RIWAYAT
FYODOR DOSTOYEVSKY
"Bila seseorang membuktikan kepada saya bahwa Kristus berada di luar kebenaran, dan bahwa realitasnya, kebenaran terpisah dari Kristus, saya lebih memilih untuk tetap bersama Kristus daripada bersama kebenaran." (Fyodor Dostoyevsky)
Putusan hukuman mati telah dibacakan, ritus terakhir diajukan. Fyodor Dostoyevsky, 29 tahun, menyaksikan sesama tahanan diikat pada sebuah tiang, siap ditembak.
Fyodor Dostoyevsky
Tiba-tiba, seorang pembawa pesan datang menyela, dengan mengatakan bahwa sang Tsar (sebutan untuk kaisar Rusia sebelum 1917 - Red.) telah memutuskan untuk membiarkan mereka hidup (ternyata, sandiwara eksekusi itu sudah merupakan bagian dari hukumannya). Ketika pengampunan diumumkan, dua orang dari para tahanan mengalami gangguan jiwa permanen; yang lain menulis Crime and Punishment dan The Brothers Karamozov -- dua novel terbesar dalam karya sastra Barat.
Pengalaman tersebut mungkin adalah yang paling dramatis, tetapi bukan satu-satunya krisis dalam kehidupan Dostoyevsky yang penuh gejolak. Meski merupakan seorang Kristen yang saleh, dia tidak pernah cukup baik; meski merupakan penulis yang brilian, secara teknis karya-karyanya tetap tidak terpoles. Akan tetapi, pengertiannya tentang hati manusia -- mungkin karena hatinya sendiri terguncang -- masih merupakan salah satu yang paling mendalam di dunia sastra.
Diserang secara Kebetulan
Ayah Dostoyevsky, seorang yang mesum dan kejam (dia pada akhirnya dibunuh oleh para pekerja ladangnya), telah menetapkannya untuk berkarier sebagai insinyur militer. Namun, Dostoyevsky ingin bergelut dengan pena, dan setelah memperoleh gelarnya pada 1843, dia mengundurkan diri dari tugasnya untuk memulai karier penulisan.
Novel pertamanya, Poor Folk, memperoleh pujian dari para kritikus Rusia, yang memuji dia sebagai talenta besar Rusia yang baru. Setelah sandiwara eksekusi tadi, Dostoyevsky dikirim ke kamp pekerja Siberia selama 4 tahun karena keterlibatannya dalam "aktivitas revolusioner". Sesudah dibebaskan, dia menulis The House of the Dead, berdasarkan pengalamannya dalam kamp yang brutal. Novel ini mengawali tradisi di Rusia dalam hal literatur kamp penjara (karya sastra yang ditulis di dalam penjara, dipengaruhi oleh pengalaman di penjara, atau mengambil latar di penjara - Red.).
Dostoyevsky mengalami serangan epilepsi pertama ketika berada dalam penjara, suatu kondisi yang mengganggunya seumur hidup, dan yang dia gambarkan dalam tulisan-tulisannya.
Pada 1860, Dostoyevsky (bersama saudaranya, Mikhail) menyunting dua jurnal yang berpengaruh. Dalam dua jurnal tersebut, dan dalam karyanya Notes from the Underground pada 1864, dia terus menjauhkan diri dari kaum radikal utopia (sosialis dan komunis) yang hendak menghapuskan sistem perbudakan tanah dan korupsi dalam pemerintahan Tsar -- sebenarnya, seluruh bentuk hierarki masyarakat -- serta menyambut bentuk masyarakat yang lebih baik.
The Gambler
Terlepas dari keberhasilannya dalam bidang sastra, Dostoyevsky telah menghancurkan hidupnya. Dia kecanduan perjudian dan kehilangan seluruh hartanya, baik miliknya sendiri maupun yang dia pinjam dari teman-temannya. Dengan sangat yakin, dia percaya pada kekuatan keinginan untuk menang: "Dalam permainan yang melibatkan faktor kebetulan," tulisnya suatu kali, "kalau seseorang mampu mengendalikan kehendaknya dengan sempurna, orang itu tidak akan kalah oleh kejamnya kebetulan."
Kebetulan tidak berpihak pada Dostoyevsky, dan untuk menghindar dari kreditornya, dia menandatangani kontrak yang berat sebelah dengan penerbit yang berkomplot hendak memanfaatkan situasi dan kurangnya kedisiplinan Dostoyevsky: Dostoyevsky harus menyelesaikan sebuah novel dalam jangka waktu tertentu, dan kalau dia gagal, penerbit tersebut akan menahan semua hak penerbitan karya Dostoyevsky.
Sebagaimana sifatnya, Dostoyevsky menunda pekerjaan tersebut sampai kelihatannya terlambat. Kurang dari satu bulan tersisa, dia akhirnya mempekerjakan seorang juru tulis berumur 18 tahun, Anna Smitkina. Setelah mendiktekan kepadanya siang dan malam selama 3 minggu, dia mengirimkan naskahnya berjudul The Gambler kepada penerbitnya dan dia terselamatkan. Disiplin dan dukungan dari Anna itulah yang telah menghasilkan perubahan, dan Dostoyevsky menyadarinya.
Pernikahan pertamanya (yang berakhir dengan kematian sang istri) merupakan situasi emosional yang tidak stabil: "Kami tidak bahagia bersama … tetapi kami tidak bisa berhenti saling mencintai," tulisnya. "Semakin kami tidak bahagia, semakin kami saling terikat." Pernikahan berikutnya dengan Anna terbukti menjadi kekuatan penyeimbang dalam hidupnya, dan tidak lama setelah menikahinya, dia akhirnya menghasilkan karya terbesarnya, Troubled Christian.
Dalam novel-novelnya yang belakangan, tema kekristenan muncul lebih eksplisit, meski bukan satu-satunya.
Crime and Punishment
Karyanya Crime and Punishment (yang sebagian besar sudah digarapnya tatkala dia menulis The Gambler) adalah tentang perintah "Jangan membunuh". Dengan wawasan psikologis yang kaya, Dostoyevsky menceritakan kisah Raskolnikov, yang membunuh seorang wanita tua serakah dan kemudian dihancurkan oleh rasa bersalahnya sendiri.
Dalam karya The Idiot (1868 --, 1869), Dostoyevsky mengisahkan pria dengan kebaikan seperti Kristus dalam dunia penuh realitas yang kejam. Dalam The Possessed (1872), dia mengkritik skeptisisme liberalisme, ejekan terhadap nilai tradisi, dan pengabaian keluarga.
The Brother Karamozov (1879 --, 1880) merupakan novelnya yang terakhir dan penuh pertentangan. Tema teologis dan filosofis muncul dalam penggambarannya tentang kehidupan empat bersaudara. Dua yang paling dikenang ialah Alyosha, seorang figur serupa Kristus yang mati-matian ingin mempraktikkan kasih kristiani, dan Ivan, yang membela agnostisisme dengan berapi-api.
Dalam bab Rebellion, Ivan menuduh Allah Bapa menciptakan dunia yang membuat anak-anak menderita. Dalam The Grand Inquisitor, Ivan menceritakan kisah kedatangan Kristus kembali ke bumi di tengah Inkuisisi Spanyol (Inkuisisi: persatuan sekumpulan institusi dalam sistem pemerintahan gereja Katolik Roma yang bertujuan menghancurkan ajaran sesat - Red.). Para inkuisitor menangkap Kristus atas tuduhan sebagai "penyesat paling parah" karena, jelas para inkuisitor, gereja telah menolak Kristus, menukar kebebasannya dalam Kristus dengan "mukjizat, misteri, dan kekuasaan".
Dostoyevsky, seorang Kristen ortodoks Rusia, memberi ruang bagi kritik terpedas terhadap kekristenan. Namun, pada saat yang bersamaan, dia juga mendukung kekristenan melalui karakter Alyosha, yang dengan gigih percaya pada kasih Kristus. Untuk menjawab pertanyaan "Apa Itu Neraka?" salah satu tokoh menjawab, "Itu adalah penderitaan karena tidak mampu mengasihi."
Pertempuran internal antara iman dan skeptisisme terjadi dalam diri Dostoyevsky sepanjang hidupnya, baik secara teologis maupun moral. Salah satu kawan Tolstoy berkata, "Saya tidak dapat menilai Dostoyevsky sebagai orang baik atau bahagia. Dia licik, penuh iri hati, keji, dan menghabiskan seluruh hidupnya dalam emosi dan luka … . Di Swiss, dia memperlakukan pembantunya, di depan mata saya, dengan begitu buruknya hingga pembantu yang tersinggung itu berteriak, 'Saya juga manusia!'" Penulis Turgeniev pernah menyebutnya "orang Kristen paling jahat yang pernah saya temui selama saya hidup".
Fyodor menyaksikan sesama tahanan yang siap untuk ditembak.
Di samping itu, pandangan sosial dan politiknya sering kali ekstrem. Dia percaya bahwa Eropa barat akan runtuh, dan bahwa Rusia serta Gereja Ortodoks Rusia ("Kristus hanya ada dalam Gereja Ortodoks," katanya suatu kali) akan menciptakan Kerajaan Allah di bumi.
Namun demikian, imannya tampak mendalam, serta cukup mengejutkan dalam pernyataannya: "Bila seseorang membuktikan kepada saya bahwa Kristus berada di luar kebenaran," tulisnya, "dan realitasnya, kebenaran terpisah dari Kristus, saya lebih memilih tetap bersama Kristus daripada kebenaran."
Terlepas dari paradoks hidupnya, kecemerlangan terpancar lewat karyanya, dan tidak ada novelis lain yang pernah menghadirkan tokoh-tokoh dengan kedalaman dan gagasan yang begitu vital. (t/Joy)
Audio: Fyodor Dostoyevsky
TAHUKAH ANDA
FYODOR DOSTOYEVSKY, KARYA PROFETIK DAN PSIKOLOGIS
Dirangkum oleh: N. Risanti
Lukisan Fyodor Dostoyevsky
Melalui tiga novelnya, Crime and Punishment, The Idiot, dan The Devils pada 1860, Dostoyevsky mendapat sebutan sebagai nabi nasional di Rusia. Karyanya dianggap sebagai karya yang profetik karena dia sangat tepat dalam memprediksi bagaimana sikap kaum revolusioner Rusia ketika mereka berkuasa. Kepekaannya tersebut terjadi sebagian besar akibat ketertarikannya dalam dunia politik, wilayah tempat dia cenderung bertendensi sosialis dan tidak menyetujui paham komunisme serta terorisme. Pada abad ke-19, kepustakaan menjadi arena utama bagi debat agama, politik, dan filosofi dengan ketiadaan parlemen atau pers bebas. Dengan perasaannya yang kuat terhadap kejahatan dan kesukaannya terhadap kebebasan, Dostoyevsky menjadi penulis Rusia yang relevan pada abad yang diisi dengan perang dunia, pembunuhan massal, dan totaliterisme.
Modernisasi literatur, eksistensialisme, dan berbagai lembaga pendidikan psikologi, teologi, serta kritik literatur dibentuk secara mendalam oleh ide-ide Fyodor Dostoyevsky. Dan memang, Dostoyevsky umumnya disebut sebagai salah satu psikolog terbesar dalam sejarah kepustakaan. Dia mengkhususkan karya-karyanya dalam analisis kondisi jiwa yang sakit, yang menyebabkan terjadinya kegilaan, pembunuhan, dan bunuh diri, dan dalam eksplorasi perasaan terhina, perasaan ingin menyakiti diri, ingin mendominasi, dan kemarahan yang mematikan. Di atas semuanya itu, karya-karya Dostoyevsky terus memikat pembaca dengan menggabungkan plot-plot yang penuh ketegangan dengan pertanyaan-pertanyaan utama tentang iman, penderitaan, dan makna hidup.
Sumber Referensi:
|