Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/113

Bio-Kristi edisi 113 (26-4-2013)

Eric Henry Liddell


                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_________________________Edisi 111, Maret 2013________________________

Bio-Kristi -- Eric Henry Liddell
Edisi 113/April 2013

Salam kasih,

Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. 
Namun, kita tidak perlu terlalu terpaku pada kekurangan yang kita 
miliki. Sebaliknya, kita harus menggali potensi yang ada pada kita, 
mengembangkannya untuk mencapai keberhasilan, dan menjadi saksi 
Kristus yang berkarya di dalam dan melalui hidup kita. Kemampuan apa 
pun yang kita miliki, jika diasah dan ditekuni dengan sungguh-sungguh, 
niscaya akan ada hasil yang dapat kita nikmati. Seperti itulah yang 
dilakukan Eric Henry Liddell. Dengan kerja kerasnya di bidang 
olahraga, ia menjadi atlet yang berjaya pada zamannya. Tidak 
dimungkiri bahwa sepak terjangnya dalam dunia olahraga telah melegenda 
dan menginspirasi banyak orang.

Pada edisi ini, Anda dapat menyimak artikel yang mengupas tentang Eric 
Henry Liddell dan karya-karyanya, yang tentu akan memberikan inspirasi 
kepada Anda. Selain itu, Anda yang tertarik dengan pelayanan sekolah 
minggu dan ingin belajar menjadi guru sekolah minggu yang baik, jangan 
lewatkan informasi yang kami sajikan dalam kolom Stop Press. Kami 
berharap sajian kami kali ini menjadi berkat bagi Anda. Selamat 
membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi Bio-Kristi,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://biokristi.sabda.org/ >


                    KARYA: ERIC HENRY LIDDELL
                 (1902 -- 1945) - Atlet Kristen

Sejak berusia enam belas tahun, Eric Liddell sudah menunjukkan bakat 
alaminya yang luar biasa. Saat itu, ia ditunjuk sebagai kapten regu 
kriket [permainan bola menggunakan tongkat pemukul, Red.] dan 
merupakan pemegang rekor lari 100 yard (91,44 meter). Pada tahun 1920, 
Eric menjadi mahasiswa di Universitas Edinburg. Dalam kurun waktu yang 
singkat, Eric menjadi bintang universitas di bidang atletik. Setelah 
beberapa saat, namanya segera menjadi pusat perhatian di seluruh tanah 
Skotlandia dan seluruh kerajaan Britania karena prestasinya yang luar 
biasa dalam berbagai kejuaraan atletik internasional. Pada tahun 1924, 
Eric mencapai puncak kejayaannya dalam bidang atletik setelah 
memenangkan medali perunggu dalam cabang lari 200 meter dan medali 
emas dalam cabang lari 400 meter kejuaraan Olimpiade di Paris.

Skotlandia sangat menyanjung anak muda ini. Di lapangan olahraga, Eric 
menunjukkan stamina, kegigihan, dan sportivitas yang tinggi. Kepolosan 
dan kerendahan hatinya juga mendapat tempat di hati masyarakat 
Skotlandia. Pada hari wisudanya, Eric dimahkotai dengan karangan bunga 
zaitun sebagai lambang kejayaannya di arena Olimpiade dan diarak 
sepanjang jalan Edinburgh. Setahun kemudian, ketika Eric memutuskan 
untuk melayani di Tiongkok sebagai misionaris, ia kembali diarak ke 
stasiun kereta api. Di Jepang dan Tiongkok, walaupun jauh dari publikasi 
kesuksesannya, Eric acap kali diminta untuk tampil di arena olahraga. 
Kepopuleran Eric yang mencapai belahan dunia timur terlihat dari 
sanjungan penonton setiap kali ia tampil.

Dalam masa pelayanannya di Asia Timur, Eric mendapat kesempatan untuk 
kembali ke Inggris sebanyak dua kali. Masyarakat tetap memberikan 
perhatian kepada Eric walaupun ia sudah tidak berkecimpung lagi dalam 
bidang olahraga. Saat Eric meninggal pada tahun 1945, upacaranya 
diperingati di seluruh dunia. Beberapa tahun setelah itu, berbagai 
yayasan dan organisasi dibentuk untuk menghormati Eric Liddell.

Hari Sabat

Di arena Olimpiade Paris, Eric memutuskan sesuatu yang mengejutkan 
dunia. Eric menolak untuk bertanding di arena lari 100 yard, cabang 
spesialisasinya, karena pertandingan itu diadakan pada hari Minggu. 
Eric memegang teguh keyakinannya untuk menguduskan hari Minggu sebagai 
harinya Tuhan.

Keputusan Eric mendapat kritikan tajam dari khalayak ramai. Publik 
menuduhnya tidak patriotik (karena menyebabkan hilangnya kesempatan 
Skotlandia untuk meraih medali emas). Di bawah tekanan besar untuk 
mempertahankan keyakinannya, Eric layak mendapatkan penghormatan atas 
keteguhannya, dan memang pada akhirnya ia mendapatkan hal itu. 
Ketaatan rohani yang sama terlihat dari tulisannya yang menantang 
semua umat Kristen: "Tanyalah pada dirimu sendiri, `Kalau saya 
mengetahui sesuatu adalah kebenaran, apakah saya siap untuk 
mengikutinya, walaupun hal tersebut bertentangan dengan keinginan 
saya, atau berlawanan dengan apa yang saya percaya sebelumnya. Apakah 
saya akan mengikutinya walaupun banyak orang akan menertawakan saya, 
atau akan menyebabkan saya rugi secara materi, atau menyebabkan saya 
menderita kesusahan.`"

"Dia yang Meninggikan Namaku Akan Kutinggikan"

Penolakannya untuk lari di cabang 100 yard [pada hari Minggu] 
menunjukkan kepatuhannya kepada Tuannya di Surga dengan risiko 
menerima kemarahan dari tuannya di dunia. Sebelum pertandingan lari 
400 yard (365,76 meter) dimulai, salah satu pelatih Eric menyelipkan 
kertas kecil yang berisi kutipan dari 1 Samuel 2:30, "`Siapa yang 
menghormati Aku, akan Kuhormati`. Semoga berhasil dan selamat 
berjuang." Pelatih itu tidak salah. Eric memenangkan medali emas untuk 
cabang lari tersebut. Seandainya Eric tidak memenangkan medali emas 
pada saat itu pun, kepatuhannya terhadap perintah Tuhan patut 
mendapatkan medali emas. Hidup Eric pada tahun-tahun selanjutnya 
ditandai dengan keputusan-keputusan yang konsisten dengan kepatuhan 
dan kesetiaan Eric kepada Kristus.

Karier Eric tidak dapat dipisahkan dari kekristenan. Kalau Eric tidak 
bisa diterima khalayak ramai sebagai pelari Kristen, ia tidak akan mau 
menjadi pelari sama sekali. Eric tidak bisa menerima bahwa imannya 
kepada Kristus hanyalah hal pribadi antara ia dan Tuhan. Baginya, 
hidup sebagai orang Kristen adalah hidup yang bersaksi bagi kemuliaan 
Kristus, dalam setiap waktu dan dalam segala keadaan. Seandainya 
cerita kejayaan Eric Liddell berakhir di sini, biografi ini hanya akan 
menjadi cerita salah satu dari sekian banyak orang yang berhasil dalam 
hidupnya. Rekor dunia yang dipecahkan Eric pada tahun 1924 sudah 
ditumbangkan dan dilampaui oleh atlet-atlet dunia lainnya. Akan 
tetapi, Eric Liddell meninggalkan pada dunia suatu contoh kehidupan 
yang mencerminkan kepatuhan yang "tidak tawar-menawar" kepada Kristus. 
Setiap kali Eric akan membuat suatu keputusan, ia selalu bertanya pada 
diri sendiri. "Apakah hal yang akan saya buat sesuai dengan kehendak 
Tuhan atas hidup saya?"

Tiongkok

Saat masih di universitas, Eric diminta untuk menjadi anggota "Glasgow 
Students Evangelistic Union" (GSEU), suatu perkumpulan mahasiswa 
Kristen yang aktif memberitakan Kristus pada masyarakat Skotlandia. 
Seorang anggota muda dari GSEU merasa bahwa nama besar Eric akan 
menjadi magnet bagi masyarakat Skotlandia untuk mau mengenal Tuhan. 
Ketika anggota GSEU tersebut minta kesediaan Eric untuk menjadi 
anggota dan pembicara dalam perkumpulan tersebut, pelari terkenal itu 
menunduk sesaat dan berdoa menyerahkan dirinya untuk menjalankan 
kehendak Tuhan. Kejadian itu menjadi titik permulaan bagi sesuatu yang 
baru dalam kehidupan Eric waktu itu: menjadi saksi Tuhan melalui 
suaranya, berkhotbah. Eric dipakai Tuhan secara luar biasa. Banyak 
orang yang semula hanya datang karena nama Eric, menerima Tuhan 
setelah mendengar khotbah-khotbah Eric.

Tuhan rupanya mempunyai rencana yang lebih indah lagi bagi Eric. 
Begitu Eric menyelesaikan kuliahnya, ia mendapat kesempatan untuk 
pergi ke daratan Tiongkok untuk menjadi guru di sekolah bernama Tientsin 
Anglo Chinese College. Tianjin [ejaan modern untuk Tientsin, Red.] 
adalah tanah kelahiran yang ditinggalinya selama 23 tahun sebelumnya, 
ketika orang tua Eric menjadi misionaris di Tiongkok. Keputusannya untuk 
datang ke Tianjin juga adalah karena ketaatan dan kepekaan Eric atas 
rencana Tuhan dalam hidupnya. Bukan Eric kalau dia tidak dengan giat 
bersaksi pada semua murid-muridnya mengenai keselamatan melalui 
Kristus. Selama 12 tahun berikutnya, Eric menjadi guru di sekolah 
tersebut dan menjadi saksi bagi Tuhan Yesus.

Tantangan selanjutnya sudah menunggu. Eric harus membuat keputusan 
untuk menerima tugas pengabaran Injil di daerah pedalaman Xiaozhang. 
Pengabaran Injil di Xiaozhang bukanlah hal yang mudah karena daerah 
itu berada dalam keadaan perang (waktu itu Jepang sudah menjalankan 
misi ekspansinya ke daratan Tiongkok). Jika ia menerima tantangan ini, 
berarti Eric harus berpisah dari istrinya yang baru dinikahinya 3 
tahun sebelumnya. Selama setahun, Eric bergumul dalam doa dan akhirnya 
ia menerima tugas itu sebagai panggilan yang pasti dari Tuhan.

Belas kasihan Eric kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus 
begitu memotivasinya untuk melakukan hal-hal yang sering membahayakan 
jiwanya sendiri. Sering kali, Eric harus masuk ke garis depan medan 
pertempuran untuk membawa prajurit yang terluka, tidak mempedulikan 
kewarganegaraan prajurit tersebut, untuk menerima perawatan di rumah 
sakit misi. Di bawah bayang-bayang pesawat terbang tentara Jepang dan 
di tengah deru mesiu yang tidak berhenti, Eric menunjukkan bahwa 
Kristus mengasihi manusia, apa pun kebangsaannya, dengan kesediaannya 
untuk melayani siapa saja yang memerlukan, tanpa ragu-ragu 
mempertaruhkan keselamatan dirinya sendiri.

Hidup para misionaris menjadi terancam ketika Jepang menyatakan perang 
kepada Inggris. Banyak misionaris dari Eropa meninggalkan daratan Tiongkok 
untuk menunggu waktu yang lebih baik untuk kembali ke Tiongkok. Banyak 
juga yang bersikeras untuk tinggal di Tiongkok, dan Eric adalah salah 
satunya. Jepang akhirnya mengumpulkan seluruh misionaris asing di 
suatu kamp interniran di daerah Weihsien [sekarang bernama Weifang, 
Red.]. Eric kembali menjadi suara Tuhan di kamp tersebut. Eric 
memimpin pertandingan olahraga di antara para tahanan, menguatkan iman 
para tahanan, menghibur orang-orang yang kehilangan harapan, dan 
mengajarkan pelajaran sekolah kepada anak-anak para tahanan. Eric 
bekerja begitu keras sehingga akhirnya kesehatannya menurun dengan 
cepat. Tanpa diketahuinya, di kepalanya tumbuh tumor otak yang ganas. 
Hanya dalam beberapa minggu setelah Eric sakit, pada tanggal 21 
Februari 1945 Eric dipanggil untuk menerima upah ketaatannya dari 
Bapanya yang di surga.

Ketaatan Eric Liddell, dari kejadian di Olimpiade Paris hingga di kamp 
Weihsien, menjadi suatu tantangan yang indah bagi semua orang Kristen. 
Ia menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk berbuat baik kepada 
semua orang, menjadi saksi bagi Tuhan Yesus, dan menjadi contoh 
ketaatan pada panggilan Tuhan. Itulah citra yang ditinggalkan Eric 
bagi kita semua.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: misi.sabda.org
Alamat URL: http://misi.sabda.org/eric_liddell_lebih_dari_pemenang
Judul asli artikel: Eric Liddell -- Lebih dari Pemenang
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 25 April 2013


               KOMUNITAS BIO-KRISTI: MUSISI KRISTEN

Perkembangan lagu-lagu rohani Kristen tidak dapat terlepas dari 
peranan para pencipta lagu rohani yang memiliki pengaruh besar. Banyak 
musisi Kristen yang telah mewarnai ranah kehidupan umat Kristen hingga 
saat ini, dan memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan 
kekristenan itu sendiri. Adakah salah satu musisi Kristen yang memberi 
Anda inspirasi? Berikut ini beberapa musisi Kristen yang 
disukai/menginspirasi para Sahabat Bio-Kristi:

Bio-Kristi: Selamat siang Sobat Bio-Kristi! Siapa sih, musisi Kristen 
luar negeri yang menjadi inspirasi bagi Anda? Apa yang Anda suka dari 
dia?

Theresia S. Setyawati: Fanny Crosby, dia tetap mensyukuri keadaannya 
yang buta dan tidak patah semangat untuk menyerahkan hidupnya bagi 
Tuhan. Lebih dari 7.000 himne diciptakannya. Bahkan, karyanya masih 
dipakai di gereja-gereja sampai sekarang. Luar biasa!

Berlin Berlian: Bukan inspirasi sih, cuma suka saja. Michael W. Smith.

Okti Nur Risanti: Saya suka Amy Grant. Selain menyanyikan lagu-lagu 
rohani dan lagu-lagu pop yang enak untuk didengar, dia juga terlibat 
dalam banyak pelayanan, dan (sampai saat ini) kehidupannya juga tidak 
didera dengan gosip-gosip khas musisi Amerika.

Shmily Tilestian: James Mc Granahan -- yang menciptakan lagu "esus 
Menerima Orang Berdosa".

Berlin Berlian: Tepatnya "Yesus Menerima Orang Berdosa", Shmily.

Doni Kukuh: Aku sama dengan Mbak Setyo, aku suka juga sama Fanny 
Crosby. Dia itu memberikan banyak sekali informasi kepada saya. 
Heheheeee.

Bio Kristi: Shalom para sahabat Bio Kristi yang saya kasihi dalam 
Tuhan Yesus Kristus, ternyata masing-masing kita mempunyai tokoh yang 
disukai, ya. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang beberapa 
tokoh-tokoh Kristen lain yang termasuk musisi Kristen, silakan 
kunjungi link ini < http://biokristi.sabda.org/ >

Anda mengenal/mengagumi musisi Kristen yang menginspirasi hidup Anda? 
Silakan berbagi di Facebook Bio-Kristi < 
http://www.facebook.com/sabdabiokristi/posts/10151442194403090 >


STOP PRESS:PEMBUKAAN KELAS PESTA GURU SEKOLAH MINGGU (GSM) PERIODE JULI/AGUSTUS 2013

Anda guru sekolah minggu? Anda terbeban dalam pelayanan anak? Anda 
ingin terus diperlengkapi dalam melayani di sekolah minggu? Anda rindu 
mengembangkan talenta Anda dalam bidang pelayanan anak untuk kemuliaan 
nama Tuhan?

Yayasan Lembaga SABDA kembali membuka kelas Guru Sekolah Minggu (GSM) 
periode Juli/Agustus 2013 melalui program Pendidikan Studi Teologi 
Awam (PESTA) bagi Anda yang terlibat dan terbeban dalam pelayanan 
anak. Diskusi akan dilakukan melalui milis diskusi (email) dan akan 
berlangsung mulai tanggal 15 Juli -- 23 Agustus 2013.

Daftarkanlah diri Anda sekarang juga ke Admin PESTA di < kusuma(at)in-
christ.net >. Pendaftaran ditutup pada tanggal 10 Juni 2013. Jangan 
lewatkan kesempatan ini karena kelas terbatas hanya untuk 20 orang 
peserta saja. Tidak dipungut biaya!

Untuk melihat materi yang akan dipelajari dalam kelas PESTA GSM ini, 
silakan mengakses URL berikut ini.

==> http://pesta.sabda.org/gsm_sil


Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Doni K., Sigit, dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org