Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/3 |
|
Bio-Kristi edisi 3 (30-10-2006)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 003, Oktober 2006 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Martin Luther - Karya : Batu Penjuru Gereja - Tahukah Anda? - Apa Kata Mereka: Meneladani Johannes Kepler - Undangan Berpartisipasi - Sisipan : SABDA Space: Wadahnya Blogger Kristen + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Seperti Anda ketahui, pada bulan Oktober ini, tepatnya tanggal 31 Oktober, gereja akan memperingati Hari Reformasi Gereja yang ke-489. Betul, 489 tahun yang lalu, Martin Luther, dengan 95 dalilnya membongkar kebobrokan gereja yang mengesahkan surat penghapusan dosa. Inilah awal dimulainya gerakan reformasi gereja yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Reformasi. Perjuangan serta keberaniannya dalam mempertahankan kebenaran iman Kristen memang pantas diacungi jempol. Simaklah kolom Riwayat berikut ini yang akan mengajak sidang pembaca menelusuri perjalanan hidup salah satu tokoh Reformasi ini. Perjuangan-perjuangan untuk mengembalikan gereja kepada dasar yang sejati ini juga menjadi inspirasi bagi Samuel J. Stone untuk menorehkan karyanya dalam bentuk himne. Dalam kolom Karya di edisi ini, silakan menyimak perjalanannya dalam menuliskan himne yang hingga kini masih sering kita dengar dan kita nyanyikan. Selamat menyimak! Staf Redaksi Bio-Kristi, Ratri + Riwayat ____________________________________________________________ 1483--1546 MARTIN LUTHER Dilahirkan pada 10 Nopember 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus pada 11 Nopember 1483 ketika ia dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga Luther adalah keluarga yang saleh seperti umumnya golongan petani di Jerman. Luther mendapatkan pendidikan dasarnya di Mansfeld, sebuah kota di mana ayahnya terpilih sebagai anggota Dewan Kota Mansfeld, setelah pindah ke sana pada 1484. Pendidikan menengah dikecapnya di Magdeburg di sebuah sekolah yang diasuh oleh "saudara-saudara yang hidup rukun" (Broederschap des gemenen levens). Pada tahun 1501 Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di sini ia belajar filsafat terutama filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, serta untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama yang ditemukannya dalam perpustakaan universitas tersebut. Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan agar anak mereka menjadi seorang ahli hukum. Pada tahun 1505 Luther menyelesaikan studi persiapannya dan sekarang ia boleh memasuki pendidikan ilmu hukumnya. Namun, pada 2 Juni 1505 terjadi suatu peristiwa yang membelokkan seluruh kehidupannya. Dalam perjalanan pulang dari Mansfeld ke Erfurt tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan kilat yang hebat. Luther sangat ketakutan. Ia merebahkan dirinya ke tanah sambil memohon keselamatan dari bahaya kilat. Luther berdoa kepada Santa Anna, yaitu orang kudus yang dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat sebagai berikut. "Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan." Pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Orang tuanya tidak turut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Luther tersebut. Luther berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan biara melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan rajin di antara semua biarawan lain. Ia mengaku dosanya di hadapan imam setidaknya sekali seminggu. Dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu diperbuatnya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Sebenarnya, Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang rahmani. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa ia tidak mungkin menjadi orang yang benar. Ia pasti mendapat hukuman dari Allah yang akan bertindak sebagai hakim itu. Meski telah menjadi biarawan, pergumulan rohani itu tidak kunjung selesai. Pergumulannya ini diceritakannya kepada pimpinan biara di Erfurt, yaitu Johann von Staupitz. Johann von Staupitz menasihatkannya agar tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak. Yang penting adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus. Sementara Luther bergumul mencari Allah yang rahmani itu, Luther ditahbiskan menjadi imam pada 2 Mei 1507. Orang tua serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara penahbisan tersebut, serta menerima ekaristi pertama yang dilayani oleh Martin Luther. Kemudian Johann von Staupitz mengirim Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya, Luther dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun setahun kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika. Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa kakeknya dari api penyucian. Luther yang ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder, berjalan kaki dari Erfurt ke Roma. Di Roma Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah tangga yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang dipindahkan dari Yerusalem ke Roma. Di Roma Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, "Jika seandainya ada neraka, berarti Roma telah dibangun di dalam neraka." Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat. Setelah kembali dari Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Ia tinggal di sini sampai ia meninggal. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh gelar doktornya pada tahun 1512. Johann von Staupitz melihat bahwa Luther adalah seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru. Di Wittenberg telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada tahun 1502. Frederick bersimpati dengan Luther tatkala ia mendengar khotbah Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di Jerman. Di Universitas Wittenberg Luther mulai mengajarkan tafsiran kitab Mazmur, kemudian surat Roma, Galatia, dan surat Ibrani. Sementara itu, pergumulan rohaninya mencari Allah yang rahmani terus berjalan. Barangkali pada tahun 1514, Luther menemukan jalan ke luar dari pergumulannya itu. Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran Allah sebagai rahmat Allah yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaran-Nya. Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa sehingga Tuhan Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu Luther menulis, "Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Injillah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang rahmani itu membenarkan kita oleh rahmat dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang." Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya. Penemuan Luther ini tidak menjadi titik meletusnya gerakan reformasi Luther. Titik meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia (penghapusan siksa) pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa. Luther tidak dapat menerima praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi. Dalil-dalil Luther sudah tersebar di seluruh Jerman hanya dalam sebulan. Akibatnya, Surat Indulgensia tidak laku lagi dan Luther dianggap sebagai penyebabnya. Paus Leo X menuntut agar Luther menarik kembali ajarannya yang sesat itu. Luther membalas permintaan Paus dengan memberi penjelasan setiap dalilnya dengan penuh penghormatan. Namun, Paus memerintahkan Luther untuk menghadap hakim-hakim Paus di Roma dalam waktu enam puluh hari. Ini berarti Luther akan dibunuh. Beruntunglah Frederick yang Bijaksana melindungi mahagurunya. Ia meminta kepada Paus agar Luther diperiksa di Jerman dan permintaan ini dikabulkan. Paus mengutus Kardinal Cajetanus untuk memeriksa Luther pada tahun 1518. Cajetanus meminta Luther menarik kembali dalil-dalilnya, namun Luther tidak mau. Cajetanus pun gagal dalam misinya. Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis, para petani Jerman bersimpati kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther, yang berkuasa di kalangan orang-orang Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk menerima kutuk dari Paus. Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang terpenting adalah "An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening" (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen), 1520; "De Captivitate Babylonica Ecclesiae" (Pembuangan Babel untuk Gereja), Oktober 1520; "Von der Freiheit eines Christenmenschen" (Kebebasan seorang Kristen), 1520. Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu bernama "Exurge Domine". Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta agar Luther menariknya kembali dalam tempo 60 hari, jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berjudul "Widder die Bullen des Endchrists" (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Kris). Pada 10 Desember 1520 Luther membakar bulla Paus tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521. Luther kini berada di bawah kutuk gereja. April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther menyatakan pembelaannya. Wakil Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, namun Luther tidak mau. Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga. Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata. Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman. Sementara Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. Ia sendiri melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-perubahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh nabi- nabi dari Zwickau yang berpandangan radikal. Mereka menyerbu gedung- gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss. Pada tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer. Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan dirinya dengan golongan-golongan radikal. Setelah pemberontakan itu, Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang bekas biarawati, pada tahun yang sama. Perkembangan reformasi Luther berkembang dengan pesat. Namanya bukan saja terkenal di Jerman tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 1537 Luther menulis suatu karangan yang berjudul "Pasal-Pasal Smalkalden" yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan Katekismus Besar. Ia kemudian meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun di Eisleben. Diringkas dari: Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja Judul artikel : Luther, Martin Penulis : Drs. F. D. Wellem, M.Th. Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999 Halaman : 168 — 175 Situs penerbit: http://www.bpkgm.com ______________________________________________________________________ Kita dibenarkan oleh iman dan oleh iman pula memperoleh damai, bukan oleh usaha, silih, dan pengakuan Martin Luther — reformator + Karya ______________________________________________________________ Himne BATU PENJURU GEREJA Penulis lagu: Samuel J. Stone Komposer : Samuel S. Wesley, 1810-1876 Nama nada : "Aurelia" Meter-76.76 Ganda ... Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. (Efesus 5:23) Seseorang tidak bisa dikatakan mempelajari sejarah gereja tanpa memerhatikan gangguan dan penganiayaan yang dialami oleh Gereja Kristen dari awal hingga sekarang. Sebagai umat Protestan, kita harus menaruh perhatian khusus pada salah satu klimaks terpenting dalam perjuangan ini, yaitu peristiwa sejarah tanggal 31 Oktober 1517. Pada hari itu Martin Luther memakukan 95 dalil di pintu Katedral Wittenberg sebagai bentuk protes atas praktik dan pengajaran gereja Abad Pertengahan. Namun, sebelum dan juga sejak saat itu, amatlah penting bagi orang-orang percaya untuk mempertahankan Gereja dari orang-orang yang akan mengotori dan menghancurkannya dengan doktrin dan praktik-praktik sesat. Seperti itulah peristiwa yang mendasari penulisan himne ini. Penulisnya adalah seorang pendeta Gereja Inggris, Samuel J. Stone, pada tahun 1866. Selama periode itu, ada banyak masalah yang muncul di dalam Gereja Anglikan gara-gara sebuah buku yang ditulis tiga tahun sebelumnya oleh salah seorang pendeta Anglikan yang berpengaruh, John William Colenso. Dalam buku tersebut, pendeta yang liberal ini menyerang keakuratan sejarah Lima Kitab Musa. Bukunya yang berjudul "The Pentateuch and The Book of Joshua, Critically Examined", ditentang keras oleh pemimpin Anglikan lainnya, Pastor Grey. Segera perseturuan teologis antarpemimpin tersebut menjadi kontroversi yang tersebar luas ke seluruh Gereja Anglikan. Samuel Stone sangat tergugah melihat masalah ini sehingga pada tahun 1866 dia menulis sekumpulan himne, Lyra Fidelium ("Lyra of the Faithful"). Kumpulan ini terdiri dari dua belas himne pengakuan iman berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli untuk melawan serangan dari liberalisme dan pengetahuan modern yang dirasanya akan memecah belah dan menghancurkan gereja. Himne khusus ini didasarkan pada "The Ninth Article of the Creed" (Artikel Pengakuan Iman ke-9) yang berbunyi, "Gereja Katolik (universal) yang Kudus; Perjamuan Kudus Orang-Orang Suci: Dialah Kepala dari Tubuh ini." Ini adalah keyakinan Stone bahwa kesatuan gereja semata-mata harus terletak pada pengenalan akan ketuhanan Kristus sebagai Kepala gereja dan bukannya pada pandangan dan interpretasi manusia. Himne tersebut menjadi terkenal di seluruh Inggris Raya dan juga diterjemahkan ke dalam beragam bahasa, termasuk bahasa Latin. Dua tahun kemudian semua pendeta Anglikan berkumpul di London untuk sebuah pertemuan teologis yang dikenal sebagai Lambeth Conference (Konferensi Lambeth). Himne karya Stone dipilih sebagai prosesi dan himne tematis untuk pertemuan bersejarah tersebut. Stone menjadi terkenal secara luas dan dihargai sebagai seorang penulis himne yang produktif dan banyak dipublikasikan. Stone menulis total tujuh buku tentang ayat dan melayani dalam komite yang mempersiapkan edisi 1909 dari himne Anglikan yang terkenal, Hymns Ancient and Modern (Himne Kuno dan Modern). Meskipun demikian, himne tersebut adalah satu- satunya himne ciptaannya yang masih digunakan secara rutin sampai sekarang. Samuel John Stone lahir Whitmore, Staffordshire, Inggris, pada tahun 1839. Setelah lulus dari Oxford, dia melakukan sebagian besar pelayanannya hanya di dua paroki di London, di mana dia sangat dikenal sebagai pendeta untuk orang-orang miskin. Di sini waktunya dihabiskan untuk melayani orang-orang miskin dan kurang mampu di pinggiran Timur London. Di wilayah tersebut dikatakan "dia menciptakan satu tempat penyembahan yang indah untuk rakyat kecil dan membuatnya menjadi cahaya di tengah kegelapan". Stone dikenal sebagai pribadi yang tak bercela; dia sangat sopan terhadap orang yang lemah dan membutuhkan, sekaligus pejuang keras bagi kepercayaan konservatif yang diserang bertubi-tubi pada masa tersebut. Dia menolak untuk berkompromi sebelum Kritik Tinggi (Higher Criticism) dan filosofi evolusioner menjadi populer. Keyakinan pribadi terhadap firman Tuhan sudah cukup baginya. Seluruh tulisannya digambarkan sebagai "perkataan yang sangat terus terang yang muncul karena kepercayaan