KARYA
LUKAS
Diringkas oleh: N. Risanti
Lukas adalah seorang pribadi yang komprehensif, teguh dalam komitmennya kepada kebenaran, dan senantiasa memeriksa segala sesuatu dengan teliti. Ia merupakan teman dan rekan seperjalanan Paulus yang setia, yang berani menemani, mendampingi, dan mengunjungi Paulus dalam situasi-situasi yang berbahaya. Alasan dari kesetiaannya itu adalah karena ia memiliki suatu tugas untuk dikerjakan, yaitu menuliskan sejarah dari tahun-tahun awal gereja yang didirikan oleh seseorang yang diyakininya sebagai Anak Allah sendiri, yaitu Yesus dari Nazaret.
Lukisan Lukas karya Borovikovsky
Latar Belakang Lukas
Meskipun Alkitab tidak banyak menjelaskan mengenai Lukas, tetapi kita dapat menyimpulkan sedikit mengenai diri dan karyanya dengan melihat apa yang dilakukannya ketika ia hidup.
Lukas tampaknya merupakan salah satu dari orang-orang non-Yahudi mula-mula yang bertobat menjadi orang Kristen. Dalam Kolose 4:10-14, Paulus menyebutkan, "Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah." Dalam pernyataan tersebut, tampak bahwa tiga orang yang disebutkan pertama adalah orang-orang Yahudi, sementara yang disebutkannya kemudian, termasuk Lukas, adalah orang-orang non-Yahudi.
Lukas adalah seorang yang berpendidikan, kreatif, berbakat, dan juga merupakan seorang ahli bahasa. Di antara orang-orang Mediterania pada masa itu, orang-orang Yunani adalah orang-orang yang berpendidikan dan terlatih baik, terutama dalam bidang filsafat, pidato, menulis, dan matematika. Meskipun Lukas berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani klasik, tetapi dia juga menguasai bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani Hellenistik. Penguasaannya akan bahasa Yunani menjadi kemungkinan bahwa ia adalah seorang Yunani.
Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan jika Allah memanggil seorang Yunani untuk menuliskan salah satu dari keempat Injil yang merupakan biografi singkat Yesus, Sang Mesias, dalam awal Perjanjian Baru, serta dalam dekade-dekade awal gereja dalam kitab Kisah Para Rasul. Lukas pun menjadi satu-satunya penulis non-Yahudi dalam kitab Perjanjian Baru dan menulis dua kitab yang ditujukan kepada orang yang sama, Teofilus.
Teofilus, yang artinya adalah "sahabat Allah", tampaknya adalah seorang non-Yahudi juga karena perkataan Lukas yang menyatakan bahwa ia menulis Injilnya, "supaya engkau dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (Lukas 1:1). Beberapa ahli menyimpulkan bahwa Teofilus adalah seorang klien kaya yang mendukung Lukas dalam menulis Injil dan Kisah Para Rasul. Tampaknya, dia juga seorang pejabat tinggi di pemerintahan Romawi karena Lukas menyebutnya sebagai "Teofilus yang mulia".
Lukas, Sang Dokter yang Terkasih
Alkitab mencatat bahwa Lukas adalah seorang dokter (Kolose 4:14), yang ditunjukkan melalui rasa hormat dan kasih kristiani Paulus ketika menyebutnya sebagai "tabib yang kekasih". Sebagai seorang dokter, Lukas tertarik dengan kesejahteraan orang-orang yang tergambar jelas melalui Injil yang ditulisnya. Dalam Injilnya, Lukas menunjukkan ketertarikan terhadap kesejahteraan wanita dan anak-anak, sesuatu yang tidak terdapat dalam ketiga Injil lainnya.
Di Yudea, pada saat itu, wanita memiliki posisi yang rendah dalam masyarakat. Namun, sudut pandang Lukas berbeda dengan penggambaran umum terhadap wanita pada zaman itu. Lukas menulis narasi kelahiran Yesus yang ditulisnya dari sudut pandang Maria. Ia juga menulis tentang Elizabeth, tentang Hana, tentang Janda di Nain, tentang wanita yang mengurapi kaki Yesus di rumah Simon, serta menggambarkan Maria, Marta, dan Maria Magdalena.
Undangan bagi Para Orang Non-Yahudi
Tampaknya, tulisan Lukas ditujukan terutama bagi orang-orang non-Yahudi, meskipun tidak seluruhnya. Ia menulis Injilnya dengan cara yang lebih mudah untuk dibaca oleh orang-orang non-Yahudi. Penanggalan romawi untuk mengidentifikasi Kaisar dan Gubernur Romawi serta penggunaan istilah Yunani yang sepadan dengan istilah Ibrani asli membuat tulisan Lukas menjadi lebih mudah dipahami oleh orang-orang Yunani. Lukas juga tidak menggunakan kata "rabi" (guru - Red.) yang digunakan oleh orang Yahudi, melainkan kata dalam bahasa Yunani yang berarti "tuan". Selain itu, dalam silsilah Yesus Kristus, ia menelusurinya sampai kepada Adam, dan tidak hanya sampai kepada Abraham saja seperti dalam Matius.
Perbedaan-perbedaan tersebut mengisyaratkan bahwa Lukas kemungkinan besar menulis Injilnya agar menjadi mudah dibaca oleh orang-orang non-Yahudi sehingga mereka menjadi lebih mudah mengenal Yesus dan ajarannya. Para ahli juga menegaskan bahwa Lukas merupakan Injil yang paling mudah dipahami dibanding ketiga Injil lainnya.
Lukas, Sang Sejarawan yang Cermat
Lukisan Lukas sang penginjil melukis Maria
Tampaknya, Lukas menulis Injilnya sekitar tahun 60-61 M, kira-kira 30 tahun setelah kematian Kristus, sementara Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 63. Lukas sendiri bukanlah saksi mata atas pekerjaan-pekerjaan dan ajaran-ajaran Yesus yang luar biasa, melainkan mengumpulkannya dari kesaksian para saksi mata yang lain (Lukas 1:1-2). Hal ini terlihat pada pernyataannya: "yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman" (Lukas 1:2). Narasumber yang cerita-cerita dan kisah-kisahnya menjadi objek pendengarannya yang saksama adalah kedua belas murid Yesus dan Paulus.
Salah satu keistimewaan Injil Lukas adalah fakta bahwa kitab ini memiliki bahan-bahan yang tidak ditemukan dalam ketiga Injil lain. Hal itu menunjukkan bahwa Lukas mencari dan mewawancarai saksi mata yang lain untuk peristiwa-peristiwa yang dicatatnya. Sebagai seorang sejarawan, Lukas adalah seorang pribadi yang amat teliti. Hal tersebut tampak dalam pemberian penanggalan atas munculnya Yohanes Pembaptis dengan mereferensikan ulang enam penanggalan kontemporer (lihat Lukas 3:1-2). Kecenderungannya akan ketepatan merupakan ciri khas dalam tulisan-tulisan Lukas.
Dalam Kisah Para Rasul, Lukas mengonfirmasi bahwa apa yang diajarkan dan diterapkan Yesus merupakan hal yang juga diajarkan dan diterapkan oleh para rasul dan gereja mula-mula. Selain menulis keterangan dari para saksi mata, Lukas sendiri juga turut mengambil bagian di dalam beberapa peristiwa yang dicatatnya. Bersama Paulus, ia melakukan perjalanan misionarisnya yang kedua dan ketiga, yang nampak dalam Kisah Para Rasul 16:10, pada kata ganti orang "kami". Hal yang sama juga nampak dalam Kisah Para Rasul 28:10-16; 30-31 saat ia melakukan perjalanan bersama Paulus ke Roma selama dua tahun dan ketika Paulus sedang berada dalam tahanan rumah. Selama itu, Lukas menggunakan setiap kesempatan untuk mencatat banyak kisah dan kesaksian mula-mula untuk dituliskannya dalam kitab Kisah Para Rasul.
Pelajaran-Pelajaran dari Lukas
Banyak hal dapat kita pelajari dari Lukas. Dari ketekunan dan ketelitiannya dalam narasi tentang Kristus dan para rasul, kita dapat melatih kepedulian dalam cara kita berbicara dan menulis tentang orang lain. Kehatian-hatian itu selaras dengan Efesus 4:15, yang menyatakan agar kita "berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih".
Dari sifatnya yang menyeluruh dan komprehensif, serta teguh dalam komitmen pada kebenaran, kita dapat meneladani sikapnya untuk tidak mengasumsikan segala sesuatu, melainkan untuk memeriksa segala sesuatu dengan teliti. Catatan Lukas tentang orang-orang Yahudi di Berea merupakan contoh yang baik, karena mereka, "menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian" (Kisah Rasul 17:11).
Kita perlu meneladani pribadi Lukas yang merupakan pribadi yang berpendidikan, seorang dokter, dan seorang penulis, dengan selalu mendidik diri kita sendiri. Sepatutnya sebagai orang Kristen, kita tidak menganggap diri kita sudah mengetahui segala sesuatu.
Lukas, teman Paulus yang setia
Hal terakhir yang perlu kita teladani dari Lukas adalah kesetiaannya kepada Allah, kepada Yesus, kepada firman-Nya, dan kepada para Rasul. Ia adalah teman Paulus yang setia dan loyal, yang terus mendampinginya dalam masa senang maupun sukar. Ini adalah kualitas pribadi yang perlu ditumbuhkan dalam diri setiap orang Kristen. (t/Odysius)
TAHUKAH ANDA?
KEISTIMEWAAN INJIL LUKAS
Ditulis oleh: N. Risanti
Lukas diduga berasal dari Antiokhia, sebuah kota di Suriah. Kemungkinan, ia adalah seorang budak karena pada zaman itu para budak dididik dalam pengobatan sehingga keluarga akan memiliki dokter di rumah. Latar belakangnya sebagai budak ini diduga juga menjadi alasan mengapa Injilnya begitu kental dengan nuansa sosial, sesuatu yang mungkin tidak akan dirasakan oleh pribadi yang tidak dekat dengan situasi yang penuh dengan pergumulan.
Injil Lukas memiliki materi yang paling berbeda dengan kitab Injil lainnya, baik dalam hal isi, gaya bahasa, penekanan, maupun sasaran pembaca. Injil ini menjadi kitab yang memiliki catatan terlengkap mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus dari menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya ke surga, sekaligus juga sebagai kitab yang terpanjang dalam PB. Isi dalam Injil Lukas pun lebih menekankan Yesus sebagai Juru Selamat dunia, yang menawarkan penebusan kepada semua orang tanpa memandang ras, gender, maupun tingkat sosial. Perhatikan bahwa Lukas banyak menuliskan tentang perhatian Yesus kepada mereka yang tertindas dan dipinggirkan dalam sistem masyarakat Yahudi pada waktu itu (wanita, orang non-Yahudi, pemungut cukai, dan orang-orang miskin). Hanya Injil Lukas yang menyatakan, "Berbahagialah mereka yang miskin," dalam ucapan bahagia Khotbah Yesus di bukit sementara Matius menyatakannya dengan cara, "Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah."
Injil Lukas juga merupakan kitab yang memiliki gaya bahasa sastra paling baik di antara ketiga Injil lainnya. Hal tersebut disebabkan karena kosakata yang kaya serta penguasaan Lukas dalam bahasa Yunani yang amat baik. Pola pikirnya sebagai seorang yang terpelajar tentu saja juga berpengaruh pada gaya bahasa yang tertata serta ketelitian yang mendalam dalam Injil Lukas. Namun, di atas semua itu, bersama-sama dengan penulis Injil lainnya, Lukas menjadi pribadi yang dipakai secara luar biasa oleh Tuhan untuk menyatakan karya keselamatan-Nya bagi manusia. Melaluinya, banyak orang mengenal Yesus dan menerima anugerah dari penebusan-Nya.
|