Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/118

Bio-Kristi edisi 118 (11-7-2013)

Marcus Whitman

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_________________________Edisi 118/Juli 2013___________________________

Bio-Kristi -- Marcus Whitman
Edisi 118/Juli 2013

Salam sejahtera,

Dewasa ini, kita mengakui setidaknya ada tiga profesi yang paling 
mulia, yaitu hamba Tuhan (pendeta, gembala, misionaris), dokter, dan 
guru. Ketiga profesi tersebut dianggap mulia oleh kebanyakan orang 
karena dianggap memiliki peranan dan pengaruh yang besar bagi 
perkembangan peradaban manusia di setiap generasi.

Tahukah Anda bahwa di antara anak-anak Tuhan ada yang memiliki lebih 
dari satu profesi mulia sekaligus? Salah satunya adalah Marcus 
Whitman. Ia adalah salah satu tokoh Amerika yang cukup dikenal karena 
sifat patriotismenya. Bagaimana tidak, sebagai seorang yang telah 
menyandang gelar master di bidang medis, ia rela menyerahkan dirinya 
dalam sebuah misi penginjilan yang pada akhirnya merenggut nyawanya 
sendiri. Semua itu ia lakukan demi melayani Tuhan dan demi kasihnya 
kepada orang-orang yang belum mengenal Injil. Bagi Anda yang ingin 
tahu lebih banyak tentang perjalanan misi Marcus Whitman, silakan 
simak artikel berikut ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi Bio-Kristi,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://biokristi.sabda.org/ >


                       RIWAYAT: MARCUS WHITMAN
                        (1802 -- 1847) Medis

Marcus Whitman dilahirkan pada tanggal 4 September 1802 dalam keluarga 
Beza dan Alice Whitman, di Federal Hollow (sekarang Rushville) New 
York. Ia adalah generasi ketujuh dari "Keturunan John Whitman yang 
tiba di koloni Massachusetts Bay beberapa waktu sebelum Desember 1638. 
Diyakini bahwa John Whitman datang dari Norfolk, Inggris, di mana nama 
keluarganya sebenarnya ditulis dengan Whiteman" (Drury, 1986, 61). 
Dalam kehidupan dan setelah kematiannya, Marcus Whitman menjadi salah 
satu tokoh terkenal di abad 19 dan menjadi seorang inspirator bagi 
banyak orang.

Rushville terletak di sebelah Barat New York, dan pada waktu itu 
dianggap cukup primitif. Tumbuh dan besar di wilayah ini, bertugas 
merawat mesin pembuat kertas (mempersiapkan benang wol untuk 
dipintal), Markus kemungkinan mendapatkan pengetahuan dan keahlian ini 
sejak dini, yang kemudian ia butuhkan di Oregon. Beza meninggal ketika 
Marcus berusia 7 tahun, Marcus dikirim untuk tinggal bersama pamannya 
di Massachusetts, di mana ia menerima pendidikan dan pendidikan moral 
selama lima tahun. Masa remajanya dihabiskan di Plainfield, 
Massachusetts, di sebuah sekolah yang diajar oleh Pendeta Moses 
Hallock. William Cullen Bryant dan John Brown (penulis Harper`s Ferry 
raid) adalah siswa lain yang juga diajar oleh Pendeta Hallock. Hal 
yang sangat memengaruhi Marcus pada usia 17 tahun adalah kebangunan 
rohani di seluruh New England, yang sekarang dikenal sebagai 
Kebangunan Besar Kedua. Beberapa gereja Protestan aktif dalam 
kebangunan rohani, termasuk Presbiterian, Kongregasionalis, dan 
Baptis. Marcus memiliki pengalaman pertobatan, tetapi ia tidak 
bergabung dengan gereja tertentu pada waktu itu, meskipun ia 
berkeputusan untuk melayani.

Setelah kembali ke Rushville pada tahun 1820 (usia 18 tahun), ia 
memberi tahu keluarganya bahwa ia ingin menjadi pelayan Tuhan. 
Keluarganya tidak mendukung keinginan Marcus karena dibutuhkan tujuh 
tahun untuk menjadi seorang pelayan Tuhan pada waktu itu -- empat 
tahun untuk kuliah dan tiga tahun di seminari teologi. Selama tiga 
tahun berikutnya, Marcus bekerja di usaha penyamakan kulit dan sepatu 
milik ayah angkatnya. Pada usia 21 tahun, ia mulai belajar untuk 
menjadi dokter, dengan bekerja magang pada seorang dokter di 
Rushville. Kemungkinan, ia magang selama dua tahun dan menyelinginya 
dengan mengajar sebagai pekerjaan sambilan. Pada tahun 1825, ia 
mendaftarkan diri ke perguruan tinggi Kedokteran dan Bedah di distrik 
Barat New York -- Fairfield. Setelah 16 minggu, ia mendapatkan izin 
untuk membuka praktik kedokteran. Ia pergi ke Kanada untuk membuka 
praktik kedokteran, menghabiskan sekitar 2,5 tahun di distrik Niagara 
sebelum kembali ke Rushville, New York. Namun, pikirannya kembali 
beralih ke pelayanan sehingga ia mengikuti studi persiapan untuk 
menjadi seorang pelayan Tuhan. Studinya ini terhenti karena satu 
penyakit yang dialaminya sehingga Marcus tidak pernah 
menyelesaikannya. Namun, pada Oktober 1831, ia kembali mendaftar ke 
perguruan tinggi Kedokteran dan Bedah Fairfield, dan meraih gelar 
Dokternya (setingkat M.D). Dua gelar dan pengalamannya menjadi seorang 
dokter membuat dia dianggap sebagai dokter yang kompeten dalam 
pengobatan.

Setelah menerima gelar M.D., Marcus menetap di Wheeler, New York. Ia 
tinggal di sana sampai 1835 ketika ia masuk ke dalam komunitas Pusat 
Misi di Oregon. Whitman adalah anggota aktif dari komunitas tersebut, 
dan terpilih sebagai wali dari Gereja Presbiterian Wheeler pada tahun 
1832 dan 1833. Ia ditahbiskan sebagai penatua gereja tersebut pada 
tahun 1834. Pada tahun itu jugalah Marcus Whitman mendapat perhatian 
dari Dewan Komisaris Misi Asing Amerika (DKMAA) di Boston, 
Massachusetts. DKMAA adalah sebuah organisasi yang mensponsori gereja 
Presbiterian dan Kongregasi misi di seluruh dunia, termasuk Amerika. 
Pendeta H.P. Strong dari Rushville menulis surat kepada DKMAA pada 
tanggal 25 April 1834. Isinya berupa permohonan supaya Marcus Whitman 
diterima sebagai seorang missionaris, dan bahwa kesehatan Marcus telah 
membaik. Selanjutnya, DKMAA menjawab surat ini ke pendeta Strong, yang 
kemudian menyampaikannya ke Dr. Whitman sehingga kemudian Whitman 
menulis surat kepada DKMAA pada Juni 1834.

"Saya melihat Misionaris sebagai dasar dari penebusan dan menjadi 
dasar dari semua perintah serta janji Tuhan Yesus Kristus kepada para 
duta dan gereja-Nya. Misionaris melibatkan kekudusan dan kebahagiaan 
semua orang yang dapat ditebus dari dosa. Saya melihat orang-orang 
tidak percaya sebagai orang yang tidak memiliki pengetahuan akan Allah 
yang benar dan akan binasa seperti yang dijelaskan Rasul Paulus. Saya 
menganggap bahwa tugas setiap orang Kristenlah untuk mengupayakan 
kemajuan karena Kristus lebih benar daripada objek yang mereka 
senangi. Saya berdoa agar saya hanya memiliki perasaan semacam itu 
dalam keinginan saya untuk diterima sebagai penolong dalam misionaris. 
Saya siap untuk pergi ke bidang apa pun yang bermanfaat, yang mengarah 
ke A. Jika diperlukan, saya akan bekerja sama sebagai Dokter, Guru, 
atau bahkan petani, sejauh yang bisa saya lakukan. Saya belum menikah 
sehingga saya tidak perlu mengadakan penyesuaian dalam hal itu. Namun, 
saya rasa saya perlu memikirkan seorang istri jika pelayanan DKMAA 
mengizinkannya. Saat ini, saya berusia 32 tahun. Sudah sejak lama 
pikiran saya tertuju pada masalah misionaris. Selama enam bulan 
terakhir, saya semakin intens memikirkan hal itu lebih daripada 
sebelumnya. Saya berharap segera mendapatkan kepastian.

Salam dalam persekutuan Kristen,
Marcus Whitman

Karena penyakit yang membuat Marcus tidak dapat menyelesaikan studi 
pelayanannya, DKMAA ragu-ragu untuk menerima dia sebagai misionaris, 
dan tidak menunjuk dia untuk melakukan tugas itu pada waktu itu, 
meskipun surat itu meyakinkan anggota Dewan bahwa kesehatan Marcus 
telah membaik. Kemudian, pada tahun 1834, Marcus kembali menulis surat 
kepada DKMAA, berisi permohonan untuk menjadi seorang misionaris 
bidang medis. Pada 6 Januari 1835, Dewan menemuinya dan menunjuk Dr. 
Whitman sebagai dokter misionaris. Pengangkatannya dimulai dengan 
perintah untuk menemani Samuel Parker ke Pegunungan Rocky pada musim 
panas itu dan menyuluh tanah misi. Marcus bekerja di wilayah Wheeler 
dan mulai mencari hal terakhir yang belum ia dapatkan: seorang istri.

Mungkin, Marcus telah berkenalan dengan Narcissa Prentiss sebelum 
kunjungannya ke rumah keluarganya, yang berakhir dengan lamaran 
pernikahannya pada Februari 1835. Pada saat itu, beberapa pasangan 
misionaris dicomblangkan oleh seseorang yang dikenal oleh kedua 
pasangan, sesuatu yang mungkin terlihat seperti "pernikahan 
kenyamanan" saat ini. Kedua mempelai tidak saling kenal, namun 
memiliki kesamaan karakter dan tujuan. Narcissa Prentiss berasal dari 
Amity, New York. Dia juga telah mengajukan lamaran ke DKMAA, namun 
mendapat jawaban bahwa perempuan yang tidak menikah tidak diterima di 
DKMAA. Doanya terkabul ketika Marcus Whitman memasuki kehidupannya, 
demikian juga doa Marcus. Narcissa menerima pinangan Marcus. Keduanya 
memiliki waktu satu tahun untuk mempersiapkan pernikahan, sementara 
Marcus sedang dalam perjalanan pertamanya ke Barat bersama Samuel 
Parker. Dengan hari pernikahan yang menjelang, penghalang terakhir 
terhadap mimpi Marcus Whitman untuk memiliki kehidupan di bidang 
pelayanan Kristen telah dirobohkan.

Perjalanan ke Barat bersama Parker bukanlah perjalanan yang 
menyenangkan. Parker adalah orang yang sangat sulit dan lebih 
menganggap Whitman sebagai pelayan daripada seorang teman sekerja. 
Mereka pergi menggunakan karavan menuju ke tempat pertemuan tahunan 
antara orang-orang pegunungan dan "penjerat" (mungkin rampok) yang 
diadakan di Green River. Sebagai misionaris dan pendukung 
kesederhanaan, Whitman dan Parker tidak diterima dengan baik oleh 
orang-orang dalam karavan sampai Whitman "mengobati penderita kolera 
di seluruh karavan itu". Di tempat pertemuan pada tahun 1835, ia juga 
mengoperasi Jim Bridger, seorang pendaki gunung, mengambil serpihan 
panah sepanjang 3 inci dari punggungnya akibat peperangan dengan kaum 
Blackfeet tiga tahun silam. Setelah sukses mengoperasi Jim Bridger, 
orang-orang lain di tempat pertemuan itu mulai berdatangan untuk 
dioperasi juga. Whitman diterima dengan baik sebagai tabib, bahkan 
sebelum ia mendirikan pusat misi di antara Suku Cayuse pada 1836. 
Parker dan Whitman berpisah setelah bertemu dengan para pemimpin suku 
Nez Perce dan Flathead. Samuel Parker melanjutkan penjelajahan ke 
Walla Walla dengan orang-orang Indian, sementara Marcus kembali ke 
Timur untuk menikahi Narcissa dan mempersiapkan perjalanan 
selanjutnya, termasuk mencari lebih banyak misionaris untuk bergabung 
dengan mereka.

Setelah kembali dari perjalanan ke Timur, Dr. Whitman ditemani dua 
pemuda suku Nez Perce yang ia beri nama Richard dan John. Ia juga 
menulis laporan kepada DKMAA, yang menyatakan keyakinannya bahwa 
wanita bisa melakukan perjalanan lintas negara (sebelum ini, tidak ada 
wanita Eropa yang telah menyeberangi Pegunungan Rocky). Marcus masih 
berharap ada pasangan lain yang bergabung dengan perjalanan berbahaya 
mereka di Oregon. Ia mendengar bahwa Henry dan Eliza Spalding yang 
menjadi misionaris di antara orang-orang Osage sudah berangkat menuju 
tujuan mereka, namun Marcus mengejar mereka dan meyakinkan mereka 
untuk bergabung ke dalam misi Oregon. Setelah keluarga Spaldings 
setuju, Marcus kembali ke New York dan menikahi Narcissa Prentiss pada 
tanggal 18 Februari 1836. Awal kehidupan pernikahan mereka juga 
merupakan awal perjalanan ke Barat mereka, ke kehidupan baru sebagai 
misionaris di antara Suku Cayuse. Dengan suku inilah mereka 
menghabiskan sisa hidup mereka. Marcus dan Narcissa Whitman meninggal 
pada 29 November 1847 setelah menghabiskan 11 tahun di antara Suku 
Cayuse.

Antara tahun 1836 dan 1847 kehidupan sangat berubah, baik untuk 
keluarga Whitman maupun untuk Suku Cayuse. Suku Cayuse adalah orang-
orang semi nomaden yang berada dalam siklus berburu, mengumpulkan, dan 
memancing musiman. Dr. Whitman memperkenalkan pertanian untuk menjaga 
Suku Cayuse tetap berada dalam misi dan memperkenalkan kekristenan. 
Pada pertengahan 1840-an, misi itu juga menjadi perhentian di Oregon 
Trail. Para imigran yang bepergian ke Willamette Valley tahu bahwa 
mereka bisa berhenti di Whitman Mission jika mereka membutuhkan 
makanan, obat-obatan, atau tempat tinggal selama musim dingin. Suku 
Cayuse merasa curiga dengan banyaknya orang yang membanjiri daerah 
tersebut. Ketegangan pun meningkat antara Suku Cayuse dan para 
misionaris. Situasi memuncak pada tahun 1847 dengan terjadinya epidemi 
campak yang membunuh setengah Suku Cayuse dalam hitungan bulan. Marcus 
dianggap sebagai te-wat, atau tabib, bagi orang-orang Cayuse. Namun, 
obat-obat yang diberikan Marcus tidak berhasil menyembuhkan orang-
orang Cayuse yang terinfeksi. Merupakan tradisi Suku Cayuse bahwa jika 
seorang pasien meninggal setelah dirawat oleh seorang tabib, maka 
keluarga pasien berhak membunuh si tabib. Pada tanggal 29 November 
1847, sebelas orang Cayuse terlibat dalam apa yang sekarang disebut 
"Pembantaian Keluarga Whitman". Mayoritas suku itu tidak terlibat 
dalam kematian keluarga Whitman dan sebelas imigran, namun, seluruh 
suku bertanggung jawab sampai tahun 1850. Pada tahun itu, lima orang 
Cayuse diserahkan ke pihak berwenang di Oregon City dan digantung 
karena kejahatan membunuh keluarga Whitman. (t/Berlin B.)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs: National Park Service
Alamat URL: http://www.nps.gov/whmi/historyculture/marcus-biography.htm
Judul asli artikel: Biography of Marcus Whitman
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 4 Juli 2013


         TAHUKAH ANDA: MISIONARIS YANG TAK KENAL PUTUS ASA

Pada tahun 1835, Dewan Komisaris Missi Asing Amerika (American Board 
of Commissioners for Foreign Missions), badan misi interdenominasi, 
mengutus Whitman untuk mendirikan pelayanan misi untuk suku-suku di 
wilayah Oregon, dan ia memilih lokasi misi di Waiilatpu. Whitman 
membuka ladang pertanian dan tempat penggilingan gandum, serta 
memberikan pelayanan kesehatan. Pada musim dingin yang pertama, 
keluarga Whitman menerima bantuan penting dari Perusahaan Husdson`s 
Bay dan penduduk asli Amerika. Akan tetapi, respons penduduk asli 
Amerika terhadap pertobatan sangat memprihatinkan sehingga pada tahun 
1842, badan misi berencana menutup pelayanan misi mereka. Whitman 
melakukan perjalanan dramatis ke Boston selama musim dingin untuk 
memohon agar misi tetap dilanjutkan. Ketika Whitman berada di wilayah 
Timur, orang-orang Indian membakar tempat penggilingan gandum milik 
Whitman sehingga Narcissa Whitman mengungsi ke Benteng Walla Walla.

Akhirnya, Whitman membangun kembali tempat penggilingan itu dan sebuah 
komunitas tumbuh di sekitar Waiilatpu. Pelayanan misi itu menjadi 
tempat peristirahatan yang sangat penting bagi karavan-karavan 
pengangkut imigran di Oregon Trail. Keluarga Whitman merawat anak-anak 
yatim piatu yang orang tuanya meninggal dalam perjalanan. (t/S. 
Setyawati)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: historylink.org
Alamat URL: http://www.historylink.org/index.cfm?DisplayPage=output.cfm&file_id=5191
Judul asli artikel: Dr. Marcus Whitman establishes a mission at Waiilatpu on October 16, 1836
Penulis: David Wilma
Tanggal akses: 4 Juli 2013


Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Doni K., Sigit, dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org