yang berani, di mana dogma, doa, dan pujian saling terjalin melalui beragam kemampuan". Naskah asli karya Stone sebenarnya terdiri dari tujuh bait. Namun, kebanyakan himne yang dipakai sekarang ini hanya menggunakan syair pertama, kedua, dan kelima; bait terakhir adalah kompilasi empat baris pertama dari syair keenam dan ketujuh. Bait ketiganya yang asli, yang diabaikan dalam himne-himne sekarang, juga cukup menarik: Gereja tidak akan pernah punah! Tuhanlah yang membela, yang memimpin, yang mempertahankan dan menghibur, Tuhan menyertai gereja-Nya sampai akhir; Meski ada yang membencinya, dan anak-anak palsu dalam pangkuannya, melawan musuh atau pengkhianat, dia tak pernah terkalahkan, Komposer musik ini, Samuel S. Wesley, lahir di London, Inggris, pada 14 Agustus 1810. Dia adalah cucu Charles Wesley dan dikenal sebagai salah satu musisi gereja yang terkemuka pada masanya. Dia memperoleh gelar Doctorate in Music (doktor di bidang musik) dari Universitas Oxford saat masih berusia 29 tahun. Dia menulis sejumlah besar musik pelayanan gereja dan juga sejumlah nada himne asli. Nada ini, yang dikenal dengan sebutan "Aurelia", diambil dari kata "aureus", kata Latin untuk "emas", aslinya ditulis untuk teks himne "Jerusalem the Golden" (Yerusalem kota emas). Untuk pertama kalinya, nada ini digabungkan dengan teks Stone pada tahun 1868 dan dikumandangkan di Bishops` Lambeth Conference (Konferensi Lambeth para Pendeta). (t/lanny) Diterjemahkan dari: Judul buku : 101 Hymn Stories Judul artikel: The Church`s One Foundation Penulis : Kenneth W. Osbeck Penerbit : Kregel Publications, Grand Rapid, MI 1995 Halaman : 243 — 244 + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Bahwa Sepuluh Hukum merupakan perkataan Allah yang pertama kali disampaikan dalam bahasa tulisan? Musa menuliskan Sepuluh Hukum ini, diperkirakan pada tahun 1.400 SM. Dari: http://www.greatsite.com/ + Apa Kata Mereka ____________________________________________________ MENELADANI JOHANNES KEPLER Komentar dari: Puji Arya <puji(at)xxxx> Jujur saja, saya tidak mengenal banyak tokoh-tokoh Kristen zaman dulu. Karenanya, saya bersyukur kepada Bio-Kristi yang mengenalkan dan menyajikannya melalui setiap edisinya. Dalam Kolom Riwayat Bio-Kristi Edisi 2, ada seorang tokoh yang bernama Johannes Kepler. Dari artikel tersebut, ada hal yang bisa saya pelajari darinya, khususnya tentang imannya yang tetap berpegang teguh pada Allah meski mengalami penderitaan; Kepler yang tetap rendah hati meski semua hal yang telah dikerjakannya, dan tetap sadar bahwa semuanya itu bukan hasil usahanya sendiri tapi kemuliaan adalah milik Allah semata. Kepler juga merupakan tokoh yang mau mengikuti kehendak Allah dengan mengesampingkan rencana hidupnya. Oke, demikian kesan saya. Tuhan memberkati pelayanan Bio-Kristi. + Undangan Berpartisipasi ____________________________________________ Sejauh ini, Bio-Kristi telah mengangkat profil Augustinus, Sir Isaac Newton, Ignatius dari Antiokhia, Johannes Kepler, Martin Luther, dan Samuel J. Stone penulis salah satu himne klasik, Batu Penjuru Gereja. Kami mengundang sidang pembaca untuk berpartisipasi dengan memberikan komentar, tanggapan, pertanyaan, dll. mengenai tokoh-tokoh dan karya mereka tersebut untuk dimuat di kolom "Apa Kata Mereka". Bila memungkinkan, sertakan pula sumber-sumber yang kiranya bisa mendorong pembaca lainnya untuk studi lebih lanjut. Silakan kirimkan komentar Anda, paling lambat 17 Nopember 2006. < komentar-bio-kristi(at)sabda.org > Catatan: Redaksi berhak menyunting komentar yang masuk dari pembaca tanpa mengurangi esensi isinya. + Sisipan ____________________________________________________________ SABDA Space: Wadahnya Blogger Kristen Anda suka membagikan berkat dari sejumlah pengalaman Anda? Suka menulis puisi? Suka membagikan tips dalam dunia penginjilan? Senang dengan pengajaran? Atau berbagi pengalaman tentang keluarga? Semua itu bisa Anda lakukan di situs blog SABDA Space. Situs blog yang dirilis pertama kali pada Agustus 2006 ini telah menjadi wadah bagi sejumlah blogger yang telah membagikan banyak hal kepada sesama blogger dan pengunjung. Selain hal-hal menyangkut kesaksian, penginjilan, pengajaran, dan keluarga, Anda juga bisa menuangkan pemikiran atau menimba wawasan dari sejumlah artikel mengenai bahasa dan kaum muda. Untuk mendapatkan akses penuh ke situs ini, segeralah mendaftarkan diri Anda dan mengisi halaman profil yang telah disediakan. Sekali mendaftar, Anda tidak hanya bisa sekadar mengirimkan artikel, namun juga memberi komentar kepada sejumlah artikel yang telah tersedia. ==> http://www.sabdaspace.org/ ______________________________________________________________________ Staf Redaksi: Raka, Ratri Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2006 YLSA -- http://ylsa.sabda.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)xc.org > Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/ ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |