Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/112 |
|
Bio-Kristi edisi 112 (11-4-2013)
|
|
Buletin Elektronik BIO-KRISTI (Biografi Kristiani) _________________________Edisi 112, April 2013________________________ Bio-Kristi -- Betty Olsen Edisi 112/April 2013 Salam sejahtera, Banyak di antara kita yang sering kali memandang rendah pelayanan wanita, baik dalam penginjilan, misi, maupun pengajaran. Padahal, sadar atau tidak, di sekitar kita banyak sekali wanita yang lebih "perkasa" daripada pria, baik dalam hal keberanian, ketegaran, dan semangat dalam pelayanan. Hal ini telah dibuktikan oleh Betty Olsen, wanita yang dapat menjadi inspirasi karena keberaniannya mengorbankan nyawa untuk Kristus melalui pelayanan misi yang dikerjakannya. Dengan membaca riwayat Betty Olsen, kami berharap kesetiaan Anda dalam mengikut Kristus akan semakin bertambah. Selain itu, Anda juga dapat membaca informasi tentang Berita PESTA dalam kolom Stop Press. Pada kesempatan ini, kami juga menginformasikan bahwa mulai bulan April 2013, publikasi Bio-Kristi akan terbit setiap hari Kamis minggu kedua dan keempat. Selamat membaca sajian kami, Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi Bio-Kristi, Doni K. < doni(at)in-christ.net > < http://biokristi.sabda.org/ > RIWAYAT: BETTY OLSEN (1934 -- 1969) Misionaris Wanita Meskipun banyak misionaris pergi ke Tiongkok selama abad 19, hanya sedikit misionaris yang memfokuskan pelayanannya ke bagian Indochina -- Vietnam, Laos, dan Kamboja. Baru ketika memasuki abad 20, para misionaris Kristen mulai menjalin persatuan untuk memantapkan pelayanan bersama ke negara-negara itu, dengan didukung oleh lembaga misi yang sudah cukup dikenal saat itu -- The Christian and Missionary Alliance. Pelayanan ini terus berlanjut sampai akhirnya para misionaris dipaksa keluar dari Vietnam pada tahun 1970-an. Indochina merupakan wilayah yang paling sulit bagi pelayanan misi Kristen. Pada kenyataannya, belum pernah ada misionaris yang melayani di Indochina yang terbebas dari penganiayaan. Sebagai hasilnya, banyak penduduk di Indochina yang bekerja di berbagai instansi dapat mendengar dan menerima berita Injil. Namun demikian, harus diakui bahwa banyak dari mereka yang hidup dalam suasana ketakutan karena perlakukan dari pemerintah yang berkuasa saat itu. Selama masa kolonial Perancis, kegiatan penginjilan dibatasi. Ketika Jepang berkuasa di sana selama Perang Dunia II, para misionaris yang menolak untuk pergi dikumpulkan dan ditahan dalam kamp tawanan. Perang di Asia diakhiri dengan kalahnya Jepang pada tahun 1945 yang menyebabkan tidak adanya lagi kedamaian di Indochina. Selama 8 tahun, sejak tahun 1946, Ho Chi Minh dan pengikutnya bertempur melawan rezim Perancis yang ada di Vietnam sampai Perancis menarik pasukannya. Namun, kedamaian masih tidak ada di Vietnam. Ketika penduduk Vietnam Utara yang hidup di bawah kekuasaan komunis pindah ke wilayah Selatan, tekanan di wilayah Utara semakin meningkat. Para gerilyawan komunis menyerang penduduk desa, dan pemerintah Saigon mulai bertindak. Masuknya tentara Amerika ke Vietnam mempertajam konflik yang berkembang sehingga menjadi perang besar. Para misionaris Amerika berada dalam bahaya yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Meskipun pasukan Amerika memusatkan perhatian sepenuhnya untuk wilayah Vietnam Selatan, misionaris masih juga menerima pukulan hebat dari para gerilyawan. Aksi tentara Amerika Serikat yang membantu program militer Vietnam Selatan telah menyakiti hati Viet Cong dan pemerintah Hanoi, dan misionaris dianggap sebagai bagian dari konspirasi kapitalis-imperialis yang akan mengatur Indochina. Para misionaris menyadari adanya permusuhan tersebut, dan wilayah-wilayah yang dievakuasi telah terinfiltrasi oleh Viet Kong. Banyak dokter dan tenaga medis yang terlibat dalam pelayanan misi kesehatan di Vietnam mati sebagai martir. Beberapa di antaranya adalah Betty Mitchell, Betty Olsen, Hank Blood, dan Mike Benge. Menjadi pahlawan misi wanita tampaknya tidak sesuai dengan gambaran diri Betty Olsen. Banyak orang yang telah mengenalnya sejak lama mungkin meragukan