Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/29 |
|
Bio-Kristi edisi 29 (15-10-2008)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) ______________________Edisi 029, Oktober 2008_________________________ Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat: Johanes Calvin: Pelopor Gerakan Reformasi Gereja - Karya: Cameron Townsend: Memulai Institut Linguistik Musim Panas - Tahukah Anda? + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Natur dari reformasi adalah pembaharuan, dan pembaharuan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan; diperlukan perjuangan. Perjuangan reformasi ini dapat terjadi dalam segala aspek kehidupan, termasuk juga dalam perkembangan gereja. Para pejuang reformasi gereja telah menorehkan sejarah, kisah, dan pelajaran tersendiri kepada gereja saat ini. Perjuangan para reformator telah menggerakkan anak-anak Tuhan di zamannya untuk meletakkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam gereja. Seperti yang biasa terjadi dalam sebuah reformasi, pembaharuan gereja kala itu juga diwarnai dengan pertentangan dan perselisihan. Namun, perjuangan tidak berakhir dan bahkan terus memunculkan tokoh- tokoh reformator gereja. Salah satunya adalah Johanes Calvin dimana riwayat dan sepak terjangnya bisa kita simak di kolom Riwayat edisi ini. Johanes Calvin memberikan kontribusi besar terhadap pembaharuan di dalam kesatuan gereja dan cita-cita negara teokrasi. Di kolom Karya, kami ajak Anda mengenal lebih jauh sosok misionaris sekaligus linguis, Cameron Townsend yang membuka institut linguistik untuk kepentingan penerjemahan kitab Injil. Harapan kami setelah menyimak sisi lain dari kehidupan dan karya kedua tokoh tersebut, kita semakin rindu untuk melakukan perubahan di kehidupan kita. Terlebih lagi untuk meletakkan Alkitab sebagai otoritas kebenaran tinggi dalam segala aspek kehidupan orang percaya juga gereja. Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Kristina Dwi Lestari + Riwayat ____________________________________________________________ 1509 -- 1564 Teolog, Bapa Gereja JOHANES CALVIN: PELOPOR GERAKAN REFORMASI GEREJA Johanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin, tersebar di seluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia, gereja-gereja yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar. Johanes Calvin dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah desa di sebelah utara kota Paris, Perancis. Ayahnya bernama Gerard Cauvin. Ibunya, Jeanne Lefranc, adalah seorang wanita yang cantik dan saleh. Ia meninggal dunia tatkala Johanes Calvin masih muda. Gerard Cauvin bekerja sebagai pegawai uskup Noyon. Calvin memiliki empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin memunyai hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan elementernya ditempuh dalam istana bangsawan Noyon, Mommor, bersama-sama dengan anak-anak bangsawan itu. Itulah sebabnya mengapa Calvin memerlihatkan sifat-sifat kebangsawanan. Pada mulanya, ayah Calvin menginginkan anaknya menjadi imam. Pada umur dua belas tahun, Calvin sudah menerima "tonsur" (pencukuran rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan upah dari paroki St. Martin de Marteville. Dengan penghasilan tersebut, Calvin dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang yang tinggi. Pada tahun 1523, Calvin memasuki College de la Marche di Park. Di sini, ia belajar retorika dan bahasa Latin. Bahasa Latin dipelajarinya dari seorang ahli bahasa Latin yang terkenal, Marthurin Cordier. Kemudian ia pindah ke College de Montague. Di sini, Calvin belajar filsafat dan teologi. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola, yang di kemudian hari menjadi musuh besar gerakan reformasi. Setelah Calvin menyelesaikan pendidikannya itu, tiba-tiba ayahnya tidak menginginkan anaknya lagi untuk menjadi imam. Ayahnya menginginkan Calvin menjadi seorang ahli hukum. Oleh karena itu, Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu hukum. Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani dan Ibrani dipelajarinya dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal pada abad itu. Dengan demikian, Calvin menjadi seorang ahli hukum. Studi hukumnya sangat memengaruhinya dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja reformasi yang dipimpinnya. Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja. April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu "Komentar Kitab De Clementia". Buku ini didedikasikan untuk Claude de Hangest, sahabat sekolahnya di keluarga bangsawan Mommer di Noyon dahulu. Buku itu memerlihatkan Calvin sebagai seorang humanisme sejati. Dalam buku ini tidak terdapat tanda-tanda bahwa Calvin telah beralih ke pihak reformasi di Perancis. Dapat diduga bahwa Calvin telah membaca tulisan-tulisan Luther dan para reformator Swiss lainnya. Bilamana Calvin menjadi pengikut gerakan reformasi, tidak dapat ditentukan dengan tepat. Pertobatannya kemungkinan terjadi pada akhir 1532 dan awal 1533. Hal ini didasarkan pada suratnya untuk Bucer, yang meminta Bucer di Strausburg untuk memberi perlindungan kepada orang-orang reformatoris yang melarikan diri karena ditentang di Perancis. Surat tersebut ditulis Oktober 1533. Mengenai pertobatannya, Calvin menulis sebagai berikut: "... muncullah suatu ajaran yang baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru membawa kami kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala noda, mengembalikan kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada hal-hal yang baru itu, dan sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku menentangnya sekeras-kerasnya, karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan yang tiba-tiba, Allah menujukan hatiku kepada kepatuhan." Pada tahun 1534, golongan reformatoris di Perancis ditentang dengan keras. Orang-orang reformatoris menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke Swiss. Calvin pun ikut melarikan diri ke Strausburg di mana ia diterima dengan hangat oleh Bucer. Kemudian Calvin meneruskan perjalanannya ke Basel. Calvin tinggal di Basel setahun lebih lamanya. Selama itu, Calvin masih pergi ke Perancis mengunjungi sahabat-sahabatnya dengan memakai nama-nama samaran, seperti Martianus Lucanius, Carolus Passelius, Calpunius, dan sebagainya. Di Basel inilah Calvin menerbitkan bukunya yang terkenal, yaitu "Religionis Christianae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen)", pada tahun 1536. Biasanya dikenal dengan sebutan Institutio. Buku ini kemudian direvisi berkali-kali dan menjadi buku dogmatika yang terutama dalam gereja-gereja Calvinis. Institutio adalah karangan teologi kedua yang keluar dari tangan Calvin. Buku teologi yang pertama berjudul "Psychopannychia (Mengenai Tidurnya Jiwa-Jiwa)", suatu karangan melawan ajaran Anabaptis yang mengajarkan bahwa jiwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal. Pada tahun 1536, Calvin pergi ke Italia. Dalam perjalanan pulang ke Basel, ia terpaksa melalui Jenewa dan menginap di sana. Farel mendengar bahwa Calvin berada di Jenewa sehingga Farel mencari Calvin. Farel meminta kepada Calvin untuk tinggal di Jenewa, dan bersama-sama dengan Farel menata kota Jenewa menjadi kota reformasi. Dua bulan sebelumnya, Dewan Kota Jenewa telah memutuskan untuk menganut paham reformasi. Permintaan Farel ditolak oleh Calvin. Calvin mau hidup tenang dan terus menulis karya-karya teologi. Ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan praktis dalam jemaat. Namun, Farel mendesaknya dengan berkata: "Dengan nama Allah yang Mahakuasa, aku katakan kepadamu: jikalau engkau tidak mau menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan mengutuki engkau karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada kemuliaan Kristus." Calvin melihat panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia tinggal di Jenewa. Kini Calvin tinggal di Jenewa, dan bersama-sama Farel mengatur gereja reformatoris di sana. Mereka merancangkan sebuah tata gereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota menurut cita-cita teokrasi. Menurut rancangan tata gereja itu dikatakan, bahwa Perjamuan Kudus diadakan sebulan sekali dan berhubungan dengan itu akan dijalankan disiplin yang keras. Setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan pengakuannya. Hal yang terakhir ini tidak disetujui oleh banyak warga kota. Pada tahun 1538, dewan kota dikuasai oleh orang-orang yang menolak pengakuan itu, sehingga Calvin dan Farel dilarang berkhotbah di mimbar-mimbar gereja di Jenewa, dan pada akhirnya keduanya diusir dari Jenewa. Kemudian Calvin dipanggil oleh jemaat Strausburg. Ia menjadi pendeta di sana pada tahun 1539 -- 1541. Dalam jemaat ini, Calvin bersama-sama Butzer dapat menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa dahulu. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian Mazmur dengan bantuan ahli musik terkenal, yaitu Clement Marot, Louis Bourgois, dan Maitre Piere. Di sini pula Calvin mulai menulis tafsiran-tafsiran Alkitab serta merevisi Institutio. Di sinilah pula Calvin menikah dengan Idelette de Bure, seorang janda bangsawan. Pernikahannya hanya berlangsung sembilan tahun lamanya, karena kemudian istrinya meninggal tanpa memberi keturunan kepada Calvin. Namun tahun 1541, Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa sehingga kita menemukannya lagi di sana. Calvin tinggal dan bekerja di sini hingga meninggalnya, 27 Mei 1564, karena mengidap TBC. Segera sesudah ia bekerja dalam jemaat Jenewa, Calvin menyusun suatu tata gereja baru yang bernama Ordonnances Ecclesiastiques (Undang-Undang Gerejani) pada tahun 1541. Calvin adalah seorang teolog besar dalam kalangan gereja-gereja reformatoris. Pandangan-pandangan teologinya dituangkannya dalam bukunya, Institutio. Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), sama seperti Luther. Namun Calvin sangat menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang-orang Kristen yang bersyukur karena Allah telah menyelamatkan mereka. Calvin menegaskan bahwa anggota-anggota jemaat yang berkumpul untuk mendengarkan firman Allah dan untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus, haruslah suci. Disiplin gereja diawasi dengan ketat. Pengawasan atas tingkah laku anggota jemaat bukan saja dilaksanakan oleh penatua, tetapi juga oleh pemerintah (dewan kota). Hubungan gereja dan negara dalam teologi Calvin sangat erat. Calvin mencita-citakan suatu negara teokrasi. Seluruh kehidupan masyarakat harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Pemerintah bertugas juga untuk mendukung gereja dan menghilangkan segala sesuatu yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun, ini tidak berarti bahwa negara berada di bawah gereja. Gereja dan negara berdampingan. Keduanya bertugas untuk melaksanakan kehendak Allah dan memertahankan kehormatan Tuhan Allah. Mengenai tugas negara, Calvin menulis sebagai berikut: "Pemerintah diberi tugas untuk, selama kita hidup di tengah-tengah masyarakat, mendukung serta melindungi penyembahan Allah yang lahiriah, memertahankan ajaran yang sehat tentang ibadah dan kedudukan gereja, mengatur kehidupan kita dengan melihat kepada pergaulan masyarakat, membentuk kesusilaan kita sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh undang-undang negara, menjadikan kita rukun, dan memelihara damai serta ketenteraman umum ...." Mengenai jabatan-jabatan dalam gereja, Calvin mengenal empat jabatan, yaitu pendeta, pengajar, penatua, dan diaken. Para pendeta bersama-sama dengan para penatua merupakan konsistori, yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan disiplin gereja. Peraturan pemilihan dan penahbisan pejabat-pejabat gereja diatur dengan teliti, terutama jabatan pendeta. Mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang, melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umat-Nya. Akan tetapi, Kristus kini ada di surga. Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama dengan tubuh dan darah yang di dalam surga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan oleh tanda itu. Calvin menjelaskannya sebagai berikut: "Sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga." Dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, Calvin sangat teliti. Calvin, di dalam ajarannya, juga menekankan predestinasi di samping pembenaran oleh iman. Menurut Calvin, bahwa sejak kekal Allah di dalam diri-Nya sendiri telah menetapkan orang-orang mana yang diberi-Nya keselamatan dan yang mana yang dibinasakan. Orang-orang yang dipilih Tuhan itu diberi anugerah dengan cuma-cuma, sedangkan orang-orang yang ditolak Allah, Allah menutup jalan masuk ke dalam kehidupan. Calvin mengatakan hal ini sungguh sulit dipahami. Tanda-tanda bahwa seseorang ditetapkan Allah untuk kehidupan yang kekal ialah bahwa ia (mereka) dipanggil oleh Tuhan Allah dan mereka menerima pembenaran dari Allah. Ajaran Calvin mengenai predestinasi ini menyebabkan timbulnya perpecahan dalam gereja-gereja Calvinis di kemudian hari. Pada masa Calvin masih hidup, Hieronymus Bolsec telah menyerang ajaran predestinasi ini. Calvin membela kebenaran ajarannya dan ia menganjurkan kepada dewan kota untuk membuang Bolsec. Dengan demikian, Bolsec diusir dari kota Jenewa. Calvin juga melawan ajaran Antitrinitarian yang diajarkan oleh Michael Servet. Pada waktu Servet berada di Jenewa dalam pelarian dari hukuman mati yang telah dijatuhkan oleh Gereja Katolik Roma atasnya, Dewan Kota Jenewa menangkap dan memenjarakan Servet atas permintaan Calvin. Atas anjuran para pendeta, dan tentunya termasuk Calvin di dalamnya, supaya kepala Servet dipenggal, maka dewan kota memenggal kepala Servet pada tahun 1553. Di Jenewa, Calvin juga mendirikan sekolah-sekolah. Di Jenewa didirikan sebuah akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gimnasium dan teologi. Theodorus Beza diangkat menjadi direktur akademi tersebut. Di akademi inilah dipersiapkan pemuda-pemuda Calvinis yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin gereja Calvinis yang terkenal, seperti John Knox, Caspar Olevianus, pengarang "Katekismus Heidelberg" yang terkenal itu. Banyak sekali pekerjaan yang dikerjakan oleh Calvin tanpa mengenal lelah. Sejak tahun 1558, penyakitnya mulai berat. Sebelum meninggal, ia meninggalkan banyak pesan kepada jemaatnya dan Theodorus Beza, yang akan menggantikan kedudukannya di jemaat Jenewa. Dewan kota dan para pendeta dipanggilnya untuk mendengarkan nasihat-nasihatnya. Pada tanggal 27 Mei 1564, Calvin meninggal dunia dengan tenang. Ia pergi dengan meninggalkan pekerjaan yang berat kepada Theodorus Beza. Namanya dikenang sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja Calvinis. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja Penulis: Drs. F.D. Wellem, M.Th. Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1991 Halaman: 64 -- 69 ______________________________________________________________________ Teologi dan pemahaman Alkitab "harus menembus hati ketimbang penjelasan kata-kata". Bernardus -- Teolog + Karya ______________________________________________________________ 1896 -- 1982 Linguis, misionaris CAMERON TOWNSEND: MEMULAI INSTITUT LINGUISTIK MUSIM PANAS Cameron Townsend mendapatkan pelajaran awal dalam hubungan antara linguistik dan penginjilan. Sebagai seorang misionaris muda di Guatemala, ia bekerja keras mendekati orang-orang jalanan dan menanyakan hubungan mereka dengan Kristus. Ia menghafal kalimat perkenalannya dalam bahasa Spanyol: "Tahukah Anda tentang Tuhan Yesus itu?" Ia tidak tahu bahwa Yesus itu adalah nama pertama yang umum di antara orang Spanyol, dan istilah "Tuhan" (Lord) -- Senor -- juga artinya "Tuan" (Mister). Ia mengharapkan tanggapan yang akan memberi dia kesempatan berbicara tentang hal-hal spiritual. Namun, yang ia dapat adalah suatu kenyataan, "Maaf, tidak kenal. Saya pun orang asing di sini." Itu terjadi pada tahun 1917. Sebagian besar pemuda Amerika seusianya sedang berperang di Eropa. Mungkin, melihat tubuh Townsend yang lemah, pejabat yang merekrutnya menawarkan dia menjual Alkitab di Guatemala. Pada awalnya, mungkin terlihat bahwa Townsend terlibat dalam pekerjaan berat. Namun, akhirnya ia mempelajari bahasa Spanyol dan mulai bekerja di antara orang-orang Indian yang beriman. Terbeban bekerja untuk Indian Cakchiquel di dataran tinggi, Townsend mengetahui bahwa di antara mereka hampir tidak ada yang mengetahui bahasa Spanyol. Agar berdampak terhadap mereka, ia harus mempelajari bahasa mereka. Hal ini tidaklah mudah. Istrinya, Elvira, dalam surat doanya menulis, "Berdoalah agar kami dengan cepat dapat mempelajari bahasa yang mengerikan ini. Tanpa tata bahasa atau buku-buku apa pun untuk dipelajari, keadaan sungguh menyulitkan. Kami memiliki sebuah buku kecil, di situlah kami mencatat istilah-istilah dan kalimat-kalimat yang diucapkan orang-orang Indian bila kami mengunjungi mereka. Namun, beberapa istilah ini bunyinya begitu aneh sehingga sulit dicatat. Tetapi, tentunya bahasa Cakchiquel ini datangnya dari Tuhan, sama seperti bahasa Inggris, Spanyol, atau Swedia, dan kami tahu bahwa Ia akan membuat kami mengerti bahasa Indian ini agar kami secepatnya dapat menjelaskan Injil kepada mereka dalam bahasa mereka sendiri." Doa tersebut terkabul. Menjelang tahun 1931, pasangan Townsend telah menghasilkan Perjanjian Baru lengkap dalam bahasa Cakchiquel. Tidak lama kemudian, memburuknya kesehatan, memaksa mereka kembali ke Amerika Serikat. Townsend berharap pindah ke sebuah pelayanan di Amerika Selatan setelah kesehatan mereka pulih. L.L. Legters, seorang rekan dan pendukung karya Townsend di Guatemala, meminta dia bekerja di Meksiko, lebih dekat ke rumah. Townsend dan Legters bersama-sama mengembangkan suatu ide baru. "Saya menganjurkan supaya kita mendirikan institut musim panas tempat misionaris dapat dididik bagaimana mempelajari suatu bahasa untuk menulis dan menerjemahkan Injil," tulis Townsend di kemudian hari. Karena hanya dua universitas di Amerika Serikat yang memberi kursus dalam "linguistic descriptive" (bagaimana suatu bahasa inti lazimnya dipakai), dan program empat tahun ini memakan waktu terlampau lama bagi para misionaris, maka sesuatu yang khusus dibutuhkan. Legters dan Townsend meneruskan dengan dua jalur. Mereka memutuskan memulai sekolah bahasa bagi para misionaris di Amerika Serikat, dan mereka berencana meminta pemerintah Meksiko mengizinkan mereka mengirim para penerjemah Alkitab untuk mempelajari bahasa-bahasa Indian yang belum ditulis. Pada tahun 1934, Summer Institute of Linguistics (Institut Linguistik Musim Panas) dimulai di sebuah ladang di Sulphur Springs, Arkansas, dengan kurikulum yang mengesankan. Apabila para profesornya tidak dapat datang ke institut, maka siswa institut itulah yang mendatangi para profesor (hanya ada dua orang siswa pada tahun pertama dan beberapa lagi pada tahun kedua). Pada awalnya, para penerjemah ini hampir tidak mendapat kerja sama dari pemerintah Meksiko. Tetapi, Townsend memiliki beberapa orang terpelajar tingkat tinggi di pihaknya. Dia adalah salah seorang pembuat eksperimen yang sangat terkemuka dalam ilmu bahasa yang sedang mencuat. Akhirnya, para pemimpin Meksiko melihat pentingnya mempelajari bahasa-bahasa Indian tersebut dan memberi dukungan penuh bagi karya Townsend. Townsend tidak pernah seorang diri dalam organisasi. Para misionarislah yang melakukan pekerjaan misi, bukan pejabat-pejabat di rumah (Amerika Serikat). Namun, menjelang awal 1940-an, pekerjaan penerjemahan ini menjadi beban berat untuk dikerjakan dalam basis "freelance". Institut Musim Panas pindah ke Universitas Oklahoma, dan di situ terdapat 130 mahasiswa. Ada empat puluh empat penerjemah yang sudah bekerja di Meksiko, dan Townsend telah meminta lima puluh lagi. Untuk ini dibutuhkan semacam organisasi pendukung. Maka, pada tahun 1942, dengan resmi dibentuklah Wycliffe Bible Translators, dinamakan demikian untuk menghormati penerjemah Inggris yang agung pada abad pertengahan. Institut Linguistik Musim Panas melanjutkan hubungan dengan pemerintah-pemerintah mancanegara, tetapi Wycliffe Bible Translators mengorganisasikan dukungan dari Amerika Serikat. Karya penerjemahan meluas dari sana -- Guatemala, Peru, Kolombia, dan Ekuador. Sebuah korps penerbangan, Jungle Aviation and Radio Service (Pelayanan Radio dan Penerbangan Hutan), didirikan untuk membawa para penerjemah misionaris dengan selamat ke dan dari daerah-daerah jauh. Sampai sekarang, ketiga organisasi tersebut memunyai lebih dari 6.000 pekerja di lebih dari 50 negara. Mereka menghasilkan bagian-bagian Alkitab dalam lebih dari 300 bahasa, dan sedang bekerja untuk lebih dari 800 yang lain. Karya Wycliffe Bible Translators tersebut membuat ratusan kelompok manusia terjangkau Injil. Ini merupakan langkah besar ke depan dalam gerakan misi modern untuk menjangkau orang-orang yang tidak terjangkau -- mereka yang tidak punya akses terhadap kekristenan. Namun, organisasi Townsend juga menggambarkan pergeseran halus dalam Protestanisme Amerika. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, fundamentalisme muncul lagi dengan tiba-tiba. Separatisme yang ketat memberi jalan bagi penginjilan yang agresif. Sementara memelihara kesempurnaan doktrinnya, organisasi Wycliffe tersebut dengan tidak merasa malu bersekutu dengan universitas-universitas sekuler, para ahli bahasa, pemerintah, atau pun dengan para antropolog dalam rangka menyelesaikan urusannya. Gerakan "evangelikan" tersebut melihat banyak misi dan organisasi pendidikan Kristen yang timbul, serta ingin mencoba metode-metode baru membawa Injil ke seberang. Diambil dari: Judul buku: 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen Penulis: A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, dan Randy Petersen Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1991 Halaman: 157 -- 159 + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Tahukah Anda, ketika berusia muda, Cameron Townsend pernah berjualan Alkitab berbahasa Spanyol di Guatamela (1917 -- 1918). Sayangnya, sebagian besar orang yang ditemuinya tidak bisa berbahasa Spanyol. Sumber: http://www.wycliffe.org/explore/whoweare/history/camerontownsend.aspx ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Kristina Dwi Lestari Staf Redaksi: Yohanna Prita Amelia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/ Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum/ Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |