Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/133 |
|
Bio-Kristi edisi 133 (9-4-2014)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) ________________________Edisi 133/April 2014__________________________ Bio-Kristi -- Johann Sebastian Bach Edisi 133/April 2014 Shalom, Rasa sakit dan penderitaan pasti pernah berkunjung ke kehidupan kita. Banyak faktor yang menyebabkan hal-hal tidak menyenangkan itu muncul. Kita bertanya, "Mengapa hal buruk ini menimpa aku yang sudah menjaga dan berusaha untuk hidup baik?" Kita tidak tahu dan heran mengapa Allah membiarkannya begitu saja. Bukankah Dia adalah Allah yang peduli dan penuh kasih? Ada banyak hal yang tidak bisa kita pahami dalam hidup ini. Ketika hal itu menghampiri hidup kita, mungkin yang Allah inginkan adalah supaya kita duduk dekat salib-Nya dan melihat semua hal yang kita hadapi dalam bayangan salib-Nya. Itu akan memberikan perspektif yang berbeda. Kiranya renungan Paskah dan kisah hidup seorang komponis besar yang kami sajikan pada edisi ini dapat memberikan perspektif baru dalam melihat situasi yang kita hadapi. Selamat Paskah. --karena hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan-- Pemimpin Redaksi Bio-Kristi, Berlin B. < berlin(at)in-christ.net > < http://biokristi.sabda.org/ > RENUNGAN PASKAH: DALAM BAYANGAN SALIB Bacaan: Roma 5:6-9, 6:23 Bagaimana Allah yang baik dan penuh kasih mengizinkan semua rasa sakit dan penderitaan ini terjadi? Saya berdiri mematung sendirian di sebuah ruangan rumah sakit, memandangi bayi saya bernapas, sementara tangan saya menopang punggungnya dengan hati-hati, sambil berharap dapat merasakan jantungnya masih berdetak. Napasnya dangkal dan mencemaskan sementara kulitnya berwarna abu-abu kebiruan. Dia sudah dalam keadaan tidak sadar, seolah untuk selamanya. Baju saya penuh dengan darah dan kotorannya, dan baunya hampir sama menusuknya dengan rasa sakit di hati saya. Sementara para dokter mempersiapkan operasi darurat, mereka meletakkan bayi saya di tangan saya dan saya membuainya di dada saya. Bayi saya masih dalam keadaan kotor, tetapi saya tidak peduli. Dia adalah putra saya. Tidak ada yang dapat menjauhkan saya dari memeluknya erat sementara saya menyanyi untuknya dalam penderitaan dan penantian. Ketika para dokter mengambilnya dari gendongan saya, kenyataan menghantam saya bahwa saya terpercik oleh darahnya yang tak berdosa. Seluruh penebusan di kalvari menghantam saya saat itu. Ingatan itu menghancurkan dan sekaligus membebaskan. Saya telah memahami berbagai fakta tentang penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib, menerima karya keselamatan-Nya, dan menyerahkan hidup saya kepada-Nya setahun yang lalu. Namun, hari ini, saya tidak dapat berkata-kata saat saya bertahan dalam "keistimewaan" yang tidak akan dialami oleh kebanyakan orang, yaitu benar-benar berlumuran darah tak berdosa dari anak yang saya kasihi. Ada satu kedalaman di dalam Injil yang tidak dapat dipahami sampai Anda benar-benar mengalaminya. Menyeruak dalam hati saya, betapa besarnya kasih Bapa sehingga Ia merelakan Anak-Nya yang tunggal untuk bertahan dalam penderitaan yang tidak pantas, mencurahkan darah suci-Nya untuk menutupi kekotoran dan rasa malu kita, dan menarik kita mendekat kepada-Nya. Tak ada seorang pun di dunia ini yang dengannya saya mau menukarkan hidup anak saya, bahkan untuk memikirkannya pun saya tidak mau. Sebab, anak saya adalah yang saya kasihi. Jika demikian, sungguh, betapa besarnya kasih Bapa bagi kita. Anak saya selamat dari perjuangannya melawan kematian. Namun, pengalaman itu menyadarkan saya pada kenyataan bahwa saat tragedi menimpa, kita sering lupa akan penderitaan Kristus bagi kita. Kita marah ketika hidup menyakitkan dan lupa bahwa tidak ada penderitaan yang kita alami, yang dapat kita bandingkan dengan penderitaan-Nya di Kalvari. Kita lupa bahwa Allah dengan penuh kasih dan rela hati menawarkan Putra-Nya untuk menanggung penghukuman bagi dosa-dosa kita, mencurahkan darah-Nya yang mulia, dan mati menggantikan kita ... dan Yesus dengan penuh kasih dan rela hati menerima tugas itu. Kita sering kali lupa bahwa kebanyakan rasa sakit kita muncul dari konsekuensi atas pilihan kita sendiri yang berdosa dan memberontak, dan semua rasa sakit kita merupakan hasil dari penolakan manusia terhadap Allah. Semuanya kembali ke taman Eden, ketika Allah menawarkan sebuah kehidupan yang bebas dari rasa sakit dan penderitaan, tetapi sebaliknya, manusia menginginkan kehidupan yang bebas dari Allah. Manusia memilih untuk memberontak terhadap Allah sehingga rasa sakit dan penderitaan menjadi hasilnya. Akan tetapi, Allah, dalam kemurahan-Nya yang tak terbatas, berbelaskasihan kepada kita dan menyelamatkan kita dari penghukuman kita sendiri (Roma 5:6-9). Dalam bayangan salib, sulit untuk menyalahkan Allah karena mengizinkan kita mengalami penderitaan. Kita datang kepada-Nya penuh kekotoran, namun Dia membuai kita di dada-Nya, memeluk kita erat, dan bernyanyi untuk kita dalam penderitaan dan penantian kita. Dalam terang keselamatan kita, bahkan lebih sulit bagi kita, untuk memahami betapa besarnya kasih Bapa bagi kita.(t/Berlin B.) Sumber asli: Nama situs: CBN Alamat URL: http://www.cbn.com/spirituallife/Devotions/ThomasKathy-easter-cross.aspx Judul artikel: In The Shadow of the Cross Penulis: Kathy Thomas Tanggal akses: 8 Januari 2014 Diambil dari: Nama situs: Paskah Indonesia Alamat URL: http://paskah.sabda.org/dalam_bayangan_salib Penulis artikel: Kathy Thomas Tanggal: 4 Januari 2014 KARYA: JOHANN SEBASTIAN BACH (1685 -- 1750) Ditulis oleh: N. Risanti Johann Sebastian Bach adalah musisi besar dari Jerman yang terkenal sebagai komponis, pemain organ, biola, dan "harpsichord" (piano kuno - - red.), pada awal abad ke-18. Ia adalah komponis terbaik pada era Barok dan merupakan tokoh paling berpengaruh dalam musik klasik. "Jesu, Joy of Man Desiring", "Christmas Oratorio, dan "Passion According to St. Matthew" adalah karya-karya besarnya yang terkenal hingga kini dalam musik gerejawi. Pria kelahiran 21 Maret 1685 di Thuringia, Jerman, ini adalah anak ke-8 dari pasangan Johann Ambrosius dan Maria Elisabeth Lämmerhirt, keluarga musisi hebat. Saat berusia 10 tahun, Bach sudah menjadi yatim piatu dan tinggal bersama keluarga kakak tertuanya, Johann Christoph Bach, seorang pemain organ gereja di Ohrdruf. Dialah yang kemudian memberikan pendidikan musik lebih lanjut kepada Bach dan mendaftarkannya di sekolah lokal. Bach tinggal bersama keluarga kakaknya hingga berusia 15 tahun. Berkat keindahan suara soprannya, pada usia 14 tahun, Bach mendapat beasiswa di sekolah bergengsi St. Michael di Lüneburg. Di sana, ia mempelajari alat musik organ dan "harpsichord". Diyakini bahwa saat di Lüneburg, Bach memperoleh kesempatan mengunjungi gereja St. John dan mendengarkan permainan (mungkin juga memainkan) organ terkenal gereja tersebut, yang dimainkan oleh Georg Böhm, seorang organis terkemuka, yang kemudian banyak memengaruhi Bach. Awal Karier Lulus sekolahnya pada tahun 1703, Bach mendapat pekerjaan pertamanya sebagai musisi pengiring di kapel istana Duke Johann Ernst di Weimar. Di sana, ia berperan sebagai pemain biola atau organ pada waktu-waktu tertentu. Reputasi Bach sebagai pemain musik semakin bertumbuh, dan keterampilan teknisnya yang hebat menolongnya mendapatkan posisi sebagai organis di Gereja St. Boniface di Arnstadt. Ia bertanggung jawab untuk bermain musik dalam acara-acara ibadah dan acara-acara khusus, serta memberikan pengajaran musik dan melatih paduan suara. Sebagai seorang pria muda yang mandiri, dan kadang-kadang sombong, Bach tidak rukun dengan murid-muridnya. Karena itu, ia mendapatkan teguran dari pejabat gereja karena tidak cukup sering melatih murid-muridnya. Bach kemudian pergi meninggalkan tugasnya selama beberapa bulan, pada tahun 1705-1706, walaupun secara resmi hanya menerima cuti beberapa minggu dari gereja. Ia mengunjungi seorang organis dan komponis besar, Dieterich Buxtehude, di utara kota Lübeck. Dengan cepat, gaya Buxtehude berpengaruh pada karya-karya awal Bach. Pada 1707, Bach meninggalkan Arnstadt untuk mengambil posisi sebagai organis di Gereja St. Blaise di Mühlhausen, yang membuatnya mendapat peningkatan honor secara signifikan, serta perbaikan kondisi dan paduan suara yang lebih baik. Belakangan, gaya bermusik Bach bertentangan dengan pendeta gereja. Bach menciptakan pengaturan yang kompleks dan ia senang merangkai garis melodi yang berbeda bersama- sama. Sementara itu, pendetanya percaya bahwa musik gereja adalah musik yang sederhana. Salah satu karya Bach yang paling terkenal dari masa ini adalah kantata "Gottes Zeit ist die Zeit Allerbeste,"(Waktu Tuhan adalah yang Terbaik -- red.) juga dikenal sebagai "Actus Tragicus." Bekerja untuk Istana Setahun kemudian, Bach kembali ke istana Duke Wilhelm Ernst di Weimar untuk menerima posisi sebagai organis, sampai akhirnya menjadi direktur musik pada tahun 1714. Ia menulis banyak kantata gereja dan beberapa komposisi terbaiknya untuk instrumen organ. Selama di Weimar, Bach menulis "Toccata and Fugue in D Minor". Ia juga menyusun kantata "Herz und Mund und Tat," (Hati dan Mulut dan Perbuatan). Satu bagian dari kantata ini, yang disebut "Jesu, Joy of Man Desiring" dalam bahasa Inggris, menjadi sangat terkenal. Iman Lutheran Bach ternyata banyak memengaruhi karya-karya musiknya bagi gereja. Pada tahun 1717, Bach menerima posisi dari Pangeran Leopold dari Anhalt-Cöthen. Tetapi, Duke Wilhelm Ernst tidak mau membiarkan Bach pergi, bahkan memenjarakannya selama beberapa minggu ketika Bach mencoba pergi. Pada awal Desember, karya Bach dirilis dan ia diizinkan untuk pergi ke Cöthen. Di lain pihak, Pangeran Leopold adalah seorang musisi yang sangat menghargai bakat dan kemampuan Bach, yang membayarnya dengan baik dan memberinya ruang yang cukup besar dalam berkarya, serta melakukan pertunjukan. Pangeran Leopold adalah seorang Calvinis dan tidak menggunakan musik yang rumit dalam ibadahnya. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan Bach dari periode ini bersifat sekuler. Di Cöthen, Bach mencurahkan banyak waktunya untuk membuat musik instrumental, menulis konserto (komposisi musik yang biasanya terdiri atas tiga bagian, yang biasanya satu instrumen solo [misalnya, piano, biola, selo, atau suling] disertai dengan orkestra -- red.) untuk orkestra, musik untuk tarian, dan sonata (sepotong karya yang dimainkan sebagai pembanding dari kantata -- red.) untuk beberapa instrumen. Ia juga menulis beberapa bagian untuk instrumen solo, termasuk beberapa karya biola terbaiknya. Komposisi musik sekulernya masih mencerminkan komitmen imannya yang mendalam. Bach sering menulis inisial INJ untuk bahasa Latin, In Nomine Jesu, atau "dalam nama Yesus," pada lembaran-lembaran musiknya. Dalam penghormatan kepada Duke of Brandenburg, Bach menciptakan serangkaian konserto orkestra, yang kemudian dikenal sebagai "Brandenburg Concerto". Pada tahun 1721, konserto ini dianggap sebagai sebagian karya Bach yang terbesar. Bach menyelesaikan buku pertama dari "The Well-Temepered Clavier" di sekitar waktu ini. Pekerjaan di Leipzig Pada tahun 1723, Bach menandatangani kontrak untuk menjadi direktur musik dan guru di Gereja St. Thomas, Leipzig. Ia diminta mengajar beryanyi bagi murid-murid di sekolah St.Thomas dan menyiapkan musik gereja bagi gereja-gereja utama di Leipzig. Dengan musik baru yang dibutuhkan untuk pelayanan ibadah setiap minggu, Bach memosisikan dirinya untuk menulis kantata. The "Christmas Oratorio" yang disusunnya adalah sebuah rangkaian enam kantata yang mencerminkan masa-masa Natal. Bach juga menciptakan interpretasi musik dari Alkitab dengan menggunakan paduan suara, solo, dan recitatives (gaya penyampaian dalam kantata, oratorio, atau opera -- red.). Selama 6 tahun pertama di Leipzig (1723-1729), komposisi Bach yang paling mengesankan adalah kantata-kantata sucinya (musim-musim empat tahunan), dan "St. John and St. Matthew Passions". Karya-karya ini diyakini sebagai karya "kecintaan"-nya, dan "Passion According to St. Matthew" adalah yang paling terkenal. Komposisi musik ini, yang ditulis sekitar tahun 1727 atau 1729, menceritakan kisah dalam Injil Matius pasal 26 dan 27. Karya ini ditampilkan sebagai bagian dari ibadah Jumat Agung. Salah satu karya besarnya dalam musik rohani adalah "Mass in B Minor." Pada tahun 1733, ia telah mengembangkan bagian dari karyanya tersebut, yang dikenal sebagai Kyrie dan Gloria. Ia mempresentasikan naskah dari karyanya tersebut kepada Raja Polandia, Grand Duke of Lithuania, dan di depan masyarakat Saxony. Bach kemudian melengkapi karyanya itu dengan menambahkan Credo (pengakuan iman -- red.), Sanctus, dan Agnus Dei. Tahun-Tahun Terakhir Pada tahun 1740, Bach berjuang dengan penglihatannya, tetapi ia terus bekerja meskipun mengalami masalah dengan matanya. Dalam kondisi seperti itu, Bach tetap melakukan perjalanan dan pertunjukan musik, serta mengunjungi Frederick Agung, Raja Prusia pada tahun 1747. Ia bermain musik untuk raja dan membuat sebuah komposisi musik baru di sana. Ketika kembali ke Leipzig, Bach memperhalus karyanya dan memberi Frederick satu rangkaian "fugue"(komposisi kontrapungtal yang memperkenalkan sebuah melodi atau frase pendek yang kemudian secara berturut-turut diambil oleh orang lain dan dikembangkan dengan menjalin bagian-bagiannya) yang disebut "Musical Offering." Pada 1749, Bach memulai komposisi baru yang disebut "The Art of Fugue," tetapi ia tidak dapat menyelesaikan karyanya tersebut. Ia mencoba untuk memperbaiki penglihatannya dengan menjalani operasi pada tahun berikutnya, tetapi malah berakhir dengan kebutaan. Belakangan, pada tahun tersebut, Bach menderita stroke. Ia meninggal di Leipzig pada tanggal 28 Juli 1750. Selama hidupnya, Bach lebih dikenal sebagai seorang organis daripada komponis. Dalam musik, ia ahli dalam menerapkan dan mempertahankan emosi yang berbeda. Ia juga seorang pendongeng ahli yang sering menggunakan melodi untuk menyarankan tindakan atau peristiwa. Dalam karya-karyanya, Bach menarik gaya musik yang berbeda dari seluruh Eropa, termasuk Prancis dan Italia. Komposisi musik Bach masih dikagumi oleh orang-orang yang mengikuti jejaknya, termasuk Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven. Reputasinya menerima penghargaan besar pada tahun 1829, ketika komponis Jerman Felix Mendelssohn memperkenalkan kembali karya Bach "Passion According to St. Matthew." Kehidupan Pribadi Pada tahun 1706, Bach menikah dengan sepupunya, Maria Barbara Bach. Pasangan ini memiliki tujuh anak, tiga di antaranya meninggal ketika masih bayi. Saat Bach tengah bepergian dengan Pangeran Leopold pada tahun 1720, Maria tiba-tiba meninggal. Setahun kemudian, Bach menikahi seorang penyanyi sopran bernama Anna Magdalena Wülcken yang berusia 17 tahun lebih muda darinya. Mereka memiliki 13 anak, namun hanya enam dari mereka yang bertahan hingga dewasa. Anak-anak Bach mewarisi darah seniman musik dari ayah dan kakek-kakek mereka. Sebagian dari anak-anaknya mengikuti jejak Bach sebagai musisi dan komponis besar. Dua anak dari pernikahan pertamanya, Wilhelm Friedemann Bach dan Carl Philipp Emanuel Bach, menjadi komponis yang penting dalam dunia musik. Sedangkan anak-anak dari pernikahan keduanya, Gottfried Heinrich, Johann Christoph Friedrich, and Johann Christian, juga menjadi musisi-musisi yang berpengaruh dalam dunia musik. Sumber bacaan: _______, "Johann Sebastian Bach". Dalam http://www.biography.com/people/johann-sebastian-bach-9194289?page=1. _______, "JS Bach. Brief Biography" Dalam http://www.bachcentral.com/bio.html. _______, "Johann Sebastian Bach". Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Sebastian_Bach Kontak: biografi(at)sabda.org Redaksi: Berlin B., N. Risanti, dan S. Setyawati Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |