis 
  Amerika. Dia bermaksud menawarkan terjemahan yang menggunakan bahasa 
  sehari-hari yang paling mendekati terjemahan yang sudah dikenal umum 
  dan diinginkan. Dia menyebut proyek penerjemahan itu sebagai 
  "pekerjaan menyenangkan," dan dengan "penuh kerendahan hati serta 
  harapan besar" ia ingin terjemahannya dapat "memunculkan pemikiran 
  baru terhadap kebenaran dan kekuatan catatan luar biasa dari 
  kehidupan Pribadi yang Sempurna yang pernah hidup di dunia." 
  Terjemahan yang ia buat tersebut dikenang sebagai terjemahan yang 
  "jelas, halus, dan menggugah". (t/KN)

  Diterjemahkan:
  Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
  Judul artikel: Helen Barrett Montgomery (1861-1934)
  Penulis: Helen Kooiman Hosier
  Penerbit: Fleming H. Revell, Grand Rapids 2000
  Halaman: 324

+ Sisipan_____________________________________________________________

          SABDA SPACE TEENS: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN
                      http://teens.sabdaspace.org

  Remaja adalah pribadi unik yang memiliki dunia yang dinamis dan
  penuh energi. Mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, namun mereka
  juga belum termasuk ke dunia orang dewasa. Karena keunikan dan
  keistimewaan inilah, mereka memiliki kebutuhan yang tidak sama
  dengan jenjang usia lainnya.

  Yayasan Lembaga SABDA menyadari bahwa remaja membutuhkan ruang 
  lingkup yang berbeda dan perhatian yang khusus, oleh karena itu YLSA 
  menyediakan wadah bagi mereka dengan meluncurkan sebuah situs 
  komunitas blogger remaja Kristen yang diberi nama "SABDA Space 
  Teens" -- versi remaja dari situs SABDA Space ( http://www.sabdaspace.org ).  
  Seperti halnya SABDA Space, SABDA Space Teens diharapkan dapat 
  menjadi wadah untuk menampung aspirasi, pikiran, dan pergumulan 
  dalam bentuk tulisan, khususnya untuk kaum remaja Kristen. Untuk 
  bergabung mudah sekali, klik saja menu Daftar Menjadi Pengguna, 
  kemudian isi formulir yang ada.

  Selain situs blog, SABDA Space Teens juga sudah memunyai sebuah 
  halaman Facebook di < http://fb.sabda.org/teens > untuk mereka yang 
  memiliki akun di Facebook.

  Bagi Anda yang tergolong masih remaja, atau Anda yang memiliki
  anak/adik/teman/tetangga yang masih remaja, sebarkan informasi di
  atas. Nah, para remaja, tunggu apa lagi? Mari berbagi pikiran
  melalui tulisan dan bersiap untuk berdampak demi kemuliaan Kristus.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Sri Setyawati
Staf redaksi: Kusuma Negara
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org
Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org
Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org