Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/19 |
|
Bio-Kristi edisi 19 (14-1-2008)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 019, Januari 2008 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : William Carey - Karya : Charles Everett Kopp: Ahli Medis Terkemuka dan Terhormat - Tahukah Anda? - Sisipan : Renungan Tahun Baru: Dalam Kekuatan-Nya + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Pernahkah Anda mendengar kisah Jon Krakauer? Ia merupakan salah seorang yang berhasil menaklukkan puncak tertinggi di dunia, pegunungan Everest. Bersama rekan-rekannya, ia harus melewati berbagai rintangan yang membahayakan keselamatan mereka dalam pendakian tersebut. Namun, rintangan tersebut tidak membuat mereka mundur. Hingga perjuangan tersebut berakhir ketika pada 10 Mei 1996, Jon Krakauer sukses mencapai puncak Everest. Pencapaian sesuatu dalam hidup kita pun dapat diibaratkan dengan perjuangan Jon Krakauer dan rekan-rekannya itu. Kita tentu menemukan berbagai hambatan ketika menapaki tahun 2007 yang lalu sehingga membuat kita tidak dapat mencapai target kita. Namun, kegagalan tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai motivasi untuk melangkah dengan penuh semangat pada tahun 2008 ini. Hal itu yang dapat menjadi terobosan terbesar Anda untuk tahun ini. Dengan semangat tahun baru pula kami menyajikan edisi perdana Bio-Kristi untuk tahun 2008 ini. Dan seperti biasa, kami sajikan dua tokoh yang bisa kita jadikan teladan dalam hidup beriman dan berkarya di dunia ini. Baik William Carey maupun Charles Everett Koop, keduanya adalah teladan yang menunjukkan kegigihan dalam bidang masing-masing. Bila Carey menunjukkan kegigihannya dalam dunia misi, Charles Everett Koop menunjukkan kegigihannya dalam dunia medis. Akhir kata, tak lupa segenap redaksi mengucapkan: "SELAMAT TAHUN BARU 2008" Mari melangkah dengan penuh iman dan semangat pada tahun yang baru ini. Selamat menyimak. Pimpinan Redaksi Bio-Kristi, Kristina Dwi Lestari + Riwayat ____________________________________________________________ 1761 -- 1834, Misionaris, Penerjemah Alkitab WILLIAM CAREY Seorang misionaris Baptis asal Inggris yang melayani di India, lahir di Inggris tahun 1761. Menjadi pendeta sebelum terjun ke ladang misi, selama 41 tahun ia aktif melayani Tuhan di India, termasuk menerjemahkan Alkitab. "Seorang pembuat sepatu yang menjadi sarjana, ahli bahasa, dan misionaris melalui latihan yang Tuhan berikan." William Carey adalah salah seorang kepercayaan Tuhan dalam sejarah penginjilan! Salah seorang penulis biografinya, F. Dealville Walker, menuliskan: "Dengan sedikit orang yang sezaman dengannya, ia hampir sendirian dalam berusaha untuk menaklukkan sikap acuh tak acuh dan permusuhan yang paling sering terjadi dalam usaha-usaha penginjilan; Carey menyusun rencana untuk kegiatan misi dan mencetak "Enquiry", bukunya; dia memengaruhi orang-orang yang takut dan ragu-ragu dalam mengambil langkah untuk menginjili dunia." Penulis biografi lain menulis, "Karena dia memberikan seluruh hidupnya, tidaklah berlebihan bila dia disebut sebagai misionaris Kristen yang terbesar dan mumpuni yang ada di zaman modern." Carey lahir di sebuah pondok kecil yang atapnya terbuat dari ilalang di Paulerspury, sebuah desa di Northamptonshire, Inggris, pada 17 Agustus 1761 dari keluarga penenun. Saat berusia delapan belas tahun, ia meninggalkan Gereja Inggris (Church of England) untuk "mengikut Kristus" dan "mengikut Dia serta meninggalkan segalanya dan menanggung derita-Nya". Awalnya, ia bergabung dengan gereja Congregational di Hackleton di mana dia belajar dan bekerja membuat sepatu. Di sana pula ia menikah; pada tahun 1781. Di Hackleton, ia mulai berjalan sejauh lima mil ke Olney untuk lebih mendalami kebenaran iman. Olney merupakan benteng Particular Baptists, sebuah kelompok di mana Carey banyak menghabiskan waktunya setelah dibaptis pada 5 Oktober 1783. Dua tahun kemudian, dia pindah ke Moulton untuk menjadi kepala sekolah dan setahun kemudian menjadi pendeta Baptis jemaat kecil di sana. Di Moultonlah Carey mendapat panggilan misi. Dalam kata-katanya sendiri, dia mengatakan, "Perhatianku pada misi pertama kali muncul setelah aku berada di Moulton, saat membaca buku `The Last Voyage of Captain Cook`." Bagi banyak orang, Jurnal Cook adalah kisah petualangan yang mendebarkan, tetapi bagi Carey cerita itu justru menyingkapkan kebutuhan manusia! Kemudian, dia mulai membaca setiap buku yang berhubungan dengan masalah itu. (Hal ini bersamaan dengan pelajaran bahasa yang ditekuninya -- saat berusia 21 tahun, Carey sudah menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani dan Italia, dan sedang belajar bahasa Belanda dan Perancis. Ada seseorang yang menyebut pondok tempatnya membuat sepatu itu sebagai "Carey`s College", karena saat membuat sepatu sambil berkhotbah, dia tidak pernah duduk di bangku tanpa ada beberapa buku di depannya. Semakin banyak yang dia baca dan pelajari, dia semakin yakin bahwa "orang-orang di dunia ini memerlukan Kristus". Dia membaca, mencatat, membuat bola dunia dari kulit, dan suatu hari, dalam ketenangan di bengkel sepatunya -- tidak pada beberapa konferensi misi yang penuh antusias -- Carey mendengar panggilan: "Bahwa sudah menjadi kewajiban semua orang untuk percaya kepada Injil ..., maka menjadi tugas mereka yang percaya Injil untuk berusaha supaya Injil dikenal oleh semua bangsa." Dan Carey dengan menangis menjawab, "Ini aku; utuslah aku!" Berserah diri adalah satu hal, meraih sasaran adalah hal yang berbeda. Tidak ada masyarakat misi dan tidak ada minat yang sungguh-sungguh terhadap misi. Saat Carey mengemukakan masalah ini untuk didiskusikan di suatu pertemuan dengan para pelayan -- "Tidak peduli apakah perintah yang diberikan kepada para rasul untuk mengajar semua bangsa adalah suatu keharusan pada pelayanan yang sukses sampai akhir zaman, janji penyertaan Tuhan pada perintah-Nya itu sama pentingnya dalam menentukan kesuksesan pelayanan." -- Dr. Ryland menyahut, "Anak muda, duduklah. Bila Allah berkenan untuk mempertobatkan penyembah berhala, Ia akan melakukannya tanpa bantuanmu ataupun bantuanku." Lebih lanjut, Andrew Filler mengatakan perasaannya menyerupai pemimpin Israel yang tidak percaya kepada Tuhan, yang berkata, "Jika Allah mau membuat jendela di surga, kiranya terjadilah!" Tetapi Carey pantang mundur. Dia kemudian berkata tentang pelayanannya, "Aku bisa bekerja keras!" Dan dia adalah seorang pria yang "selalu dengan teguh menekankan untuk tidak pernah menyerah pada sesuatu atau pada hal-hal kecil apa pun". Ini telah dicamkan dalam pikirannya sampai ia mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang apa yang ia pelajari. Maka Carey menulis bukunya yang terkenal, "Enquiry Into the Obligations of the Christians to Use Means for the Conversion of the Heathen". Dalam karya besarnya di bidang misi ini, Carey menjawab bantahan-bantahan, meneliti sejarah misi dari zaman apostolik, meneliti dunia secara keseluruhan, yaitu negara-negara, ukuran, jumlah penduduk dan agama, dan menggeluti penerapan praktis bagaimana menjangkau dunia untuk Kristus! Kemudian dia memohon dan berjuang dengan susah payah. Namun, dia pantang menyerah. Dia berkhotbah -- khususnya pada zamannya -- dan dia berpesan, "Mengharapkan hal-hal besar dari Tuhan. Mengusahakan hal-hal besar untuk Tuhan." Pesan yang dikhotbahkan di Nottingham pada 30 Mei 1792 dan pelayanan misi Carey yang lainnya menghasilkan Baptist Missionary Society (Masyarakat Misionaris Baptis), yang dibentuk pada musim gugur di Kettering pada 2 Oktober 1792. Pendaftaran dimulai, dan ironisnya, Carey tidak dapat menyumbangkan uang sedikit pun selain hasil dari keuntungan penjualan bukunya, The Enquiry. Tahun 1793, Carey pergi ke India. Awalnya, istrinya menolak untuk ikut bersamanya sehingga mau tak mau Carey berangkat sendiri, namun setelah dua kali kembali dari galangan kapal untuk membujuk istrinya lagi, Dorothy dan anak-anaknya akhirnya mau menemaninya. Mereka bersama dengan Dr. Thomas sampai di ujung Hooghly di India pada November 1793. Mereka menjalani tahun-tahun keputusasaan (selama tujuh tahun tak ada satu pun orang India yang bertobat), hutang, penyakit, keadaan yang memperburuk pikiran istrinya, dan kematian. Namun atas anugerah Tuhan dan dengan kekuatan firman Tuhan, Carey tetap berjalan dan berjuang untuk Kristus! Carey meninggal pada usia ke-73 (1834). Sebelumnya dia telah melihat Alkitab diterjemahkan dan dicetak dalam empat puluh bahasa, dia telah menjadi profesor di suatu sekolah tinggi, dan telah mendirikan sekolah tinggi di Serampore. Dia telah melihat India membuka pintunya untuk misi, dia telah melihat diberlakukannya larangan hukuman sati (membakar jendela pada saat upacara pembakaran mayat suami yang meninggal), dan dia telah melihat pertobatan untuk Kristus. Di tempat tidur di mana dia meninggal, Carey berpesan kepada teman misinya, "Dr. Duff! Engkau telah berbicara tentang Dr. Carey; saat saya pergi, jangan katakan apa pun tentang Dr. Carey tapi katakan tentang Allah Dr. Carey." Perintah itu merupakan simbol dari Carey, yang oleh banyak orang dianggap sebagai seorang "tokoh yang unik, melebihi orang-orang pada zamannya dan pendahulunya" dalam pelayanan misi. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs : Wholesomewords Judul artikel: William Carey Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL : http://www.wholesomewords.org/missions/biocarey.html ______________________________________________________________________ Sebuah penyelidikan akan kewajiban orang-orang Kristen untuk memberdayakan segala pertobatan orang-orang kafir. William Carey -- Tokoh Pekabaran Injil Modern + Karya ______________________________________________________________ 1961 -- ..., Ahli Medis dan Bedah CHARLES EVERETT KOOP: AHLI MEDIS TERKEMUKA DAN TERHORMAT Diringkas oleh: Riwon Alfrediansyah "Berada di ruang operasi merupakan masa-masa paling bahagia bagiku. Saya suka pembedahan/operasi karena saya sangat mengagumi tubuh manusia, mengagumi bagaimana seluruh organ anatominya memungkinkan tubuh itu berfungsi." Charles Everett Koop lahir pada 14 Oktober 1916 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. Ayahnya bernama John Everett Koop, seorang eksekutif bank. Sedangkan ibunya bernama Helen Apel. Sejak berusia enam tahun, Koop terinspirasi keluarganya yang di kemudian hari memengaruhi profesinya. Kakeknya, seorang pengukir amatir yang terampil, memengaruhi Koop dalam menggunakan tangannya sebagai seorang pembedah. Ibunya, Helen, membantu dalam sejumlah operasi yang dilakukan di rumah di lingkungan mereka dengan mengurusi masalah anestesi (pembiusan), peran yang biasa dilakonkan oleh orang awam. Sebagai anak muda, Koop telah terbiasa dengan alat-alat atau sarana-sarana medis ortopedi. Lalu pada usia empat belas tahun, dengan bantuan teman dan mahasiswa Columbia University`s College of Physicians and Surgeons, ia menyusup ke ruang pengamatan kamar bedah untuk menyaksikan jalannya suatu pembedahan. Di ruang bawah rumahnya, bersama ibunya yang mengurus anestesi, Koop sering melakukan operasi terhadap kelinci, tikus, dan kucing. Pada usia enam belas tahun, Koop menjadi sukarelawan musim panas di Mather Memorial Hospital dan St. Charles Hospital for Crippled Children dekat rumah liburan keluarganya di Port Washington di Long Island. Pada tahun 1938, ia menikah dengan Elizabeth "Betty" Flanagan. Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai empat orang anak -- Allen Koop (kelak menjadi profesor sejarah, lahir tahun 1944), Norman Koop (menjadi Pendeta Presbyterian, 1946), dan David Charles Everett Koop (1948, namun meninggal tahun 1968 karena kecelakaan mendaki gunung), dan Elizabeth Koop Thompson (1951). Pada musim panas 1941, Koop menjadi tenaga praktik di Pennsylvania Hospital, Philadelphia. Tahun 1942, dia memulai pembedahan yang bertempat di rumah dinasnya, di University of Pennsylvania Hospital. Karena dua tuntutan, yakni kebutuhan pembedahan korban Perang Dunia II dan melihat keterampilan alami Koop dalam melakukan operasi, penasehatnya, Isidor S. Ravdin, mengizinkan Koop melengkapi praktiknya menjadi 4,5 tahun. Seharusnya masa praktiknya itu diikuti selama sembilan tahun. Pada akhir tahun 1945, Ravdin menyarankan agar Koop menerima penunjukannya sebagai kepala ahli bedah di Children`s Hospital of Philadelphia; saat itu ia baru berusia 29 tahun. Hal ini tentu saja menjadi kehormatan baginya, sekaligus pengakuan akan kemampuan bedahnya. Namun pada saat yang sama, itu menjadi tantangan karena saat itu pembedahan anak (paediatric surgery) belum dianggap sebagai bidang khusus dalam ilmu kedokteran. Lagipula, seperti kebanyakan dokter lainnya, dia hanya mendapatkan pelatihan tentang ilmu pediatri (kesehatan anak-anak) yang sangat minim; hanya enam kali dalam kelas kedokteran dan tidak pernah mendapatkannya lagi selama praktik kedokterannya, yang kemudian disusul dengan operasi yang sesekali dia lakukan untuk anak-anak, namun ia tidak pernah menolong proses kelahiran selama masa praktiknya itu. Meskipun demikian, Koop menjawab tantangan itu. Dia melengkapi dan mengembangkan dirinya melalui pelatihan pediatri selama satu tahun dengan pendiri bedah anak Amerika, William E. Ladd dan Robert E. Gross, di Children`s Hospital di Boston. Ketika kembali ke Philadelphia akhir tahun 1946, ia mengalami penolakan dari beberapa dokter anak dan bedah umum dalam institusinya yang baru. Mereka beranggapan, rumah sakit tidak membutuhkan spesialis bedah anak. Koop segera meyakinkan mereka dengan keterampilannya, dan lebih dari tiga dekade telah membantu pembedahan anak dengan dasar bahwa tubuh anak bukanlah miniatur tubuh dewasa karena memiliki perbedaan anatomi dan fisiologi, dan karenanya membutuhkan prosedur pembedahan khusus. Pendekatan ini mendorong Koop untuk lebih giat lagi meningkatkan pengobatan melalui operasi pada anak-anak, khususnya bayi. Sebagai tambahan dari penemuan anestesinya, Koop menjadi satu-satunya ahli bedah yang paling sering melakukan operasi pada anak, mengobati hernia, mengurangi rasa sakit, dan melakukan pembedahan dengan irisan yang lebih pendek dan dengan menempatkan jahitan pada kulit, bukan melalui kulit. Ia juga mengembangkan teknik untuk mengobati "esophageal atresia", sebuah cacat bawaan yang menyebabkan esofagus (tabung/tube berotot yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung) tidak tersambung secara normal ke perut. Selama kariernya, ia telah menyelamatkan hampir lima ratus pasien. Ia juga menunjukkan kondisi kritis lain yang masih dapat diselamatkan, termasuk "hydrocephalus" yaitu, akumulasi cairan kepala di tengkorak kepala dan "diapraghmatic hernia", di mana organ-organ yang berhubungan dengan perut terdorong hingga ke dada melalui suatu lubang yang terdapat pada diafragma anak. Pada tahun 1977, ia menjadi pusat perhatian dunia ketika menjadi ahli bedah pertama yang berhasil memisahkan dua jantung bayi kembar siam yang bergabung, dan ia berhasil menyelamatkan salah satu bayi tersebut. Keberhasilan operasi tersebut tidak terlepas dari upayanya merintis bidang ini sekaligus mendirikan unit perawatan intensif pembedahan pada anak yang baru lahir pada tahun 1956. Koop tumbuh dalam sebuah keluarga Kristen. Namun, ia baru mengalami kebangunan rohani pada tahun 1948 setelah ia bergabung dengan Tenth Presbyterian Church of Philadephia. Dalam autobiografinya yang berjudul "Koop: The Memoirs of America`s Family Doctor" (dipublikasikan pada 1991), ia menulis, "Sebagai seorang yang sedang dilatih dan mengalami iman yang penuh di dalam sains, saya datang untuk melihat suatu peristiwa kebenaran yang tertinggi. Dari situ, saya melihat koeksistensi antara sains dan Allah." Koop dan Betty, istrinya, mendapat ujian iman ketika putra mereka, David, meninggal dalam kecelakaan pendakian tahun 1968. Pada tahun 1973, Mahkamah Agung Amerika memutuskan untuk mengesahkan undang-undang aborsi. Hal ini mendorong Koop untuk menyatakan kekhawatirannya kepada publik. Ia khawatir aborsi akan merendahkan nilai hidup manusia, sekaligus mengendurkan kecaman moral pada pembunuhan bayi dan eutanasia dari anak-anak yang membutuhkan ketergantungan, seperti bayi yang terlahir cacat, orang yang cacat, sampai kaum lansia. Ia mengungkapkan keprihatinannya ini dalam bukunya "The Right to Live, The Right to Die", yang diterbitkan pada 1976, dan dalam "Whatever Happened to the Human Race?", sebuah proyek mulitimedia -- berisi lima film disertai dengan ceramah dan seminar -- yang diproduksi atas kerja sama dengan seorang teolog terkemuka, Francis Schaeffer, pada 1978. Melalui berbagai pidato, seminar, dan film, Koop menjadi seorang yang terkemuka di kalangan aktivis antiaborsi, sekaligus menarik perhatian Presiden AS yang baru terpilih, Ronald Reagen, yang juga dikenal sebagai musuh para pendukung aborsi. Reagen menominasikan Koop untuk menjabat Kepala Ahli Bedah Nasional (U.S. Surgeon General; panggung berotoritas yang melaluinya bangsa dididik dalam masalah kesehatan, pencegahan penyakit, dan penanganan ancaman bahaya kesehatan). Posisi itu akhirnya dipercayakan kepadanya pada tahun 1981. Selama dua periode masa jabatannya sebagai Kepala Ahli Bedah Nasional, Koop menjadi juru bicara pemerintah yang sangat menonjol, khususnya dalam isu-isu yang merusak kesehatan masyarakat Amerika, meskipun menurut undang-undang ia hanya memiliki sedikit otoritas dengan bujet yang minim. Iman Kristen dan komitmen profesinya untuk menyelamatkan hidup anak-anak yang baru lahir mendorongnya untuk menjadi pembicara yang gigih dalam menentang aborsi. Namun, ia kemudian membuat jarak dengan kaum konservatif dengan menyatakan bahwa aborsi merupakan masalah moral, bukan salah satu dari kesehatan publik sehingga harus berada di luar tanggung jawab resminya. Pada saat yang sama, ia menemukan kesamaan landasan pikiran dengan kaum liberal dalam menekankan pentingnya kebebasan mendapatkan informasi kesehatan, memerhatikan industri tembakau, dan mendorong peran pemerintah yang lebih besar lagi dalam melawan AIDS. Koop mengundurkan diri pada bulan Oktober 1989, sebulan sebelum masa jabatannya yang kedua berakhir. Ia kemudian menjadi pembicara dalam National Safe Kids Campaign, sebuah upaya untuk mengurangi kecelakaan pada anak-anak. Selama tahun 90-an, Koop terus berbicara secara luas tentang pembaharuan perawatan kesehatan dan mempromosikan penggunaan Internet untuk menyebarkan informasi kesehatan. Ia tinggal dengan istrinya di Hanover, New Hampshire, di mana ia menjabat sebagai sarjana senior di the C. Everett Koop Institute di Dartmouth College. Diringkas dari: Nama situs : Profiles in Science National Library of Medicine Judul artikel asli : The C. Everett Koop Papers: Biographical Information Penulis : Tidak dicantumkan Alamat URL : http://profiles.nlm.nih.gov/QQ/Views/Exhibit/narrative/biographical.html + Tahukah Anda? ______________________________________________________ C. Everett Koop dijuluki "Chick" oleh teman-temannya ketika dia kuliah di Dartmouth College pada pertengahan 1930an. Nama "Chick" diambil dari kata "chicken coop". Sumber: http://profiles.nlm.nih.gov/QQ/B/B/D/N/ + Sisipan ____________________________________________________________ Renungan Tahun Baru DALAM KEKUATAN-NYA Baca: Mazmur 71:1-16 "Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah" (Mazmur 71:16). Dalam lukisannya yang terkenal berjudul "A Helping Hand" (Tangan yang Menolong), Emile Renouf melukis seorang nelayan tua yang sedang duduk dalam perahu bersama seorang gadis kecil yang duduk di sampingnya. Keduanya sama-sama menggenggam dayung yang sangat besar. Nelayan tua itu menatap si gadis kecil dengan pandangan penuh rasa sayang dan kekaguman. Tampaknya, lelaki itu mengatakan kepada si gadis kecil bahwa ia boleh membantu mendayung perahu. Gadis itu begitu bersemangat untuk membantu sehingga ia merasa seolah-olah telah banyak membantu melakukan tugas besar itu. Padahal, jelas terlihat bahwa yang menggerakkan dayung berat itu adalah lengan nelayan yang berotot itu. Saya dapat melihat suatu perumpamaan dalam lukisan itu. Kristus telah menganugerahi kita hak istimewa untuk berpartisipasi dalam melakukan pekerjaan-Nya di dunia ini. Namun jangan lupa, kita tidak dapat melaksanakan semua tugas kita jika hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri. Hanya karena Allah bekerja di dalam dan bersama kita, maka tugas-tugas itu dapat dilaksanakan. Sementara Dia meminta kita untuk menggenggam dayung, kita harus selalu sadar akan kemajuan rohani yang sejati bila kuasa Roh Kudus tidak menopang hidup kita dan segala pekerjaan yang kita lakukan. Mari kita sadari kelemahan kita dan mari kita gemakan seruan pemazmur, "Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan Allah" (71:16). Maka kita takkan lemah dan gagal. -- HGB Allah, berikanku kekuatan hati, besarkan motivasi, dan kuatkan keinginan, untuk mengerjakan bagianku dan tidak ragu untuk melakukan semua kehendak-Mu. -- NN Kelemahan terbesar kita barangkali adalah kegagalan kita untuk bergantung pada kekuatan Allah. Diambil dari: Judul buku: Santapan Rohani Penulis : Henry G. Bosch Penerjemah: Tim RBC Indonesia Penerbit : RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2006 ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Kristina Dwi Lestari Staf Redaksi: Riwon Alfrediansyah dan Yohanna Prita Amelia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2008 YLSA -- http://ylsa.sabda.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/ Alamat forum : http://biokristi.sabda.org/forum/ Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |