Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/44 |
|
Bio-Kristi edisi 44 (14-12-2009)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) ______________________Edisi 044, Desember 2009________________________ Isi Edisi Ini: - Pengantar - Artikel Natal: Kisah Lagu Natal Bala Tentara Surga (Gita Surga Bergema) - Karya: Issac Watts: Bapak Kidung Pujian Inggris - Tahukah Anda: Lagu-Lagu Himne Isaac Watts - Sisipan: Dari Redaksi + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Peristiwa kelahiran Yesus Kristus merupakan penggenapan atas nubuat yang telah disuarakan oleh para nabi. Tidak ada yang lebih menyukacitakan hati kita selain digenapinya janji Allah tersebut. Dengan demikian, kita beroleh anugerah keselamatan karena Sang Mesias datang untuk menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib demi menebus kita dari kematian kekal. Sukacita itu pula yang membuat seluruh Redaksi Bio-Kristi hadir kembali pada bulan Natal ini. Segala kebaikan Allah merupakan karya terbesar dalam hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya. Tidak ketinggalan, kebaikan Allah juga tampak nyata di dalam hidup tokoh-tokoh Kristen yang namanya ada dalam edisi ini. Khusus dalam masa Natal, kami membuka edisi ini dengan sebuah artikel Natal mengenai kisah lagu "Gita Surga Bergema". Selain itu, Anda pun akan membaca karya Issac Watts yang dijuluki Bapak Kidung Pujian Inggris, yang melaluinya kita dapat mengetahui bagaimana karya dan idealismenya berpengaruh bagi masyarakat di sekelilingnya. Pelanggan setia Bio-Kristi, tidak lupa pada kesempatan ini, segenap Redaksi Publikasi Bio-Kristi mengucapkan: SELAMAT HARI NATAL 2009 DAN TAHUN BARU 2010 Biarlah damai dan sukacita Natal melingkupi hati kita sekarang dan selamanya. Tuhan Yesus memberkati. Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Kristina Dwi Lestari http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi http://biokristi.sabda.org/ http://fb.sabda.org/biokristi ______________________________________________________________________ Kemajuan-kemajuan besar dalam hidup kekristenan bergantung pada banyaknya pengorbanan kita untuk Kristus. John Sung -- Penginjil + Artikel Natal_______________________________________________________ KISAH LAGU NATAL BALA TENTARA SURGA (GITA SURGA BERGEMA) Kebanyakan orang Kristen mungkin menyangka bahwa setiap nyanyian rohani yang menjadi lagu pilihan umat Kristen pada zaman sekarang sudah menjadi lagu pilihan umat Kristen sejak nyanyian itu diciptakan. Memang ada nyanyian rohani yang tetap populer sejak diciptakan hingga kini, tetapi tidak demikian halnya dengan lagu Natal "Gita Sorga Bergema". Kata-kata dan not-not lagu ini sudah berkali-kali diubah. Satu setengah abad setelah lagu ini digubah, barulah lagu ini muncul sebagai salah satu lagu Natal yang paling disukai oleh umat Kristen di seluruh dunia. Pengarang yang Pandai Syair untuk lagu Natal pilihan ini dikarang oleh Charles Wesley, salah seorang penulis nyanyian rohani terbesar sepanjang masa. Bersama kakaknya, John Wesley, ia menjadi pembina aliran Kristen yang kemudian dikenal sebagai aliran Gereja Metodis. Pada masa hidupnya, dari tahun 1707 sampai tahun 1788, ia menciptakan tidak kurang dari 6.500 lagu. Charles Wesley biasa menulis dengan sangat cepat ketika ia mengarang lagu baru. Lagipula, ia jarang meredaksikan karangannya. Orang lainlah yang meredaksikannya, terutama kakaknya, John. John menjadi redaktur kumpulan nyanyian rohani yang jumlahnya mencapai 56 jilid. Syair lagu Natal "Gita Sorga Bergema" ini dikarang oleh Charles Wesley pada tahun 1738. Pada tahun itu juga, sebelum ia mengarang syair lagu itu, Charles Wesley mengalami pertobatan sungguh-sungguh sesudah bertahun-tahun menjadi "orang Kristen KTP". Ia sempat menjelaskan dalam bentuk puisi apa arti kelahiran Kristus. Anehnya, dalam syair karangannya itu, ia tidak menyinggung-nyinggung kelahiran Yesus. Bayi Kudus di palungan, kandang, binatang, gembala di padang -- semua hal itu tidak disebut-sebut. Bahkan, baris-baris pertama tentang "lagu yang merdu" dan "malak yang bers`ru" itu ditambahkan kemudian hari oleh orang lain, bukan oleh Charles Wesley. Syair Charles Wesley di dalam bahasa Indonesia kira-kira berbunyi demikian: "Cakrawala bergema: Mulia Sang Maharaja!" Pengarang yang selalu tergesa-gesa sewaktu menciptakan syair itu tidak memberikan judul apa pun pada hasil karyanya. Di sebelah kertas itu hanya ada catatan: "Lagu rohani untuk hari Natal". Proses Perubahan yang Rumit Syair karangan Charles Wesley itu mula-mula diterbitkan pada tahun 1739. Tetapi banyak orang Kristen merasa kata-kata syair itu kurang pas. Misalnya, kata dalam bahasa Inggris pada baris pertama yang berarti "cakrawala" sudah dianggap kuno. Ada berbagai perubahan yang diusulkan. Kedua baris pertama pernah, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, diubah menjadi: "Jagat raya proklamir: Kristus kini t`lah lahir!" Namun, usul peredaksian yang ini pun tidak berkenan di hati kebanyakan orang Kristen. Kemudian seorang penyunting kumpulan lagu pilihan mencoba mengubahnya lagi. Dari karangan aslinya yang terdiri dari 10 bait, dan yang setiap baitnya terdiri dari 4 baris, ia membuang 4 bait. Sisanya yang 6 bait digabung menjadi 3 bait saja; masing-masing terdiri dari 8 baris. Kedua baris pertama, yaitu kalimat tentang bala tentara surga (yang rupanya dibubuhkan oleh redaktur musik itu sendiri), diolahnya menjadi semacam refrein yang diulangi di belakang setiap bait. Melalui berbagai perubahan itu, syair lagu Natal "Gita Surga Bergema" akhirnya memperoleh bentuk seperti yang biasa kita nyanyikan pada bulan Desember. Tak dapat dipastikan, siapa redaktur yang membuat saduran itu. Lagu yang Telantar Lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak hanya mengalami berbagai perubahan dalam susunan katanya, tetapi juga hampir terlupakan oleh umat Kristen pada masa penciptaannya. Seandainya sesuatu yang tak terduga berikut ini tidak terjadi, nyanyian itu mungkin sudah lenyap sama sekali dari peredaran. Seorang tukang cetak sedang mengerjakan sebuah buku liturgi dan doa -- bukan untuk aliran Metodis, tetapi untuk Gereja Inggris, yaitu gereja negara yang resmi. Kebetulan ada satu halaman kosong dalam buku itu. Untuk mengisi halaman kosong itu, tukang cetak tersebut mencetak syair Natal karangan Charles Wesley. Sesudah dicetak, para pembesar Gereja Inggris baru menyadari bahwa syair itu karangan seseorang yang mereka anggap pemimpin bidat. Tak pelak lagi, mereka mengusulkan supaya syair tersebut jangan dimuat lagi pada edisi berikutnya. Tetapi sudah telanjur. Ada sejumlah anggota Gereja Negara yang menyukai lagu Natal itu. Jadi syair itu tidak dicabut. Pada zaman itu, syair Natal karangan Charles Wesley sudah diterapkan dengan berbagai melodi. Ada yang cocok, ada yang kurang cocok. Maka dari itu, lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak kunjung populer untuk jangka waktu yang lama. Adalah Felix Mendelssohn yang akhirnya mengarang not-not yang riang itu, yang selalu mengalun pada setiap bulan Desember. MUSIKUS YANG BERBAKAT Felix Mendelssohn adalah salah seorang komponis musik Jerman terbesar pada abad ke-19. Ia lahir di kota Hamburg pada tahun 1809. Keluarganya adalah pemodal dan sarjana bangsa Jerman yang kaya raya. Menurut garis keturunan, mereka adalah orang Yahudi, tetapi menurut agama, mereka adalah orang Kristen yang setia. Felix dibesarkan dalam lingkungan yang serba nyaman, baik secara jasmani maupun rohani. Pada umur yang masih sangat muda, anak laki-laki itu sudah terlihat memiliki bakat musik yang brilian. Ketika ia baru berusia 9 tahun, ia, sebagai pianis, mempersembahkan konser perdananya. Pada tahun yang sama, ia juga mulai mengarang musik. Musik gubahannya diciptakan pada usia belasan tahun, ada yang masih tetap dimainkan sampai sekarang oleh orkestra-orkestra besar. Sebagai seorang musikus, karier Felix Mendelssohn mencapai prestasi gemilang yang tiada taranya. Sebagai komponis, dirigen, pemain piano, pemain biola, pemain orgel, dan sebagai pembina sekolah tinggi musik, ia dihormati dan dikagumi di mana-mana. Berkali-kali ia melakukan lawatan ke luar negeri dan menggelar konser-konser yang disambut hangat oleh khalayak ramai. Di tengah-tengah segala popularitasnya, Felix Mendelssohn tidak melupakan imannya kepada Kristus. Beberapa gubahannya yang paling indah bersumber dari Alkitab; dua di antaranya "Nabi Elia" dan "Rasul Paulus". Kedua oratorium itu hingga kini masih sering dinyanyikan di Indonesia. Penyanyi yang Masih Muda Pada musim semi tahun 1847, Felix Mendelssohn mengunjungi negeri Inggris untuk kesepuluh kalinya. Di sana, ia memimpin orkes dan paduan suara besar yang mementaskan hasil karyanya sendiri, yaitu oratorium "Nabi Elia". Dalam acara itu, ada seorang penyanyi koor gabungan yang masih remaja, namanya William H. Cummings. Meski baru berumur 15 tahun, ia sudah 8 tahun menjadi anggota koor di sebuah katedral besar Gereja Inggris. Ia baru saja diangkat menjadi pemain orgel di gereja itu. William Cummings senang memadukan suara tenornya yang bagus dengan puluhan suara lainnya di dalam koor gabungan tersebut, terutama karena yang memimpin acara musik itu sang komponis sendiri, Felix Mendelssohn. Tetapi betapa menyedihkan, 6 bulan kemudian William mendengar kabar bahwa Felix Mendelssohn -- komponis ternama itu -- meninggal muda pada usia 38 tahun. Selang beberapa tahun, William Cummings membolak-balik halaman sebuah buku musik karangan almarhum Felix Mendelssohn. Buku musik itu berjudul "Festgesang" (Nyanyian Perayaan) dan dikarang pada tahun 1840 dalam rangka merayakan 400 tahun penemuan mesin cetak Gutenberg. Tiba-tiba Cummings mulai menimbang-nimbang, apakah lagu kedua dari buku musik itu dapat dipasangkan dengan syair lagu Natal "Gita Surga Bergema", yang sudah lebih dari 1 abad menunggu melodi yang benar-benar cocok? Lagu kedua itu berjudul "Tuhanlah Terang". Mendelssohn menggubahnya untuk paduan suara pria dan alat-alat musik tiup. Anehnya, komponis besar itu pernah menulis tentang "Tuhanlah Terang", "Saya yakin, lagu ini akan disenangi oleh para penyanyi dan pendengar. Tetapi lagu ini sama sekali tidak cocok untuk syair rohani. Seharusnya sajaknya bertemakan kebangsaan atau sesuatu yang bersifat riang dan ringan, sesuai dengan nada musik itu sendiri." Akhirnya Ditemukan Aransemen yang Cocok Musik karangan Felix Mendelssohn itu memang "bersifat riang dan ringan". Tetapi ia tidak menduga bahwa melodi seperti itu cocok dengan sukacita umat manusia atas kelahiran Tuhan Yesus! William Cummings menggubah kembali lagu karangan Mendelssohn itu pada tahun 1855. Ternyata not-notnya cocok sekali dengan syair Natal karangan Charles Wesley. Dengan demikian, terciptalah musik yang baru. Lagu Natal "Gita Surga Bergema" terbit pada tahun 1856. Akhirnya, nyanyian rohani itu lambat laun menjadi lagu pilihan umat Kristen di seluruh dunia. William Cummings lahir pada tahun 1831 dan hidup sampai tahun 1915. Ia menjadi seorang mahaguru dan penceramah di bidang musik, juga seorang pengarang musik, penulis sejarah musik, dan pembina sekolah tinggi musik. Ia mengadakan tur keliling ke negara-negara lain untuk menggelar banyak konser vokalia. Meski demikian, nama William H. Cummings masih diingat sampai sekarang karena pada umur 24 tahun, ia menemukan melodi yang paling cocok untuk syair lagu Natal "Gita Surga Bergema" karangan Charles Wesley! Dahulu kala di kota Zanzibar, di pantai timur benua Afrika, ada sebuah pasar dan penjara besar untuk para budak belian. Setelah perdagangan manusia dihapus, seorang pengabar Injil mengusulkan supaya pasar dan penjara itu dirobohkan. Sebuah gedung gereja yang agung didirikan di situ. Ketika gereja itu selesai dibangun, umat Kristen di kota Zanzibar berkumpul untuk meresmikannya pada malam Natal. Di tempat yang dulu sarat kesengsaraan dan kejahatan, terdengarlah alunan suara riang yang melantunkan lagu Natal "Gita Surga Bergema"! Diambil dan disesuaikan dari: Judul buku: Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan Penyusun: Andreas Sudarsono dan Doreen Widjana Judul asli artikel: Lagu Natal Bala Tentara Surga Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2007 Halaman: 266 -- 271 Sumber: Nama situs: Situs e-Misi Alamat url : http://misi.sabda.org/lagu_natal_bala_tentara_surga Alamat lagu: http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=42&chapter=1&tab=hymns#kj_99 http://gema.sabda.org/gita_sorga_bergema http://www.cyberhymnal.org/htm/h/h/a/hhangels.htm + Karya ______________________________________________________________ 1674 -- 1748 Himnis, Bapa Gereja ISSAC WATTS: BAPAK KIDUNG PUJIAN INGGRIS Bapak Kidung Pujian Inggris ini memiliki keunikan dalam banyak hal. Selain tergolong pendek (tingginya hanya 5 kaki) dan sering sakit-sakitan, kepalanya pun terlalu besar serta tidak proporsional. Semua lukisan menggambarkannya dalam jubah besar dengan lipatan-lipatan yang besar -- suatu usaha agar dia tidak terlihat terlalu aneh. Selain melayani sebagai seorang pendeta, Isaac Watts juga menulis buku ilmu logika yang digunakan selama puluhan tahun di Oxford, Cambridge, Harvard, dan Yale. Dia menulis buku tebal tentang metafisika (cabang filsafat yang mempelajari wujud benda yang sebenarnya). Bukunya yang berisi puisi anak-anak bahkan dicetak sebanyak 95 edisi dalam jangka 100 tahun. Selain Isaac Watts, tidak ada pemikir lain yang menerbitkan sebuah karya besar yang berkaitan dengan astronomi dan katekisme berdasar tingkat umur untuk anak-anak muda (katekisme pertama untuk anak berumur 5 tahun)! Kidung-kidung pujiannya sudah diterjemahkan dalam lusinan bahasa, dari bahasa Armenia hingga bahasa Zulu. Suaranya lemah dan semua orang sudah mengetahui perihal penyakit jiwanya yang sering kambuh (sering membuatnya tak mampu berkhotbah). Namun, pada saat dia cukup sehat untuk berkhotbah, banyak orang memegang erat-erat kata-katanya yang mereka percayai tercurah dari hati yang dibungkus dalam hati Tuhan. Sebagai anak tertua dari delapan bersaudara, Issac lahir pada masa-masa sulit. Kaum Dissenter (kaum yang menolak menyesuaikan diri dengan gereja yang resmi) tidak hanya meniadakan jalan masuk ke universitas dan lapangan kerja; mereka juga bertanggung jawab atas penuntutan dan penghukuman terhadap orang-orang yang tetap menyembah Tuhan sesuai dengan keyakinannya. Ayah Issac, seorang kaum Dissenter, dipenjara setahun setelah menikah. Issac tumbuh dewasa terlalu cepat. Dia sudah mempelajari bahasa Latin pada umur 4 tahun, bahasa Yunani saat berumur 9 tahun, bahasa Perancis saat berumur 11 tahun, dan bahasa Ibrani saat berumur 13 tahun. Bahasa Perancis biasanya tidak dipelajari di sekolah dasar Inggris pada tahun 1600-an, tapi Issac dibesarkan di Southampton, kota para pengungsi yang lari dari penyiksaan di Perancis. Issac muda berpikir bahwa dia harus bisa berbahasa Perancis agar dia bisa berkomunikasi dengan tetangganya. Seorang dokter melihat bakat intelektual anak muda itu dan menawarkan dirinya untuk membiayai pendidikannya di Oxford atau Cambridge. Namun untuk diterima di salah satu universitas itu, dia harus meninggalkan keyakinan yang sudah membuatnya menderita. Dia tidak mau melakukannya. Akhirnya, dia masuk Dissenting Academy, institusi setara universitas bagi mereka yang dilarang masuk universitas. Sembari menyelesaikan pendidikan formalnya, dia menulis puisi, yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Latin. Pada masa ini, kidung pujian dinyanyikan di gereja-gereja Inggris. Pengikut Luther (Lutheran) dari Jerman sudah menyanyikan kidung pujian selama lebih dari 1 abad. Sedang pengikut Calvin (Calvinis) di Perancis dan Swiss tidak. Calvin ingin pengikutnya hanya menyanyikan Kitab Mazmur. Sementara umat Calvinis Inggris juga hanya menyanyikan Kitab Mazmur yang memunyai irama. Komposisi iramanya kaku ("Tapi kita akan mengingat nama-Nya atau nama Tuhan Allah sendiri"), suasananya membosankan, dan suasana ibadahnya suram. Suatu ketika, Isaac tidak tahan lagi dengan situasi seperti itu. Sekembalinya dari ibadah hari Minggu pagi, dia dengan bersemangat mengeluh kepada ayahnya tentang nyanyian Mazmur yang membosankan, yang membuat orang berhenti memuji Tuhan. "Mengapa kamu tidak menulis kidung pujian yang lebih baik?" tantang ayahnya. Sepanjang siang, Watts hanya mencoba membuat kidung pujian, dan pada ibadah malam penyembahan pada hari itu juga, jemaat menyanyikan kidung pujian #1, "Lihatlah kemuliaan Anak Domba" ("Behold the glories of the Lamb"). Kemudian 696 kidung pujian lain menyusul. Tidak semua orang berterima kasih kepadanya. Beberapa teman sebayanya mengeluhkan kidung pujian yang diciptakannya "terlalu duniawi" bagi gereja. Salah satu kritik mengatakan, "Jemaat Kristen telah menghilangkan mazmur yang kudus dan terbawa terbang dalam khayalan Watts!" Kidung pujiannya membuat banyak orang marah, jemaat terpecah belah (khususnya jemaat yang pernah dilayani oleh John Bunyan, penulis literatur Inggris klasik, bertahun-tahun sebelumnya), dan membuat banyak pendeta dipecat. Watts, seperti pencipta kidung pujian lain pada zamannya, menulis tentang penjamahan hati manusia oleh Allah dan Allah yang menjadi manusia sesuai dalam pemahaman kita. Namun demikian, keunikan Watts terlihat dalam penekanannya terhadap latar belakang pergaulan Allah dengan hati manusia: kosmos dari kebesaran-Nya yang tak dapat diungkapkan. Watts melihat drama turunnya Allah menjadi manusia dan penyaliban, kematian, dan kebangkitan, sebagai peristiwa-peristiwa kecil yang pada kenyataannya memiliki makna kosmik. Dunia Watts lebih besar dari yang penulis kidung pujian lain bayangkan. (Mungkin dunia seperti itulah yang seorang ahli astronomi harapkan!) Yakin akan kebesaran Tuhan dan tenggelam dalam kerinduan akan Tuhan, Watts sendiri memiliki pengalaman bersama Tuhan yang paling berarti. Palingkan, palingkan kami Allah yang penuh kuasa, Dan bentuklah lagi jiwa kami; Hancurkan, yang kuasa, hati yang terbuat dari batu ini, Dan beri kami hati yang terbuat dari daging. Ketika berusia 50 tahun, Watts merupakan seorang tokoh nasional yang dihormati oleh kaum Anglikan dan Dissenter. John Wesley (kaum Anglikan) telah sejak lama mengakui kejeniusan, kedisiplinan, dan ketaatan Watts. Dan saat Wesley menerbitkan buku kidung pujiannya yang pertama, sepertiga kidung pujian yang ada di buku itu adalah ciptaan Watts. Dia adalah seorang teolog yang handal, dia menemui 44 halaman dari tulisannya yang berjudul "Ruin and Recovery" di buku karangan Wesley yang berjudul "The Doctrine of Original Sin". Sebagaimana ketidaklazimannya dalam penampilan, talenta, produktivitas, dan sejarah penyakit jiwa, Watts juga sama sekali tidak lazim dalam satu hal yang penting. Seperti semua orang Kristen, ahli logika ini sadar bahwa Tuhan itu dikasihi dengan pikiran, dan karena itu, rasio tidak boleh diabaikan dalam pengalaman iman atau kedisiplinan kehidupan Kristen. Tapi dia sadar bahwa misteri Tuhan, meski selalu rasional, tapi lebih dalam dari samudera atau segala macam rasio. Di mana alasan tidaklah cukup, Dengan semua kekuatannya, Di sanalah iman berlaku Dan kasih dimuliakan. (t/Dian) Diterjemahkan dari: Nama situs: Victorshepherd.on.ca Judul asli artikel: Isaac Watts Penulis: Victor Shepherd Alamat URL: http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/isaac.htm + Tahukah Anda________________________________________________________ LAGU-LAGU HIMNE ISAAC WATTS "Hymns and Spiritual Songs" karya Isaac Watts (1707) dicetak ulang di Amerika pada tahun 1739, sedangkan karyanya yang berjudul "The Psalms of David Imitated" (1719), dengan mazmur-mazmur yang dia terjemahkan secara bebas, dicetak ulang di Amerika pada tahun 1729. Pada tahun 1712, Pendeta John Tufts menerbitkan "Introduction to the Art of Singing Psalm Tunes", buku pedoman musik yang pertama kali dicetak di Amerika. Edisi keduanya berisi 37 lagu dan dijilid dengan "The Bay Psalm Book". Pendeta Thomas Prince, pendeta di Old South Church Boston, merevisinya secara signifikan; ia menambahkan 50 himne; semuanya kecuali delapan himne, dikarang oleh Isaac Watts. (t/Kristin) Sumber: http://www.answers.com/topic/hymns-and-hymnody + Sisipan_____________________________________________________________ DARI REDAKSI Pelanggan yang terhormat, dengan ini Redaksi Bio-Kristi bermaksud meralat sajian publikasi Bio-Kristi edisi 043. Terdapat kesalahan dalam penulisan tahun pada artikel Riwayat dengan judul "Riwayat Hidup George Muller (1085 -- 1898)". Yang benar adalah "Riwayat Hidup George Muller (1805 -- 1898)". Mohon maaf untuk ketidaktelitian tersebut dan harap menjadi maklum Pelanggan setia publikasi Bio-Kristi. Tuhan Yesus memberkati. ______________________________________________________________________ Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari Staf redaksi: Sri Setyawati Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2009 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/ Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum/ Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi Facebook Bio-Kristi: http://fb.sabda.org/biokristi Blog SABDA: http://blog.sabda.org/ ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |