Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/47 |
|
Bio-Kristi edisi 47 (23-3-2010)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) ______________________Edisi 047, Maret 2010___________________________ Isi Edisi Ini: - Pengantar - Renungan Paskah: Tugas Doa - Riwayat: Mengenal Lebih Jauh Tokoh Origenes - Karya: Frances Jan Van Alystine (Fanny Crosby): Kebutaannya adalah Sebuah Anugerah - Tahukah Anda: Fanny J.Crosby dan Himne Pertama untuk Sekolah Minggu - Sisipan: Kumpulan Bahan Paskah di situs paskah.sabda.org + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Kita bersyukur bahwa Tuhan sudah menetapkan rencana yang agung bagi kita masing-masing. Kita dapat mencoba mengatasi keterbatasan yang ada semampu dan sebisa kita, selebihnya Tuhan bekerja untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Prinsip ini tampak dalam kehidupan seorang tokoh yang kami bagikan dalam Bio-Kristi edisi bulan ini. Bagi Fanny Crosby, kebutaan bukanlah penghambat untuk bekerja melayani Tuhan. Tuhan menguatkan Fanny hingga mampu bangkit dan berhasil menjadi teladan bagi banyak orang. Demikian juga bagi seorang bapa Gereja mula-mula, Origenes. Ia seorang tokoh yang sudah memengaruhi pemikiran Kristen dan membuat gereja dihormati di mata dunia. Mereka telah memberikan hidup dan pelayan bagi pekerjaan Allah. Ini membuktikan ketaatan mereka kepada Allah. Tuhan Yesus Kristus juga menunjukkan teladan ketaatan sehingga Ia rela disiksa dan disalibkan. Perjalanan-Nya ke Golgota hingga di atas kayu salib menjadi kesaksian bagi banyak orang, bahwa Allah memberikan Putra-Nya sebagai jalan keselamatan bagi manusia yang dikasihi-Nya. Mari pada masa menyambut Paskah ini, kita bersama-sama merenungkan arti "ketaatan" sebagaimana yang Tuhan Yesus sudah teladankan. Ia membuktikan "ketaatan"-Nya kepada Sang Bapa. "SELAMAT PASKAH 2010" Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Kristina Dwi Lestari http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi http://biokristi.sabda.org/ http://fb.sabda.org/biokristi ______________________________________________________________________ "Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat adalah wajah Juru Selamatku." (Fanny Crosby -- Penulis Himne) + Renungan Paskah_____________________________________________________ TUGAS DOA Baca: Matius 26: 36--46 "Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa." (Matius 26:39a) Saya harus mengakui bahwa saya telah merasakan bahwa berdoa itu adalah kegiatan yang membosankan, membingungkan, dan memerlukan ketekunan. Terkadang, saya menunda-nunda untuk berdoa dan kemudian menyadari bahwa saya tak sanggup menahannya. Saya menyadari bahwa berdoa yang sebenarnya adalah disiplin yang sukar dan berat. Kita sering berpikir bahwa doa adalah persiapan untuk peperangan, tetapi Kristus menunjukkan kepada kita bahwa doa adalah peperangan itu sendiri. Doa adalah inti dari pekerjaan-Nya. Di tempat manakah keringat Yesus mengalir seperti tetesan darah? Bukan di istana Pilatus, ataupun di jalan menuju Golgota, namun di Taman Getsemani. Di sana, Ia "mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup untuk menyelamatkan-Nya dari maut" (Ibrani 5:7). Jika saya menyaksikan pergumulan-Nya pada malam itu, saya mungkin akan salah menafsirkan situasi dan berkata, "Bila Ia sangat hancur dan yang Ia lakukan hanyalah berdoa, apakah yang Ia akan lakukan pada saat Ia menghadapi krisis yang sesungguhnya? Mengapakah Ia tidak menghadapi pencobaan ini dengan suatu kepercayaan diri yang tenang seperti ketiga teman-Nya yang sedang tertidur?" Namun pada saat pencobaan datang, Yesus berjalan ke kayu salib dengan penuh keberanian, sedangkan ketiga teman-Nya ketakutan dan lari. Apakah kita telah salah mengartikan pentingnya doa? Daripada menganggap doa sebagai permohonan akan pertolongan untuk melakukan pekerjaan Allah, bukanlah lebih baik kita memandang doa sebagai tugas itu sendiri? -- HWR Sesuatu terjadi tatkala kita berdoa, Ambillah posisi, dan tinggallah tetap di situ, Bergumullah hingga hari berlalu; Marilah kita berdoa. -- Anon Doa tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi alat menghemat pekerjaan. Diambil dari: Judul buku: Kemenangan dalam Kebangkitan, Edisi Khusus Paskah, Hari 9 Penulis: Haddon W. Robinson Penerjemah: Tim RBC Indonesia Penerbit: RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2004 + Riwayat_____________________________________________________________ 185 -- 251 Bapa Gereja MENGENAL LEBIH JAUH SOSOK ORIGENES Pada awalnya, kekristenan dicemooh sebagai agama orang-orang miskin dan tidak terpelajar, dan memang sesungguhnya banyak penganutnya datang dari kalangan rendah. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Rasul Paulus, bahwa di gereja "untuk ukuran manusia, tidak banyak orang bijak, tidak banyak orang berpengaruh, tidak banyak orang terpandang" (1 Kor.1:26). Namun menjelang abad ketiga, cendekiawan terhebat pada masa itu adalah seorang Kristen. Baik karir, penganut ajaran sesat maupun orang Kristen, semuanya mengagumi Origenes. Ia memunyai pengetahuan luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting bagi pemikiran Kristen pada kemudian hari. Origenes lahir di Alexandria pada tahun 185. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Kira-kira pada tahun 201, ayahnya Leonidas dipenjarakan dalam satu gelombang penyiksaan oleh Septimus Severus. Origenes pun menulis surat kepada ayahnya di penjara agar tidak memungkiri Kristus demi keluarganya. Meskipun Origenes ingin menyerahkan diri kepada penguasa agar dapat menjadi martir bersama-sama dengan ayahnya, namun ibunya mencegahnya dengan menyembunyikan pakaiannya. Setelah Leonidas mati sebagai martir, hartanya disita dan jandanya terlantar dengan 7 orang anak. Origenes pun mulai menanggulangi keadaan dengan bekerja sebagai guru kesusastraan Yunani dan penyalin naskah. Karena banyak di antara cendekiawan senior telah meninggalkan Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah kateketik Kristen sangat membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya yang ke-18, Origenes pun memangku jabatan kepala sekolah tersebut dan memulai karier mengajarnya yang panjang termasuk belajar dan menulis. Ia menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas. Mengikuti titah Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak memunyai alas kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes berhasrat setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama Kristus. Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat tujuh sekretarisnya sibuk dengan dikteannya. Ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap buku dalam Alkitab serta ratusan khotbah. Karyanya "Hexapla" merupakan prestasi dalam bidang kritik teks. Di dalamnya, ia mencoba menemukan terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama dan dalam enam kolom sejajar ia membentangkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta. "Against Celsus" adalah karya besar yang merupakan pertahanan bagi kekristenan terhadap serangan kafir. "On First Principles" merupakan upaya pertamanya dalam teologi sistematis; di sini Origenes dengan saksama meneliti keyakinan Kristen tentang Allah,Kristus,Roh Kudus,penciptaan,jiwa,kemauan bebas,keselamatan dan Kitab Suci. Origenes bertanggung jawab atas peletakan dasar-dasar penafsiran alegoris terhadap Kitab Suci yang berpengaruh pada abad-abad pertengahan. Pada setiap teks, ia percaya ada tiga tingkat pengertian: pengertian harfiah, pengertian moral, yaitu untuk memperbaiki jiwa, dan pengertian alegoris atau pengertian rohani, yakni pengertian tersirat yang penting untuk iman Kristen. Origenes sendiri mengabaikan makna harfiah atau gramatikal-historis teks dan lebih menekankan makna alegoris. Origenes berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci dan secara analogi, yang kemudian dianut Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang kafir digunakan oleh orang Kristen, seperti orang Israel "merampasi orang Mesir itu" (Kel.12:35-36). Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks. Dari kesalahan-kesalahannya yang paling mencolok adalah paham Yunani bahwa benda dan dunia ini jahat. Ia percaya akan eksistensi roh sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia di atas bumi ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan praeksistensi (sebelum lahir). Ia menolak paham kebangkitan daging dan mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan keselamatan bagi semua manusia dan malaikat. Karena Allah tidak mungkin menciptakan bumi ini tanpa berhubungan langsung dengan zat awal, maka Sang Bapa memperanakkan Putra-Nya untuk menciptakan bumi yang abadi ini. Ketika Sang Putra mati di kayu salib, maka itu hanya kemanusiaan Yesus yang mati sebagai tebusan bagi iblis atas kejahatan dunia. Karena kesalahan-kesalahan semacam ini, maka Uskup Demetrius dari Alexandria mengadakan sidang yang mengekskomunikasi Origenes dari Gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima ekskomunikasi ini, namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur tidak menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan, kebijaksanaan, dan kecendekiawanannya. Dalam gelombang penyiksaan pada masa Decius, Origenes dipenjarakan, disiksa dan diputuskan untuk dihukum mati pada tiang. Tetapi hukuman itu tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Karena penderitaan (batin) inilah Origenes jatuh sakit, kemudian meninggal sekitar tahun 251. Ia telah berbuat banyak, lebih daripada yang orang lain pernah lakukan untuk meningkatkan pemikiran Kristen dan membuat Gereja dihormati di mata dunia. Pada kemudian hari, Bapa Gereja di Barat maupun di Timur merasakan pengaruhnya. Keanekaragaman pikiran dan tulisannya telah membawa reputasi baginya sebagai bapa ortodoksi dan bapa ajaran sesat. Diambil dari: Judul buku: 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen Judul artikel: Origenes Mulai Menulis Penulis: A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen Penerjemah: A. Rajendran Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991 Halaman: 12 -- 14 ______________________________________________________________________ Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi + Karya ______________________________________________________________ 1820 -- 1915 Penulis Himne FRANCES JAN VAN ALYSTINE (FANNY CROSBY): KEBUTAANNYA ADALAH SEBUAH ANUGERAH Tentang kebutaannya, Fanny berkata: "Tampaknya ini adalah suatu anugerah Tuhan bahwa aku harus buta seumur hidup, dan aku berterimakasih untuk hal ini. Jika kesempurnaan penglihatan duniawi ini ditawarkan kepadaku besok, aku tidak akan menerimanya. Aku mungkin tidak akan bisa menyanyikan himne untuk memuji Tuhan, jika aku telah tertarik pada hal-hal yang indah yang menarik dalam diriku." "Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat adalah wajah Juruselamatku." Frances Jane Crosby lahir di keluarga keturunan Puritan yang kuat, pada 24 Maret 1820. Saat bayi, dia menderita infeksi mata dan dirawat oleh seorang dokter yang tidak cakap yang mengolesi pasta panas pada kelopak matanya yang memerah dan meradang. Infeksinya sembuh, tetapi berakibat pada matanya dan Fanny menjadi buta seumur hidupnya. Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny sakit dan akhirnya meninggal. Mercy Crosby, menjadi janda pada umur 21 tahun, mencari nafkah sendiri sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan Fanny diasuh oleh neneknya, Eunice Crosby. Neneknya mengajar dia sendiri dan menjadi mata bagi gadis kecil itu, dengan bersemangat menjelaskan tentang fisik dunia. Pengajaran yang sangat cermat dari neneknya menolong membangun kemampuan deskriptif Fanny, dia juga memelihara rohani Fanny. Dia membaca dan dengan cermat menjelaskan tentang Alkitab kepada Fanny dan selalu menekankan pentingnya berdoa. Ketika Fanny tertekan karena tidak dapat belajar seperti anak-anak yang lainnya, neneknya mengajar dia untuk berdoa kepada Tuhan untuk diberi pengetahuan. Pemilik rumah Crosby juga memiliki peran penting untuk perkembangan Fanny. Ibu Hawley membantu Fanny untuk menghafal ayat Alkitab dan gadis muda ini sering belajar lima pasal setiap minggu. Dia tahu Kitab-kitab Taurat, Kitab Injil, Amsal, Kidung Agung, dan beberapa inti kitab Mazmur. Dia membentuk daya ingat yang sering membuat heran teman-temannya, tetapi Fanny percaya bahwa dia tidak berbeda dari teman-temannya yang lain. Kebutaannya benar-benar telah memaksa dia untuk lebih membangun daya ingatnya dan daya konsentrasinya. Kebutaan tidak pernah membuat Fanny mengasihani diri sendiri dan dia tidak memandang kebutaan sebagai sesuatu yang mengerikan. Pada usia 8 tahun dia mengarang ayat sederhana ini: "Oh, what a happy child I am, although I cannot see! I am resolved that in this world contented I will be! How many blessings I enjoy that other people don`t! So weep or sigh because I`m blind, I cannot - nor I won`t." Pada tahun 1834 Fanny belajar di New York Institute for the Blind (Institut New York untuk orang buta) dan dia tahu bahwa ini adalah jawaban doanya atas pendidikan. Dia masuk ke sekolah itu ketika dia berumur 12 tahun dan mengajar di sana selama 23 tahun. Dia menjadi seperti seorang yang terkenal di sekolah dan diminta untuk menulis puisi-puisi di hampir setiap ada kesempatan. Pada 5 Maret 1858, Fanny menikahi dengan Alexander Van Alystyne, mantan murid di institut dan saat itu mengajar di sana sebagai seorang profesor. Dia adalah salah seorang musisi yang dianggap sebagai salah satu pemain organ terbaik di daerah New York. Fanny sendiri adalah pemain harpa yang handal, memainkan piano, dan memiliki suara sopran yang bagus. Meskipun sudah menjadi wanita yang lanjut usia (Fanny hidup hingga berusia 95 tahun), Fanny masih duduk di depan piano dan memainkan berbagai karya musik klasik dari himne sampai "ragtime". Bahkan kadang-kadang dia juga memainkan himne tua dengan gaya jazz. Setelah dia menikah, Fanny meninggalkan institut dan dalam beberapa tahun dia menemukan pekerjaan yang benar-benar dia inginkan, yaitu menulis himne. Dia membuat kesepakatan dengan penerbit Bigelow dan Main untuk menulis tiga himne setiap minggu untuk dipakai di publikasi sekolah minggu mereka. Kadang-kadang Fanny menulis enam atau tujuh himne setiap hari. Meskipun Fanny dapat menulis puisi yang rumit dan mengarang musik klasik, himne-himnenya bertujuan untuk membawa pesan Injil kepada semua orang yang tidak mau mendengarkan khotbah. Kapan pun dia menulis sebuah himne, dia berdoa agar Tuhan menggunakan himne tersebut untuk membawa banyak jiwa kepada-Nya. Pada masanya, tim misionaris Dwight L. Moody dan Ira D.Sankey secara efektif memperkenalkan himne Fanny Crosby`s kepada orang banyak. Saat ini, beberapa dari himnenya terus membawa banyak jiwa kepada Juruselamat mereka, baik untuk keselamatan maupun penghiburan: "Blessed Assurance"; "All the Way My Savior Leads Me"; "To God Be the Glory"; "Pass Me Not, O Gentle Savior"; "Safe in the Arms of Jesus"; "Rescue the Perishing"; "Jesus, Keep Me Near the Cross"; "I Am Thine, O Lord"; dan masih banyak lagi lainnya. Meskipun himne yang ditulisnya mengalami kemunduran pada tahun-tahun terakhir, hampir sampai pada hari kematiannya pada tahun 1915, Fanny aktif membahas pekerjaan** dan pelayanan misi kepada penduduk miskin di Amerika. Dia mencoba membawa orang-orang kepada Juru Selamatnya tidak hanya melalui himnenya tetapi juga melalui kehidupan pribadinya yang baik. Apa yang terjadi ketika Fanny meninggal? Mungkin salah satu dari himne terakhirnya ini yang paling tepat menceritakannya: "When my lifework is ended and I cross the swelling tide, When the bright and glorious morning I shall see, I shall know my Redeemer when I reach the other side, And His smile will be the first to welcome me. I shall know Him, I shall know Him, And redeemed by His side I shall stand! I shall know Him, I shall know Him By the print of the nails in His hand." Fanny Crosby kemungkinan menjadi penulis himne terbanyak di sepanjang sejarah, ia menulis lebih dari 8.000 himne. Kurang lebih dua ratus nama pena yang berbeda diberikan untuk karya-karyanya oleh para penerbit buku-buku himne sehingga masyarakat tidak tahu bahwa dia telah menulis sedemikian banyaknya. Dia menulis kurang lebih tujuh himne atau puisi dalam sehari. Pada beberapa kesempatan, ketika mendengar sebuah lagu himne yang belum pernah dikenalnya, dia akan menanyakan tentang pengarangnya, dan ternyata himne tersebut adalah salah satu dari karya miliknya! Seandainya Anda mengambil lima belas himne dan menumpuknya satu per satu. Campurkanlah semuanya, itulah sejumlah himne yang ditulis Fanny sepanjang hidupnya! Tentu saja, beberapa di antaranya saat ini telah terlupakan, tetapi sebagian besar masih menjadi favorit orang-orang Kristen di seluruh dunia. Selama hidupnya, Fanny Crosby adalah salah satu wanita terkenal di Amerika Serikat dan seorang Kristen yang kuat, yang warisan kesetiaannya kepada Tuhan ditunjukkan melalui himne yang dinyanyikan sepanjang seluruh kekekalan. (t/Kristin) Diterjemahkan dari: Nama situs: Eaec.org Judul asli artikel: Fanny Crosby Penulis: tidak dicantumkan Alamat url: http://www.eaec.org/faithhallfame/fanny_crosby.htm ______________________________________________________________________ Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi + Referensi __________________________________________________________ Artikel lain tentang Fanny J.Crosby, dapat dilihat di alamat berikut ini. Tak Ingin Bisa Melihat ==> http://biokristi.sabda.org/tak_ingin_bisa_melihat + Tahukah Anda________________________________________________________ FANNY J.CROSBY DAN HIMNE PERTAMA UNTUK SEKOLAH MINGGU Berikut ini, ada kisah menarik dari sang penulis himne dan penyair wanita, Fanny J.Crosby. Di samping menulis himne rohani, dia juga menulis lagu-lagu untuk sekolah minggu. Dia memulai menulis himne tentang sekolah minggu untuk Wm.B. Bradbury pada tahun 1864. Berikut kutipan himne pertamanya: "We are going, we are going To a home beyond the skies, ...." Ditulis di hotel Ponton di jalan Franklin, New York, 5 Februari pada tahun yang sama. Himne ini dinyanyikan pada pemakaman Mr. Bradbury`s Januari 1868. Sumber: http://www.wholesomewords.org/biography/bcrosby5.html + Sisipan_____________________________________________________________ KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS PASKAH.SABDA.ORG Situs paskah.sabda.org dibangun untuk menjadi tempat Anda bisa mendapatkan berbagai bahan Paskah. Hampir semua jenis bahan ada di sini, yakni artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan mengajar untuk pelayanan anak dengan tema Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah. Jika Anda tertarik untuk mengirimkan bahan-bahan seputar Paskah, silakan mengirimkan ke redaksi. Fasilitas menulis blog pribadi seputar Paskah, memberikan komentar, berdiskusi di forum sampai fasilitas berkirim-kiriman ucapan selamat Paskah juga kami sediakan. Selamat berkunjung! ==> http://paskah.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari Staf redaksi: Sri Setyawati dan Kusuma Negara Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2010 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/ Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi Blog SABDA: http://blog.sabda.org/ Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |