Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/11 |
|
Bio-Kristi edisi 11 (11-6-2007)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 011, Juni 2007 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Dihargai di Kalangan Akademis, Dikecam di Kalangan Teologis: Kisah Jacobus Arminius (1560 -- 1609) - Karya : Florence Nightingale: Peletak Fondasi Keperawatan - Tahukah Anda? - Sisipan : Ramaikan Forum Diskusi di Situs Bio-Kristi + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Penemuan makam yang diyakini merupakan makam Yesus beserta keluarga-Nya beberapa waktu lalu telah menimbulkan kehebohan tersendiri. Berita ini, di satu sisi mirip dengan fiksi Dan Brown, mungkin cukup mengguncangkan iman. Peristiwa ini tampaknya menarik minat salah seorang dosen STT Jakarta untuk menulis artikel di "Kompas", yang belakangan menimbulkan diskusi yang cukup hangat di media tersebut. Tak pelak lagi, berita ini sepertinya menjadi santapan yang menyukakan kalangan yang menolak keilahian Kristus. Menyinggung keberadaan ajaran-ajaran sesat, sering kali orang-orang Kristen bukannya menghadapi, melainkan menghindarinya. Bukannya menghadapinya dengan kritis, tapi cenderung menghindarkan diri. Di satu sisi, khususnya bagi mereka yang baru bertumbuh, tindakan menghindar ini memang ada baiknya dilakukan agar mereka terlebih dahulu diperkokoh dalam ajaran yang alkitabiah. Namun, tidak demikian halnya dengan mereka yang sudah matang dalam iman. Cukup mirip dengan kondisi itu, Prof. Dr. Louis Leahy, seorang ahli filsafat kelahiran Kanada, pernah menulis, "Orang beriman yang menghindarkan diri ..., dengan mudah dapat melihat agamanya direndahkan sampai tingkat getto. Jika dia tidak menghiraukan hasil-hasil penyelidikan-penyelidikan kritik modern, maka dia membuka jalan bagi keragu-raguan dan ketidakpastian; dia mengambil risiko seakan-akan dia dibimbing oleh ketakutan atau itikad jahat. .... Untuk itu, dia harus memikirkan pada tingkat pikiran manusia, yakni pada tingkat filsafat, nilai, dan arti kepercayaan bagi manusia. Titik pusat adalah bagaimanakah kita, secara masuk akal, dapat mengakui eksistensi Allah, sedangkan jutaan orang memproklamasikan kematian-Nya berdasarkan bermacam-macam alasan `rasional`?" (Leahy, Louis. 1985. "Aliran-Aliran Besar Ateisme: Tinjauan Kritis". Yogyakarta: Kanisus. Hlm.13.) Dalam kerangka pikir demikian, tidaklah salah bila kita juga turut mempelajari bagaimana kehidupan sejumlah tokoh yang dianggap sebagai salah satu pencetus ajaran sesat. Salah satunya yang kami angkat kali ini ialah Jacobus Arminius. Pada kesempatan ini, kami juga hendak berterima kasih kepada Prof. Victor Shepherd, dari Tyndale Seminary, yang mengizinkan kami untuk memuat tulisan tentang teolog Belanda tersebut pada kolom Riwayat berikut ini. Akhir kata, kami mengajak sidang pembaca sekalian agar terus menuntut diri untuk mempelajari kebenaran sejati. Sehingga kita memiliki dasar yang kuat ketika kelak berhadapan dengan pengajaran dan "fakta" menghebohkan lain. Tuhan memberkati. Pengasuh Bio-Kristi, R.S. Kurnia + Riwayat ____________________________________________________________ 1560 -- 1609, Teolog, Arminianisme, Unitarianisme DIHARGAI DI KALANGAN AKADEMIS, DIKECAM DI KALANGAN TEOLOGIS: KISAH JACOBUS ARMINIUS (1560 -- 1609) Arminius mungkin tidak pernah merasa damai dalam hidupnya. Dia lahir di sebuah kota di Belanda bernama Oudewater pada tahun yang sama saat ayahnya meninggal. Ibu dan saudara-saudaranya juga meninggal lima belas tahun kemudian saat tentara Spanyol membantai penduduk kota itu. Arminius yang dibesarkan dan dibiayai kerabatnya, belajar di Universitas Leiden. Di sana, dia dianggap menonjol dalam bidang teologi. Namun, majelis gereja menganggap anak muda berusia 21 tahun itu terlalu muda untuk menjadi pendeta. Tanpa menggubris hal tersebut, Arminius melanjutkan pendidikannya di Jenewa dan bersahabat dengan Theodore Beza, penerus Calvin di kota reformasi tersebut. Beza menata ulang ajaran-ajaran Calvin, dia tetap memakai isi ajaran teologi Calvin, tetapi mengubah semangat ajaran itu. Contohnya, ketika Calvin berbicara tentang keagungan dan kemuliaan Tuhan, bukannya "kedaulatan" Tuhan, Beza malah memusatkan pikirannya pada kedaulatan yang tidak lain adalah perintah yang sewenang-wenang dari kekuasaan yang sejati. Dan bila Calvin memusatkan hidup kita di dalam Kritus dengan predestinasi sebagai alat bagi orang berdosa untuk datang kepada Kristus, Beza malah menganggap predestinasi sebagai prinsip kekuasaan. Sekembalinya dari studi di Italia, Arminius ditunjuk sebagai pendeta di Amsterdam. Pada hari Minggu, dia memulai pelayanannya sebagai pendeta dengan memakai peci -- peci itu menjadi lambang kebebasan -- dan hanya melepas peci itu saat berdoa memohon kehadiran Tuhan pada permulaan ibadah. Dia sadar bahwa orang-orang yang sudah diselamatkan Anak Allah, hanya kembali kepada Pribadi yang sudah mengembalikan kebebasan mereka. Penduduk kota menikmati khotbahnya karena khotbahnya mencerminkan iman masyarakat Belanda yang pemikirannya mengenai Injil telah tertanam secara perlahan-lahan selama kurang lebih dua abad. Sudah merupakan tradisi bagi para pendeta pada era reformasi untuk berkhotbah dari Alkitab. Maka Arminius memulai khotbahnya dari kitab Roma. Tiga tahun kemudian, dia sampai pada pasal tujuh. Masalah timbul saat dia mengemukakan bahwa "manusia celaka" yang dibicarakan pada kitab itu adalah seseorang yang belum percaya, bukan seseorang yang telah lahir baru, seperti yang dikemukakan Beza. Saat orang yang menentang ajaran teologinya menyebut dirinya murtad, Arminius berkata, "Aku percaya bahwa keselamatan kita datang dari Kristus saja dan kita mendapat iman atas pengampunan dosa dan pemulihan hidup hanya melalui anugerah Roh Kudus." Setelah itu, mereka menuduhnya menganut paham pelagianisme, paham sesat yang menganggap bahwa kejatuhan dalam dosa sudah memengaruhi umat manusia sehingga kita bisa menentukan takdir kita sendiri, tanpa bantuan untuk masuk dalam persekutuan dengan Tuhan. Tudingan sosinianisme (unitarianisme, paham yang menolak Trinitas; hanya memercayai adanya pribadi Ilahi yang tunggal) juga diarahkan kepadanya. Arminius menolak jika dikatakan bahwa dia selalu menyatakan keilahian Anak Allah. Berkaitan dengan Roma 7, Arminius berkata: Posisinya dalam hal "manusia celaka" adalah pendapat yang didukung oleh sepanjang sejarah gereja dan tidak pernah dianggap murtad. Tidak ada kemurtadan, termasuk Pelagianisme, bisa didapat dari hal ini; Pendapat dari ahli teologi modern (contohnya, Beza) bahwa Roma 7 adalah pasal yang berbicara tentang orang Kristen bukanlah pendapat yang dimiliki para pendiri gereja, termasuk Agustinus, pelopor gereja yang sangat dicintai kaum Calvinis. Mengatakan bahwa Roma 7 berbicara tentang orang Kristen berarti mengabaikan Tuhan (anugerah tampak tak berdaya dihadapan dosa) dan membantu perkembangan tindakan asusila (bahkan orang yang sudah hidup baru tidak dapat menahan dirinya untuk melakukan perbuatan yang tidak mau mereka lakukan). Dari semua yang dipertahankan Arminius bersama dengan gereja sedunia dapat disimpulkan bahwa kehendak bebas hanya ditemukan dalam orang-orang yang lahir baru, mereka yang mempunyai pilihan untuk mengenal dan menaatinya atau tidak. Orang yang tak percaya tetap dibelenggu oleh dosa. Beberapa bulan kemudian, Arminius menguraikan Roma 9. Seorang yang menentangnya menuduh khotbahnya menyiratkan bahwa orang-orang berdosa yang tidak menyesal dihukum hanya berdasar atas dosa mereka. Dengan kata lain, mereka dihukum bukan atas dasar ketetapan tersembunyi yang telah Tuhan berikan sebelum mereka lahir dan berdosa. Penentang yang lain lagi mencelanya karena memberitakan bahwa perbuatan baik tidak pantas menerima pengampunan Tuhan, sementara orang-orang yang beroleh pengampunan harus melakukan perbuatan baik yang dapat mereka lakukan. Dalam penelitian rinci dan eksposisi beralasannya tentang Roma 9, Arminius mengatakan bahwa doktrin anugerah mengakui manusia sebagai ahli waris anugerah dan menghormati mereka sebagai umat manusia, yang diciptakan segambar dengan Allah. Arminius menentang segala pernyataan yang mengatakan bahwa manusia berdosa adalah suatu tongkat dan batu yang dapat digerakkan secara mekanis. Berkaitan dengan Roma 9, dia menegaskan hal-hal berikut. Pertanyaan yang dilontarkan lawannya, yang percaya bahwa predestinasi yang menjawab, yaitu, "Kenapa beberapa orang percaya, sementara yang lain tidak?", adalah pertanyaan yang tidak dipertanyakan, apalagi dijawab dalam pasal ini. Roma 9 tidak membicarakan perorangan, tetapi lebih kepada golongan-golongan masyarakat: mereka yang mengiyakan kelayakan oleh iman (misalnya, melalui keintiman dengan "pengurus gereja" yang Budiman), dan mereka yang berusaha menjadi layak untuk mendapat pengakuan dari Yesus. Tuhan "mempredestinasikan" keselamatan bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Mengatakan bahwa seseorang sudah ditentukan untuk mendapat keselamatan kekal atau kutukan sebelum mereka diciptakan (dan sebelum mereka berdosa) berarti menuduh Allah bertindak sewenang-wenang. Mendalilkan kehendak Tuhan, baik yang tersembunyi maupun yang kelihatan berarti mendustai keyakinan Perjanjian Baru bahwa Yesus Kristus adalah kegenapan kehendak Allah yang disingkapkan sekarang. Perintah dan janji Tuhan itu universal. Tuhan tidak memerintahkan semua manusia untuk percaya hanya dengan mendatangi beberapa orang sambil membawa pengampunan agar mereka percaya kepada-Nya. Meski kontroversi merebak di Amsterdam, Universitas Leiden sebagai pusat Humanisme Renaissance, yang sekaligus pusat bahasa dan budaya Belanda menyadari kecermelangan Arminius, lalu mengangkatnya sebagai rektor pada tahun 1603. Meski dihargai di antara kalangan intelektual, dia ditentang oleh kaum teologi. Dalam setahun dia diseret menuju perdebatan umum mengenai predestinasi. Sekali lagi dia mempertahankan pendapatnya, kali ini dengan cara yang lebih halus. Dihargai di universitas, Arminius diserang di gereja oleh para pengungsi ultra-Calvinis dari Perancis yang kepercayaannya berbeda dengan iman asli masyarakat Belanda. Penentangan terhadapnya semakin menjadi-jadi. Musuh-musuh yang menghujatnya, yang mengetahui perjalanan studinya ke Italia, memfitnahnya dengan mengatakan bahwa dia mencium sandal milik Paus dan "dipengaruhi" oleh kaum Jesuit (serikat agama Katolik yang didirikan oleh Santo Ignatius Loyola pada tahun 1534). Kelegaan hanya datang saat TBC yang sudah membuatnya batuk selama berbulan-bulan sudah agak membaik. Dia meninggal dengan ditemani oleh istrinya, Lisjbet dan sembilan anaknya yang masih hidup, si bungsu masih berumur tiga belas bulan. Semenjak itu, Lisjbet hidup dengan uang pensiun kependetaan yang sudah dijanjikan pemerintah Belanda bertahun-tahun sebelumnya saat mereka sekeluarga pindah ke Leiden. Jelas Arminius tidak menyampaikan kata terakhir dalam Roma 7 dan 9 (atau dalam gagasan yang mengatakan bahwa filsafat adalah dasar yang diperlukan dalam teologi). Tetap saja dia tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dia sudah mengatakan bahwa dia hanya ingin "menyelidiki dengan penuh kesungguhan, kebenaran ilahi yang ada dalam Kitab Suci dengan tujuan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus sehingga dia berkenan di hadapan-Nya." (t/Dian) Diterjemahkan dari: Situs : Sermons and Writings of Victor Shepherd Judul asli artikel: Jacobus Arminius Penulis : Victor Shepherd Alamat URL : http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/Arminius.htm ______________________________________________________________________ Hanya ada satu tuntunan yang pasti dan sempurna tentang kebenaran, satu dan satu-satunya koreksi terhadap kesalahan, yaitu firman Tuhan. G. Campbell Morgan -- Ekspositor Alkitab asal Inggris + Karya ______________________________________________________________ 1820 -- 1868, Keperawatan FLORENCE NIGHTINGALE: PELETAK FONDASI KEPERAWATAN Disusun oleh: R.S. Kurnia Ketika pertama kali mendapat panggilan untuk melayani pada tanggal 7 Februari 1837, Florence Nightingale masih tidak tahu apa yang harus ia kerjakan bagi Tuhan. Meski demikian, jauh sebelum semakin yakin akan panggilannya sebagai seorang perawat, ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit. Hanya saja, ia mulai merasa kalau kunjungannya ke berbagai rumah sakit dan klinik itu hanya menghancurkan hati para pasien. Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat. Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina. Alasannya: - perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi; - profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh; - perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas; - perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak. Kesempatan untuk mengunjungi Kaiserswerth tampaknya menjadi titik balik baginya. Sebuah rumah sakit yang menjadi pionir dalam perawatan telah dibangun atas inisiatif Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya. Rumah sakit ini sendiri dibangun setelah Pendeta Theodor Fliedner prihatin melihat tidak adanya rumah sakit di kebanyakan kota. Rumah sakit yang kemudian juga menjadi tempat pelatihan para diaken ini, menjadi tempat bagi para wanita untuk belajar teologi dan keperawatan -- mengikuti model pelayanan gereja Kristen mula-mula. Florence berkunjung ke rumah sakit ini pada tahun 1846 dan setahun berikutnya, ia kembali ke sana untuk menempuh pendidikan keperawatan. Meski demikian, ia harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun sebagai seorang perawat. BERPERAN DALAM PERANG CRIMEA Pada saat berusia 34 tahun, Florence berkesempatan untuk berbagian dalam Perang Crimea sebagai perawat. Saat itu, Perancis, Inggris, Kerajaan Sardinia, dan Kekaisaran Ottoman berperang melawan Kekaisaran Rusia. Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan-rekannya, Florence melihat para prajurit yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia. Alhasil, dari 4.077 yang meninggal, sebagian besar meninggal karena penyakit tifus, tifoid (typhoid), kolera, dan disentri. Kenyataan yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk. Sekembalinya ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat. Ia melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier keperawatan Florence. WARISAN-WARISAN FLORENCE NIGHTINGALE Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan: - rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang hidup makmur); - air dan udara yang bersih; - nutrisi yang baik; - kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca kelahiran karena demam, lebih tinggi); - perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang menjadi pekerja. Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat harkat para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth, Florence Nightingale-lah yang berperan menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang dihargai. Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para perawat di Rumah Sakit St. Thomas. Pada tahun 1860, karya terbaiknya, "Notes on Nursing" dipublikasikan. Karya ini menjadi penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-prinsip keperawatan yang meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien. 1Selain itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak kecil membuat Florence menjadi salah satu tokoh yang turut berperan penting dalam hal statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan mempresentasikan pengamatan medisnya dengan bidang yang juga dikuasai ayahnya. Salah satu peranannya ialah dalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa dikatakan memperbaiki "grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William Playfair pada tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen, Florence menggunakan grafik yang menyerupai histogram melingkar yang kita kenal belakangan, mengingat para anggota parlemen terlihat tidak suka membaca atau memahami laporan statistik tradisional. Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang memperkenalkan pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di sana. Atas perannya ini, ia menjadi wanita pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society, yang juga menjadi anggota kehormatan dari American Statistical Association. Selain mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit -- sehingga memudahkan perbandingan menyeluruh di seluruh negeri, Florence juga merupakan salah satu penguji data yang berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang memimpin studi tingkat kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris. TENTANG IMAN KRISTENNYA Florence meyakini Tuhan sebagai Pencipta dunia, sekaligus Allah yang mengatur dunia dengan hukum-Nya. Ia percaya bahwa setiap doa yang kita panjatkan bukanlah untuk membebaskan kita dari segala macam penyakit dan kelaparan sebab Allah tidak akan mengirimkan wabah penyakit dan kelaparan. Sebaliknya, manusialah yang harus mempelajari pergerakan dunia secara sosial maupun natural guna mempelajari hukum-hukum Tuhan, lalu berperan sebagai rekan sekerja Allah. "Synergii" merupakan kosakata Yunani yang digunakan Florence untuk menyebutkan hal ini. Ia memandang Allah sebagai inisiator. Akan tetapi, kita berbagian dalam mewujudnyatakan pekerjaan Allah di dunia ini. Florence juga sangat aktif dalam berdoa. Ia sangat yakin bahwa Tuhan pasti menjawab setiap doa yang dipanjatkan. Ia juga menyadari bahwa doa yang tidak dikabulkan sangat mungkin disebabkan oleh alasan yang baik bahwa manusia belum siap untuk menerima apa yang ia minta. Selain itu, Florence juga dengan tegas menolak konsep litani dalam ibadah. Dalam "Notes for Devotional Authors of the Middle Ages", ia menulis, "Litani -- apakah kita mengetahuinya lebih dalam, tidak pantaskah kita menyebut mereka tidak beragama? -- adalah mengatakan kepada Tuhan apa yang harus dikerjakan-Nya, kita mengajari Tuhan. Sementara menurut kita, doa merupakan sarana bagi Tuhan untuk mengatakan apa yang harus kita lakukan, mengajari kita yang Ia lakukan dengan hukum-Nya." AKHIR HIDUP Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tahun 1868 karena penyakit tifus. Hanya mencapai usia 48 tahun, ia telah berjasa besar bagi dunia medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran, bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan masyarakat Inggris sebelumnya. Sumber Bacaan: Florence Nightingale Museum. 2003. Florence Nightingale, dalam http://www.florence-nightingale.co.uk/flo2.htm. McDonald, Lynn. 2000. Florence Nightingale and the Foundations of Public Health Care, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/dalpaper.htm. ______________. 2005. Florence Nightingale: Faith and Work, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/faith.htm. The Collected Work of Florence Nightingale. 2005. Florence Nightingale at Prayer, dalam http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/Nightingale-Prayer.htm. Wikipedia. 2007a. Florence Nightingale, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale. _________. 2007b. Florence Nightingale, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale. + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Lagu yang dipakai untuk mengiringi pemakaman Florence Nightingale ialah "The Son of God Goes Forth in War". Lirik pada lagu ini ditulis oleh Reginald Heber pada tahun 1812. Henry S. Cutler membuat musiknya pada tahun 1872. Sumber: http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/SERMON.htm http://www.cyberhymnal.org/htm/s/o/sonofgod.htm + Sisipan ____________________________________________________________ RAMAIKAN FORUM DISKUSI DI SITUS BIO-KRISTI Setelah diluncurkan pada Desember 2006, situs Bio-Kristi kini telah dilengkapi dengan sebuah forum untuk mendiskusikan berbagai hal seputar tokoh-tokoh Kristen. Adapun kategori yang saat ini tersedia adalah sebagai berikut. 1. Seputar Tokoh Kristen a. Favorit Anda punya tokoh favorit? Punya tokoh yang menjadi panutan Anda? Silakan bagikan kesan-kesan mengenai tokoh-tokoh Kristen favorit Anda di subkategori ini. b. Informasi Tokoh Apabila Anda pernah mendengarkan atau mengetahui sesuatu berkenaan dengan kehidupan tokoh-tokoh Kristen tertentu, termasuk kontroversi-kontroversi seputar tokoh tertentu, silakan bagikan hal tersebut di sini. 2. Seputar Biografi Kristiani a. Edisi Bio-Kristi Berbagai saran dan kritik untuk perkembangan pelayanan Buletin Elektronik Bio-Kristi dapat Anda posting di sini. b. Sumber Bahan Masukan-masukan yang berkenaan dengan sumber-sumber yang digunakan oleh Bio-Kristi. 3. Lain-lain Bila Anda ingin saling mengenal atau mendiskusikan hal-hal lain di luar kategori di atas, silakan posting di sini. Oleh karena itu, kami mengundang Anda para pelanggan Bio-Kristi untuk turut berdiskusi di forum tersebut. Silakan mendaftar terlebih dahulu, lalu mulailah berdiskusi dengan mengirimkan topik-topik seputar tokoh-tokoh Kristen dan publikasi Bio-Kristi. Kami tunggu kehadiran Anda sekalian. ______________________________________________________________________ Pengasuh: R.S. Kurnia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2007 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org > Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/ Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |