RENUNGAN
NILAI JIWA MANUSIA
Sebab, apa untungnya seseorang mendapatkan seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Apa yang dapat seseorang berikan untuk menebus nyawanya?? (Markus 8:36-37, AYT)
Salib Kristus
Mengulas pengajaran Yesus dalam Markus 8:34-35, John Calvin menulis, "Tidak ada seorang pun yang dapat dianggap sebagai murid-murid Kristus, kecuali mereka adalah peniru sejati-Nya, dan bersedia untuk mengejar perkara yang sama." Menjadi orang Kristen, berarti untuk seumur hidup mengejar apa yang sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Kita dipersatukan dengan Tuhan kita melalui iman kepada-Nya saja (Filipi 3:9), dan kemudian membuktikan iman itu di sepanjang hidup kita dengan mematuhi Juru Selamat kita dan mengikut Dia sebagai teladan kita.
Ini pasti akan mengarah pada penderitaan bagi orang percaya karena jalan pemuridan Yesus sendiri, dalam relasi dengan Bapa-Nya, melibatkan salib (Markus 8:31-33). Berapa banyak penderitaan yang dialami oleh orang percaya adalah kedaulatan Tuhan, dan beberapa orang menanggung konsekuensi yang lebih berat dalam mengikut Kristus dibandingkan yang lainnya. Namun, semua orang yang mau mengikut Yesus harus memandang kehidupan mereka sebagai hal yang sekunder ketika panggilan untuk menaati Tuhan tiba. Termasuk, untuk mati bagi Kristus jika situasinya menghendaki demikian. Apa pun yang terjadi, mengikut Yesus berarti mematikan diri, mati terhadap hidup lama kita yang berdosa, dan mati terhadap gagasan bahwa kita harus selalu menempatkan diri sebagai yang utama (Filipi 2:5-11; Kolose 3:5). Singkatnya, kita harus menempatkan Kristus dan ketaatan kepada-Nya sebagai yang utama, yang mencakup melayani orang lain sebelum kita melayani diri sendiri. Dunia membenci mereka yang menjadi serupa dengan Kristus sedemikian rupa (Yohanes 15:18). Kadang-kadang, kebencian itu begitu besar sehingga berakhir dengan pembunuhan.
Membayar harga kematian layak dilakukan, bukan hanya karena janji kehidupan kekal bagi mereka yang mati untuk dirinya sendiri (Markus 8:35), tetapi juga karena nilai jiwa kita. Dengan diciptakan menurut gambar Allah, manusia telah memperoleh nilai yang jauh melampaui segala ciptaan lainnya. Yesus, pada kenyataannya, mengatakan dalam bacaan hari ini bahwa memperoleh seluruh dunia tidak sama besar nilainya dengan nilai jiwa kita (ay. 36-37). Di sini, kata "jiwa" merujuk pada bagian intrinsik (dalam) seseorang, yang memberikan identitas sejati pada seorang pria atau wanita. Ini meliputi segala sesuatu dari diri kita, termasuk tubuh kita. Akan tetapi, pada intinya, berusaha mempertahankan keberadaan fisik kita dengan menyangkal Kristus, ketika tindakan seperti itu menuntut bayaran harga yang jauh lebih besar bagi jiwa kita, merupakan tindakan yang bodoh. Dunia dapat melenyapkan tubuh kita, tetapi itu hanyalah kerugian yang bersifat sementara. Bagi semua orang yang percaya akan keselamatan di dalam Kristus, mereka akan menerima tubuh kebangkitan di langit dan bumi yang baru. Namun, mereka yang menyangkal Kristus, pada akhirnya kehilangan jiwa mereka, dan itu adalah kerugian yang bersifat tetap, yang mengarah pada penderitaan dalam api neraka yang kekal (Wahyu 20).
Coram Deo
Dr. R.C. Sproul menulis dalam ulasannya tentang Injil Markus, "Kita bisa memahami nilai jiwa yang sesungguhnya dengan memperhatikan betapa Yesus bersedia membayar harga untuk jiwa-jiwa umat-Nya." Bahwa Anak Allah bersedia menanggung murka Allah sebagai Tuhan yang berinkarnasi, memberi tahu kita semua tentang seberapa besar kita harus menghargai jiwa kita. Oleh karenanya, berusaha untuk mempertahankan kehidupan kita, jika itu berarti tidak mematuhi Kristus, adalah keputusan yang paling bodoh, yang menimbulkan kerugian terbesar yang dapat kita perbuat.
Bacaan untuk studi lebih lanjut
Mazmur 16; Amsal 19:8; Matius 10:28; Ibrani 10:19-39
(t/Jing-Jing)
Download Audio
Diambil dari |
Nama situs |
: |
Situs Paskah Indonesia |
Alamat URL |
: |
http://paskah.sabda.org/nilai_jiwa_manusia |
Judul asli artikel |
: |
The Value of the Human Soul |
Penulis artikel |
: |
Dr. R.C. Sproul |
Tanggal akses |
: |
2 Februari 2017 |
KARYA
LAURA INGALLS WILDER
"Penderitaan akan berlalu, sementara kasih tinggal tetap. Itu adalah anugerah yang Anda dapatkan dari Allah. Jangan menyia-nyiakannya." (Laura Ingalls)
Laura Ingalls Wilder
Penulis Amerika
Penulis Amerika Laura Ingalls Wilder adalah pengarang seri cerita anak yang banyak digemari, Little House, yaitu buku-buku yang menceritakan hidupnya sebagai seorang gadis kecil di perbatasan barat Amerika Serikat selama akhir tahun 1800-an.
Dibesarkan di Padang Rumput Amerika
Laura Ingalls Wilder lahir dengan nama Laura Elizabeth Ingalls pada tanggal 7 Februari 1867, di Pepin, Wisconsin, sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Ia melukiskan ayahnya, Charles Philip Ingalls, sebagai orang yang periang dan kadang-kadang ceroboh. Ibunya, Caroline Lake Quiner, terpelajar, lembut, dan percaya diri, menurut putrinya. Saudari-saudarinya, yang semuanya akhirnya akan muncul dalam buku-bukunya, adalah Mary, Carrie, dan Grace. Laura juga memiliki adik laki-laki, Charles, Jr. (dijuluki Freddie), yang meninggal pada usia sembilan bulan.
Sebagai seorang gadis kecil, Laura pindah bersama keluarganya dari satu tempat ke tempat lainnya di jantung wilayah Amerika. Pada tahun 1874, keluarga Ingalls meninggalkan Wisconsin menuju ke Walnut Grove, Minnesota, tempat mereka, pada awalnya, tinggal di sebuah pondok bawah tanah. Dua tahun kemudian, keluarganya pindah ke Burr Oak, Iowa, tempat Charles menjadi pemilik hotel. Namun, pada musim gugur tahun 1877, mereka semua kembali ke Walnut Grove. Pada tahun 1879, keluarga Ingalls pindah lagi, kali ini ke sebuah rumah pertanian di wilayah Dakota.
Keluarga itu akhirnya menetap di sebuah tempat yang kemudian disebut De Smet, South Dakota, yang tetap menjadi rumah Charles dan Caroline hingga mereka meninggal. Musim dingin kedua mereka di De Smet adalah salah satu yang terburuk dalam sejarah. Himpunan badai salju menghalangi kereta-kereta api mengirim persediaan, yang pada dasarnya memutus hubungan kota itu dengan wilayah lainya, mulai dari bulan Desember hingga Mei. Bertahun-tahun kemudian, Laura menuliskan pengalamannya sebagai seorang remaja muda, yang berusaha untuk bertahan hidup pada suhu dingin dan kekurangan makanan, kayu bakar, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Laura menghadiri sekolah umum bila memungkinkan. Namun, karena keluarganya sering berpindah-pindah, pada sebagian besar waktunya, ia belajar secara autodidak. Pada tahun 1882, pada usia 15 tahun, ia menerima sertifikat mengajar. Selama tiga tahun, Laura mengajar di sebuah sekolah desa kecil, belasan mil jauhnya dari rumahnya di De Smet, dan menumpang pada sebuah keluarga yang tinggal di dekat situ.
Menikahi Seorang Petani
Pada periode yang sama, Ingalls mengenal Almanzo Manly Wilder, yang telah menetap di dekat De Smet pada tahun 1879 dengan saudaranya, Royal. Almanzo sering keluar kota dengan kereta luncurnya untuk menjemput Laura dan mengantarnya ke rumah orangtuanya untuk kunjungan akhir pekan. Setelah berpacaran sedikitnya selama dua tahun lebih, mereka menikah pada tanggal 25 Agustus, 1885. Laura Wilder kemudian berhenti mengajar untuk membantu suaminya di tanah pertanian mereka. Ia kemudian menulis tentang masa hidupnya ini dalam bukunya yang berjudul The First Four Years (Empat Tahun Pertama - Red.).
Satu-satunya anak yang bertahan hidup dari pasangan itu, Rose, lahir pada tanggal 5 Desember 1886. Meskipun semua penduduk (mereka yang menetap di lahan pertanian baru) harus mengalami kesulitan dan ketidakpastian dari kehidupan bertani mereka, apa yang dialami keluarga Wilders jauh lebih banyak daripada kisah mereka tentang tragedi dan kemalangan. Pada bulan Agustus 1889, Wilder melahirkan bayi laki-laki yang meninggal tak lama setelah itu, sebuah peristiwa yang tidak pernah dicatat dalam buku mana pun yang dibuatnya. Suaminya kemudian terkena difteri, satu penyakit mengerikan yang menyebabkan masalah pernapasan, yang membuatnya lumpuh sebagian. Akhirnya, rumah mereka, yang dibangun oleh Manly sendiri, terbakar habis.
Pada tanggal 17 Juli 1894, keluarga Wilders memulai perjalanan mereka ke Mansfield, Missouri, tempat yang akan mereka sebut sebagai rumah di sepanjang sisa hidup mereka. Di sana, mereka mendirikan sebuah peternakan dan menamainya Rocky Ridge. Wilder terus menulis jurnal mengenai pengalaman mereka saat melakukan perjalanan. Sesampainya di Lamar, Missouri, ia mengirim catatan perjalanan mereka, ketika melewati South Dakota, Nebraska, dan Kansas, kepada De Smet News (koran lokal di De Smet - Red.). Itu adalah tulisannya yang pertama kali diterbitkan.
Menghasilkan Karya Autobiografi Pertamanya
Pada pertengahan 1920-an, Wilder dan suaminya tak banyak menggarap tanah pertanian mereka sendiri di Rocky Ridge, yang memungkinkan Laura menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menulis. Pada kisaran waktu yang sama, Rose kembali ke Missouri, membangun rumah baru untuk orangtuanya di Rocky Ridge, dan pindah ke sebuah rumah pertanian tua. Dia juga mulai mendorong ibunya untuk menulis kisah masa kecilnya.
Wilder menyelesaikan autobiografi pertamanya pada akhir 1920-an. Berjudul Pioneer Girl, itu adalah autobiografi dengan kata ganti orang pertama, tentang masa kecilnya di wilayah perbatasan pada usia tiga tahun hingga delapan belas tahun. Setelah Rose mengedit buku tersebut, Wilder menawarkannya ke berbagai penerbit di bawah nama Laura Ingalls Wilder. Namun, tidak ada yang tertarik dengan kisahnya, yang berisi banyak fakta sejarah tentang masa kecilnya, walaupun tidak terlalu memberi penekanan pada segi pengembangan karakternya.
Mengarang Buku-Buku Little House
Menolak untuk patah semangat, Wilder mengubah pendekatannya. "Aku" dalam ceritanya, diubah menjadi "Laura", dan fokusnya berpindah dari kisah seorang gadis kecil kepada kisah pengalamannya bersama seluruh keluarganya di perbatasan baru. Wilder juga memutuskan untuk mengarahkan tulisannya, khusus kepada anak-anak. Meskipun ia kadang-kadang mempersingkat peristiwa-peristiwa, membuat atau menghilangkan bagian-bagian lain secara utuh (seperti kelahiran dan kematian kakaknya), dan memilih akhir cerita yang bahagia, ia menulis tentang orang-orang yang nyata dan hal-hal yang benar-benar telah terjadi.
Pada tahun 1932, pada usia 65 tahun, Wilder menerbitkan buku pertama dari delapan buku Little Housenya, Little House in the Big Woods. Buku ini menceritakan tentang masa kanak-kanaknya di Wisconsin, dan sangat disukai oleh kalangan pembaca. Farmer Boy, catatan tentang masa kanak-kanak Manly di negara bagian New York, menyusul diterbitkan pada tahun 1933. Dua tahun kemudian, Little House on the Prairie telah dipasarkan di rak-rak toko buku. Lima buku lagi, kemudian diterbitkan, yang membawa pembaca menyimak masa pacaran dan pernikahan Wilder dengan Manly — On the Banks of Plum Creek (1937), By the Shores of Silver Lake (1939), The Long Winter (1940), Little Town on the Prairie (1941), dan These Happy Golden Years (1943). Edisi-edisi baru dari semua buku Little House diterbitkan kembali oleh Harper pada tahun 1953 dengan ilustrasi populer yang diperkenalkan oleh Garth Williams (1912-1996).
Sampul Buku Little House on the Prairie
Wilder berumur 76 tahun ketika ia menyelesaikan buku terakhir dalam seri Little Housenya. Pada saat itu, ia dan suaminya telah menjual sebagian tanah mereka dan hampir semua ternak mereka, tetapi masih tinggal di 70 acre yang tersisa dari Rocky Ridge. Di sanalah, Manly meninggal pada tahun 1949 pada usia 92.
Wilder berusia 90 tahun ketika ia meninggal di Rocky Ridge Farm pada tanggal 10 Februari 1957. Setelah kematiannya, putrinya, Rose Wilder Lane, mengedit buku harian yang ditulis ibunya, saat ia dan Manly melakukan perjalanan ke Missouri; salah satu catatan perjalanan yang pertama kali diterbitkan di koran De Smet. Buku yang dihasilkan (dari catatan itu), On the Way Home: The Diary of a Trip from South Dakota to Mansfield, Missouri, in 1894 (Dalam Perjalanan Pulang: Buku Harian Perjalanan dari Dakota Selatan ke Mansfield, Missouri, tahun 1894 - Red), diterbitkan pada tahun 1962. Dua belas tahun kemudian, sebuah serial televisi yang mengangkat kisah Wilder memulai debutnya dan disiarkan selama sembilan musim. Melalui kisah kehidupannya di perbatasan Amerika yang liar, Wilder berhasil melampaui impian terliarnya dengan mengisahkan waktu dan tempat-tempat petualangan yang unik, penderitaan, dan sukacita hidup yang sederhana, dan membuatnya menjadi nyata bagi banyak pembaca muda di seluruh dunia. (t/Jing-Jing)
Untuk lebih jauh mengetahui tentang iman Laura Ingalls yang berdasar pada firman Tuhan dalam menghadapi berbagai situasi hidup, baca juga artikel kami yang berjudul "Referensi Alkitab dari Laura Ingalls" dalam situs Bio-Kristi.
|