kemampuannya untuk terlibat dalam pelayanan misi. Meski demikian, beberapa jam menjelang perayaan Tet (Tahun Monyet yang dipercaya orang Vietnam) pada 30 Januari 1968, ia mempertaruhkan nyawanya saat merawat gadis kecil, Carolyns Griswold, yang terluka parah dan berjuang untuk membawa gadis kecil itu ke rumah sakit. Dan, di bulan-bulan selanjutnya yang cukup meletihkan, Betty Olsen membuktikan dirinya sebagai salah satu pahlawan iman di Vietnam. Betty berusia 34 tahun saat pembunuhan masal di Banmethuot terjadi. Ia mendaftarkan diri sebagai perawat yang melayani kurang dari tiga tahun bersama The Christian and Missionary Alliance di Vietnam. Pelayanan misionari bukanlah hal yang baru bagi Betty. Ia dibesarkan sebagai seorang anak misionaris di Afrika, dan masa-masa terindahnya dilewatkan di negara ini. Namun, masa kanak-kanaknya dipenuhi juga dengan kekacauan. Ingatan-ingatan tentang masa kecilnya yang terlintas adalah kesibukan orang tuanya dalam pelayanan misi, sehingga sering kali mereka pergi berhari-hari untuk mengunjungi gereja-gereja di Afrika. Saat berumur 8 tahun, Betty bersekolah hanya selama 8 bulan setiap tahunnya, di mana setiap malamnya ia selalu menangis sebelum tidur. Bagi Betty, tinggal di asrama bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Ia memberontak terhadap aturan-aturan dan menolak berteman dengan anak-anak sebayanya. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan takut terluka atau kecewa jika nanti harus berpisah. Rasa tidak aman yang dimilikinya pada usia remaja semakin bertambah parah ketika ibunya menderita sakit kanker, dan meninggal menjelang ulang tahun Betty yang ke-17. Betty menyelesaikan SMU-nya di Amerika Serikat, lalu kembali lagi ke Afrika. Ia masih bergumul dengan perasaan tidak amannya dan mencari perhatian dari ayahnya. Kemudian, ia kembali lagi ke Amerika Serikat untuk mengikuti pelatihan perawat di sebuah rumah sakit di Brooklyn. Setelah itu, Betty mendaftarkan diri ke Nyack Missionary College untuk mempersiapkan kariernya sebagai seorang misionaris. Meski demikian, Betty masih belum menemukan sukacita sejati. Setelah lulus kuliah tahun 1962, ia tidak diterima untuk melayani di C&MA. Jadi, ia memutuskan kembali ke Afrika untuk melayani bersama ayahnya. Karena banyaknya pemberontakan yang terjadi di Afrika dan juga karena ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan para misionaris lainnya, Betty diminta untuk tidak lagi melayani di tempat itu. Pada usia 29 tahun, Betty menjadi perawat di Chicago dan benar-benar mengalami depresi rohani. Ia bertemu dengan seorang pria muda yang kehidupan rohaninya mengubah hidup Betty. Pemuda ini, Bill Gothard, aktif melayani para pemuda gereja di wilayah Chicago. Betty menceritakan pergumulannya kepada pemuda ini yang kemudian memberi Betty prinsip-prinsip Alkitab untuk mengatasi pergumulannya tentang hidup kekristenan. Setelah bergumul, Betty akhirnya mengambil keputusan, bahkan mempunyai kerinduan untuk melayani Allah dan menjadi wanita lajang. Sementara mengikuti konseling, Betty juga menjadi misionaris yang aktif di Vietnam. Konselornya, Bill Gothard, juga mengembangkan pelayanannya dengan mengadakan sebuah seminar yang dikenal dengan nama Institute in Basic Youth Conflicts. Seminar ini diadakan berdasarkan banyaknya pertanyaan dan pergumulan yang dialami Betty. Di Vietnam, Betty bersama dengan Hank Blood (dari Wycliffe Bible Translator) dan Mike Benge ditangkap oleh pasukan Viet Cong. Ketiganya dipaksa berjalan menembus hutan selama 12 -- 14 jam setiap hari. Mereka menderita demam tetapi tidak mendapatkan pengobatan. Betty adalah yang paling sehat di antara ketiga tawanan itu. Kondisi Mike semakin buruk karena penyakit malaria yang dideritanya, namun ia bisa bertahan. Sedangkan Hank, selain mengalami perlakuan kasar dari para penangkapnya dan perjalanan panjang menembus hutan, penyakit ginjal yang ia derita semakin memperburuk keadaannya. Setelah mengalami lima bulan penderitaan, Hank mengembuskan nafas terakhirnya pada pertengahan Juli. Betty dan Mike lambat laun mengalami kekurangan gizi. Kondisi kesehatan Betty menurun drastis. Kedua kakinya sangat sulit untuk dipakai berjalan. Setiap kali ia terjatuh, penangkapnya memukul dia. Ia menangis dan memohon kepada penangkapnya agar membiarkan dia mati di hutan. Namun, permohonan itu diabaikan. Kondisinya bertambah buruk dengan penyakit disentri yang dideritanya. Saat Betty berulang tahun yang ke-35, ia mengalami kesakitan yang luar biasa di seluruh tubuhnya sampai tidak bisa berjalan lagi. Dua hari kemudian, Betty meninggal dunia. Setelah kematian Betty, Mike dibawa ke Hanoi Hilton sebagai tempat penahanannya yang kedua. Pada Januari 1973, setelah hampir lima tahun berada dalam tahanan, Mike dibebaskan. Kemudian, ia menceritakan kepada keluarga Betty Olsen dan Hank Blood tentang perjalanan mengerikan yang mereka alami saat berada di hutan Vietnam. Ia menceritakan bagaimana ketiganya hanya bersandar penuh pada kekuatan Allah. Meskipun kondisi ketiganya tidak terlalu baik, mereka tetap berusaha untuk menguatkan hati orang-orang Kristen lainnya yang juga ditawan. Dalam diri Betty, yang terkenal suka memberontak dan berkata- kata tajam, Mike menjumpai seorang pribadi yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri. Kasih Kristus yang dimiliki Betty sangat nyata dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Sampai akhir hidupnya, Betty tetap mengasihi orang-orang yang telah menahannya dan memperlakukannya dengan kasar. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: e-Misi Alamat URL: http://misi.sabda.org/betty-olsen-vietnam-martyrs-0 Judul asli artikel: Betty Olsen dan Vietnam Martyrs Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 3 April 2013 TAHUKAH ANDA: SAKSI TERAKHIR Lima wanita perkasa: Dr. Ardel Vietti, Carolyn Griswold, Ruth Thompson, Ruth Wilting, dan Betty Olsen pergi ke Vietnam. Mereka pergi dengan alasan yang sama: kesadaran akan tugasnya, bukti cinta pada negara, kepercayaan kepada Tuhan, dan kesadaran akan tugas untuk melayani sesama manusia. Kelima wanita tersebut adalah misionaris yang tergabung dalam The Christian and Missionary Alliance (C&MA) di Banmethuot, Vietnam. Selain melayani sebagai misionaris, para wanita ini berjuang agar tetap bertahan selama masa perang. Banyak misionaris C&MA yang terbunuh selama terjadi peperangan sengit dan letusan senjata api di mana-mana. Di antara kelima wanita yang menjadi misionaris, hanya Marie Ziemer yang selamat dengan sedikit luka-luka dan Betty Olsen yang ditangkap hidup-hidup. Betty Olsen dirantai dan dimasukkan ke dalam kandang kecil yang terbuat dari tiang-tiang bambu. Namun demikian, Betty inilah yang telah menyelamatkan hidup seorang tahanan perang yang bernama Michael Benge. Peranan Betty di tengah- tengah para tawanan perang cukup besar. Karena pelayanannya sebagai misionaris dan perawat inilah, Betty dikenang hingga sekarang. (t/S. Setyawati) Sumber: http://www.alliancelife.org/article.php?id=402 STOP PRESS: BERITA SEPUTAR PENDIDIKAN ELEKTRONIK STUDI TEOLOGI AWAM (PESTA) DARI YLSA Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > membuka program Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA). Program PESTA < http://pesta.org > terbuka bagi mereka yang rindu belajar firman Tuhan lebih mendalam tanpa dibatasi waktu dan tempat. Program PESTA ditujukan khusus bagi mereka yang tidak mengikuti pendidikan formal di sekolah teologi. Anda tertarik untuk tahu lebih dalam tentang program PESTA? Anda memerlukan lebih banyak informasi kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam program PESTA? Segera daftarkan diri Anda sebagai pelanggan Berita PESTA! Melalui Berita PESTA, Anda dapat menyimak perkembangan terbaru kegiataan pelaksanaan kelas, info Klub e-Buku di Facebook, dan juga artikel- artikel yang alkitabiah. Cara berlangganan sangat mudah dan GRATIS! Kirimkan email Anda ke < subscribe-i-kan-berita-pesta(at)hub.xc.org > atau ke < pesta(at)sabda.org >. Dapatkan arsip Berita PESTA sejak tahun 2005 di: < http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/arsip/ > Kontak: biografi(at)sabda.org Redaksi: Doni K., Sigit, dan S. Setyawati Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |