Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/145

Berita PESTA edisi 145 (31-7-2019)

Juli 2019

Juli 2019
 
SABDA PESTA
Berita PESTA -- Edisi 145, Juli 2019

DAFTAR ISI

 
EDITORIAL

Salam kasih dalam Kristus,

Menjadi sahabat Kristus adalah ungkapan yang membahagiakan dan membanggakan. Namun, di balik itu ada tanggung jawab besar dalam mengemban peran sebagai sahabat Kristus. Ada tiga hal penting yang dibahas dalam artikel Berita PESTA kali ini, yang berjudul Sahabat Kristus. Kiranya dapat menjadi bahan perenungan bagi kita.

Selain informasi seputar pelayanan PESTA, Berita PESTA bulan ini menyajikan sesuatu yang baru, yaitu kolom Kesaksian dan Blog. Kolom ini akan diisi dengan tulisan-tulisan dari rekan-rekan alumni PESTA untuk membagikan berkat yang sudah mereka terima. Karena itu, silakan kirim kesaksian maupun blog Anda kepada kami agar dapat menjadi berkat bagi para pembaca Berita PESTA lainnya. Kami tunggu! Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi Berita PESTA,
Mei Mei
Situs PESTA
 
BERITA PESTA & POKOK DOA

1. Penutupan Kelas Pengantar Perjanjian Lama (PPL) Periode Juni/Juli 2019

Penutupan Kelas PPL

Puji Tuhan! Kelas PPL 2019 telah berlangsung dengan baik. Dari 22 peserta yang mengikuti kelas ini, 12 peserta dinyatakan lulus. Kelas PPL ini memang sedikit sulit dari kelas-kelas yang lain karena membicarakan dunia Perjanjian Lama secara komprehensif dengan pembelajaran yang kompleks. Beberapa peserta menyampaikan bahwa ada hal-hal seputar Perjanjian Lama yang baru mereka ketahui dalam kelas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Feronica Se dan Sdr. Danang Dwi Kristanto yang telah menjadi moderator tamu dalam kelas ini. Marilah berdoa kepada Tuhan Yesus agar melalui kelas ini para peserta semakin mengerti dan memahami betapa pentingnya mempelajari firman Tuhan mulai dari Perjanjian Lama sehingga mereka dapat melihat firman Tuhan secara utuh. Pada akhirnya, kami mengucapkan selamat bagi peserta yang lulus. Bagi yang belum lulus, jangan patah semangat! Anda masih dapat mengikuti kelas ini dalam kesempatan berikutnya. Terima kasih.

Rangkuman Diskusi PPL Juni/Juli 2019

2. Kelas Pembentukan Rohani Kristen (PRK) Periode Juli/Agustus 2019

Informasi Kelas PRK

Kami bersyukur kepada Tuhan karena kelas PRK 2019 dapat berlangsung pada bulan ini dengan 26 peserta. Kiranya setiap materi yang sudah dipelajari dan tugas-tugas tertulis yang dikerjakan peserta dapat menolong mereka untuk saling berbagi berkat. Mari berdoa agar Tuhan memberikan hikmat kepada para moderator yang memfasilitasi jalannya kelas ini. Kiranya Tuhan juga menolong setiap peserta agar dapat mengikuti diskusi sampai selesai dan dapat menjadi pribadi yang bertumbuh secara dewasa dalam mengiring Tuhan. Amin.

3. Kelas Dasar-Dasar Iman Kristen (DIK) 2019 Dibuka Kembali

Pendaftaran Kelas DIK

Pada semester II 2019, PESTA kembali membuka kelas DIK. Melalui kelas ini, peserta akan mendapat banyak pengetahuan dasar tentang doktrin-doktrin Kristen yang sangat penting. Topik-topik yang akan dibahas, antara lain: penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, hukuman dosa, dan keselamatan dalam Kristus. Proses belajar dalam kelas diskusi ini sangat menarik karena setiap peserta akan "berjumpa" dengan banyak peserta lain dari berbagai tempat dan latar belakang sehingga kita bisa saling melengkapi dan menajamkan dalam proses belajar firman Tuhan.

Kelas DIK juga merupakan kelas WAJIB yang harus diikuti oleh peserta yang ingin mengikuti kelas-kelas lanjutan PESTA. Saat ini, pendaftaran untuk kelas DIK September/Oktober 2019 telah dibuka. Segeralah mendaftar karena kelas akan dimulai pada 17 September 2019. Jika Anda tertarik untuk mengikuti kelas diskusi ini dan ingin mengajak teman-teman Anda lain untuk bergabung, segera mengontak kami melalui tautan berikut ini.

KESAKSIAN: KESAKSIAN PESERTA KELAS PPL 2019

Kelas PPL telah usai dan berjalan dengan baik. Berikut beberapa kesaksian/testimoni peserta yang telah lulus kelas Pengantar Perjanjian Lama (PPL) 2019.

1. Reinhard Yeremia (Surabaya)

Reinhard Yeremia

Shalom, belajar Pengantar Perjanjian Lama menuntun saya untuk menyadari bahwa kasih Allah tetap sama, dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Saya juga belajar bagaimana Tuhan menuntun dan menyertai umat pilihan-Nya. Kelas ini sangat menantang karena perlu ketekunan untuk memahami setiap materi PL, yang budayanya tidak sama dengan dengan keadaan kita saat ini. Namun, salut kepada tim moderator yang memberikan rangkuman materi sehingga saya sebagai jemaat awam tertarik belajar poin-poin penting terkait PL, seperti bagan-bagan yang menurut saya cukup sistematis serta peta-peta yang membantu kita memahami materi PPL ini.

2. Wiwid Widodo (Cimahi)

Wiwid Widodo

Mengikuti diskusi PESTA PPL merupakan pengalaman baru bagi saya karena saya bukan berlatar belakang pendidikan teologi. Ketika mencoba menjawab pertanyaan diskusi yang kritis, saya perlu menilik sumber-sumber bacaan di luar modul yang telah diterima sehingga saya belajar kembali dalam menggali keberadaan latar belakang Perjanjian Lama. Selain itu, saya dibantu dengan diskusi dan jawaban rekan-rekan diskusi untuk menetapkan ulang pemahaman yang benar sekitar pemahaman PL. Ibarat "terameter", diskusi PESTA menolong saya untuk "menera" ulang pemahaman Alkitab saya sekitar PL supaya saya berada dalam pemahaman benar tentang Alkitab. Terima kasih atas pelayanan PESTA dalam seluruh diskusi yg berjalan. Tuhan Yesus memberkati pelayanan PESTA dan biarlah nama Tuhan Allah Tritunggal dimuliakan senantiasa. Amin.

BLOG PESERTA: DASAR DAN BERKAT

Oleh: Rudi Adi Cahyono (Jember)

Saya lahir di keluarga Kristen, saya hidup di lingkungan non-Kristen. Namun, merasa baru mengenal Kristus setelah usia saya mencapai kepala 4. Ironis memang, tetapi inilah fakta kehidupan Kristen dalam diri saya.

Rudi Adi Cahyono

Meskipun kedua orangtua saya Kristen, tetapi pengenalan akan kekristenan sangat tidak memadai sehingga membuat saya jatuh dalam rupa-rupa pencobaan duniawi. Yang saya terima sedari kecil hingga menginjak usia 28 tahun hanyalah agama Kristen. Salah satu agama minoritas di negara ini. Sebagai minoritas, saya sudah sering mendapat perlakuan diskriminatif dan bullying, bahkan sejak saya duduk di sekolah dasar. Hanya karena takut kepada orang tua yang membuat saya tetap berada pada agama ini.

Ketika saya mulai beranjak dewasa, saya menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk di dalamnya adalah persoalan ekonomi. Kerja keras sudah, taat ke gereja sudah, tetapi saya masih merasa dalam kekurangan dan ketidakbahagiaan. Mana janji-janji gereja melalui orang tua saya yang selalu bilang "rajinlah ke gereja nanti Tuhan pasti memberikan berkat"?

Baca selengkapnya »

 
ARTIKEL: SAHABAT KRISTUS

Orang yang paling kasihan adalah orang-orang yang tidak berani mengambil keputusan yang besar. Di satu sisi, kita yang sudah percaya tidak bisa hidup dalam dosa. Namun, di sisi lain, kita tidak mau berkurban untuk Tuhan. Kita tidak mau berkubang dalam dosa, tetapi kita tidak sungguh-sungguh menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Kristus. Ini adalah keadaan yang menyedihkan, tetapi sayangnya banyak orang Kristen yang hidup demikian. Tuhan Yesus berkata (lihat Yohanes 15:9-11): "Tinggal di dalam kasih-Ku dan sukacita-Ku akan memenuhi engkau."

Kali ini kita akan merenungkan Yohanes 15:12-15. Ini adalah farewell discourse ketika Tuhan Yesus terus mendorong murid-murid-Nya untuk taat dan hidup dalam kebenaran Tuhan. Khususnya, perintah-Nya untuk mengasihi satu sama lain sehingga kita sungguh-sungguh mengerti dan mengalami anugerah Tuhan dalam ketaatan kita kepada-Nya.

Gambar: Sahabat

Tema dari Yohanes 15:13-15 adalah "Sahabat Kristus", ayat-ayat ini mengatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."

Alkitab terjemahan Indonesia dengan tepat menggunakan istilah sahabat. "Sahabat" itu lebih daripada friend; kata sahabat lebih menggambarkan realita sebagai teman yang sangat-sangat dekat. Di dalam konteks bacaan ini, kedekatan itu seperti kedekatan ranting-ranting kepada pokok anggurnya.

Apa artinya menjadi sahabat Kristus? Ada tiga hal yang kita dapat renungkan melalui pertanyaan ini.

1. Menjadi Sahabat Kristus berarti menerima pemberian yang terindah dan berharga.

Dalam Yohanes 15:13 Yesus berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Kalau Saudara memperhatikan ayat ini, ada sesuatu yang sangat menarik: betulkah tidak ada kasih yang lebih besar daripada seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya? Bukankah kalau kita memberikan nyawa kita kepada musuh kita, itu adalah kasih yang lebih besar daripada memberikannya kepada sahabat kita? Pemikiran ini sebenarnya juga ada di Roma 5:6-10. Saudara melihat dalam Roma 5:6, "Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka", dan juga Roma 5:10 menegaskan, "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya". Bukankah mati untuk musuh kita, semakin jelek dan jahatnya musuh kita, adalah kasih yang lebih besar daripada mati untuk sahabat kita.

Ini adalah suatu contoh bahwa kita memiliki pre-conception (asumsi). Setiap kali kita membaca Alkitab, kita memiliki pre-conception. Sangat bagus kalau kita membongkar pre-conception kita. Kebenaran Alkitab tidak hanya memberikan informasi, tetapi bisa membongkar asumsi-asumsi kita, membongkar hidup kita. Kalau Saudara membaca Alkitab dan belum mengalami hal ini, Saudara belum betul-betul mendalami Alkitab. Dengan membaca Alkitab secara dalam, banyak asumsi hidup kita yang salah, yang akan dibongkar.

Gambar: Quote Bina Anak

Dalam hal di atas, ada asumsi yang tidak salah karena itu ada dalam Roma 5. Namun, kalau kita memakai konsep dari Roma 5, bagaimana Kristus mati untuk musuh-musuh-Nya dan menerapkan asumsi yang sama dalam Yohanes 15, kita melakukan hal yang salah. Kita harus berpikir lebih dalam mengenai apa yang dimaksud Yohanes dalam Yohanes 15 ini. Kita dapat melihat Yohanes 15 dengan sudut pandang yang salah. Kita bisa terjebak dengan berfokus pada kata "sahabat-sahabat-Nya", dan mengontraskannya dengan "musuh-Nya". Akan tetapi, ayat ini bukan memfokuskan pada "sahabat-sahabat-Nya", melainkan pada kata "memberikan nyawa-Nya". Kalau fokusnya adalah pada perbandingan antara kata sahabat dan musuh, maka jelas kasih untuk musuh adalah lebih besar daripada kasih untuk sahabat. Namun, fokusnya bukan itu. Fokusnya adalah perbandingan antara memberi secangkir air atau memberi nyawa kepada sahabat kita. Dalam bagian Alkitab yang lain, Yesus juga mengatakan (lihat Matius 25:35-42), "Jika engkau memberi minum kepada seorang yang hina ini engkau telah memberikannya untuk Aku." The greater love jelas menunjukkan bahwa menyerahkan nyawa kepada seorang sahabat adalah jauh lebih besar daripada memberikan secangkir minum kepada seorang sahabat. Jadi, yang disebut sebagai "tidak ada kasih yang lebih besar" adalah kasih apa yang dapat Kristus berikan kepada sahabat-sahabatnya, yaitu Dia memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. Jadi, Kristus mengasihi sahabat-sahabat-Nya dengan kasih yang terbesar. Apa yang Kristus kerjakan di sini adalah sesuatu yang ultimate bagi sahabat-sahabat-Nya.

Kita patut bertanya kepada diri kita sendiri, apakah saya adalah sahabat Kristus? Kalau Anda sungguh-sungguh sahabat Kristus, maka Dia telah memberikan nyawa-Nya kepadamu. Tidak ada yang lebih besar yang bisa Kristus lakukan bagi kita.

Alkitab mengatakan (Roma 8:32) "Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang telah menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" Jikalau kita adalah sahabat Kristus, maka biarlah kita menyadari bahwa Dia sudah memberikan pemberian yang terbaik bagi kita, yaitu nyawa-Nya sendiri.

2. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

Tuhan Yesus kemudian menyatakan arti dari "sahabat" (Yohanes 15:14).

"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Kita harus mengerti dengan tepat arti ayat ini, khususnya kata "jikalau" dalam ayat ini. Kalau kita mengerti kata "jikalau" ini dengan tepat, maka ini adalah Injil yang begitu indah. Akan tetapi, kalau kita mengaitkan kata "jikalau" ini dengan salah, maka kita bukan mendapatkan ajaran Injil, tetapi ajaran bidah. Kalau kita membaca sekilas kita bisa jatuh kepada kesalahan yang sangat fatal.

Kita bisa mengerti Yohanes 15:14 dengan dua pengertian:

  • Kata "jikalau" bisa dimengerti sebagai suatu kondisi/syarat. Secara sekilas kita bisa mengerti secara demikian: kita melakukan apa yang Yesus perintahkan adalah menjadi syarat kita menjadi sahabat Kristus, dan dengan menjadi sahabat Kristus kita dapat menerima manfaat kematian Kristus. Secara pengertian sehari-hari kita bisa mengambil contoh ini: jikalau kamu bisa menjuarai kompetisi di sekolah kamu bisa mengikuti kompetisi antarsekolah. Jadi, juara kompetisi di sekolah menjadi syarat mengikuti kompetisi antarsekolah. Ketika kita mengerti ayat ini dengan pengertian ini, maka akan ada problem karena menjadi sahabat Yesus ada syaratnya.
  • Kata "jikalau" bisa dimengerti sebagai akibat. Contoh sehari-hari untuk pengertian ini adalah jikalau demammu tidak turun-turun selama tiga hari berarti kamu mengalami infeksi. Artinya, demammu itu bukan syarat, tetapi bukti atau akibat kamu mengalami infeksi. Ini adalah pengertian yang tepat dari Yohanes 15:14. Menaati perintah Tuhan adalah bukti dan akibat bahwa kita adalah sahabat Kristus. Mengapa kita bisa mengambil kesimpulan ini? Yohanes 15:12 mengonfirmasi kesimpulan ini, "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." Dalam Yohanes 15:14, kata "perintah" adalah perintah untuk saling mengasihi, tetapi dalam Yohanes 15:12, Yesus menegaskan perintah untuk saling mengasihi adalah "seperti Aku telah mengasihi kamu". Ini berarti, kita menjadi sahabat Kristus dan menerima manfaat kematian-Nya bukan karena kita mengasihi Tuhan kita, tetapi karena Kristus telah mengasihi kita dan telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Kristus sebagai sahabat kita telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, maka sebagai hasil dan akibatnya kita akan berbuat apa yang Kristus perintahkan kepada kita.

Bukan karena ketaatan kita dalam mengasihi maka Kristus mengasihi kita, melainkan karena Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu, maka akibatnya adalah kita harus mengasihi saudara-saudara kita.

Apakah engkau sahabat Kristus? Kalau engkau sahabat Kristus, engkau telah menerima pengorbanan terbesar Kristus. Artinya, Kristus telah mengasihi engkau terlebih dahulu sebelum engkau mengasihi Dia. Kristus menegaskan di sini, kalau engkau sahabat Kristus, maka engkau akan mengasihi saudara-saudaramu, seperti Kristus telah mengasihi kita dan telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.

Inilah perintah Tuhan bagi kita, bukan suatu perintah yang diberikan supaya kita taat dan supaya kita menerima kasih. Akan tetapi, karena Dia sudah mengasihi kita, maka kita patut mengasihi saudara-saudara kita.

Ada banyak orang di luar gereja yang belum mengalami kasih Kristus, kalau kita sudah mengerti kasih Kristus dan kita adalah sahabat Kristus, maka kita akan pergi membagikan kabar baik itu kepada orang-orang di sekitar kita.

Ada suatu film yang berjudul Tortured for Christ, suatu film yang sangat menggerakkan hati. Film ini adalah film true-story tentang Richard Wumbrand, seorang Kristen yang ditangkap oleh pemerintah komunis Romania waktu itu. Banyak orang Kristen yang ditangkap dan disiksa, ada banyak cerita yang sangat luar biasa. Ada suatu momen yang sangat menggerakkan hati. Ketika istrinya sudah disiksa sedemikian rupa dan anaknya juga sudah mati, dan dia sendiri sudah disiksa dengan segala cara. Dengan kepala di bawah dan dihajar telapak kakinya sampai begitu kesakitan. Namun, setiap kali dia masuk ke selnya, dia terus berdoa, dan tidak melakukan kekerasan apapun dan hanya terus berdoa. Namun, hal ini membuat orang komunis gila. Setelah mereka menyiksa orang-orang Kristen, mereka melihat orang-orang Kristen masih berdoa, dan ini membuat mereka marah sekali. Suatu kali, setelah mereka menghajar Richard Wumbrand, mereka melihat dia berdoa, dan mereka bertanya, "Kamu sedang berdoa untuk apa? Mengapa masih berdoa? Anakmu sudah mati, istrimu sudah mati, engkau sebentar lagi mati, tidak ada Allah. Kamu berdoa untuk siapa?" Kemudian, Richard Wumbrand menjawab, "Saya sedang berdoa untuk kamu." Mereka kaget dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Richard Wumbrand dalam keadaan yang begitu parah masih berdoa bagi mereka yang menganiaya dia.

Inilah kekuatan dari sahabat-sahabat Kristus. Betapa Kristus mengasihi orang-orang Kristen ini, dan sudah menyerahkan nyawa-Nya. Kasih-Nya itu menggerakkan hati orang-orang Kristen ini untuk mengasihi bahkan orang-orang yang menganiaya mereka.

3. Persahabatan dengan Kristus tidak bersifat timbal balik (reciprocal)

Persahabatan kita sebagai sahabat Kristus tidak bersifat timbal balik (reciprocal) atau setara. Kita disebut sebagai sahabat Kristus; Yohanes 15:14, "kamu adalah sahabat-Ku"; Yohanes 15:15, "Aku menyebut kamu sahabat"; dan banyak bagian Alkitab yang lain menyebutkan kita sebagai sahabat Kristus. Akan tetapi, tidak pernah Alkitab menyebutkan Kristus adalah sahabat kita.

Mengapa demikian? Meskipun ada kebenaran di dalam kalimat Kristus adalah sahabat kita, apalagi yang dipopulerkan dalam beberapa lagu rohani, seperti What A Friend We Have in Jesus. Namun, Alkitab tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus adalah sahabat kita. Meskipun itu tidak salah, tetapi kita harus mengertinya dengan tepat. Persahabatan kita dengan Kristus adalah persahabatan yang tidak sejajar, persahabatan yang tidak bersifat reciprocal.

Gambar: Orang Samaria yang baik hati

Kalau kita melihat Yohanes 15:14, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Kalau saudara terapkan ini kepada sahabatmu sekarang, maka saudara akan sadar bahwa ini tidak equal. Saudara tidak akan mengatakan kepada teman saudara, kamu adalah sahabatku kalau kamu menuruti apa yang kuperintahkan kepadamu. Seorang sahabat justru tidak mengatakan itu. Apalagi kita tidak mengatakan kalimat itu kepada Tuhan. Dengan demikian, kita boleh mengerti bahwa persahabatan kita dengan Kristus adalah persahabatan yang real, yang sejati, tetapi tidak equal. Ini adalah persahabatan yang unik, yang satu-satunya bisa terjadi antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya.

Ada paling sedikit lima keunikan dari persahabatan Kristus dengan kita.

  1. Kristus mengasihi kita dengan kasih yang terbesar; kita tidak mengasihi Kristus dengan kasih yang terbesar.
  2. Kristus memberikan nyawa-Nya bagi kita; kita tidak memberikan nyawa kita kepada Kristus.
  3. Sebagai sahabat Kristus, kita menaati Dia.
  4. Ketaatan kita kepada Kristus bukan ketaatan sebagai budak, melainkan ketaatan sebagai sahabat. Yohanes 15:15 menyatakan, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." Perbedaan budak dan sahabat adalah bukan dalam taat atau tidak taat. Namun, bedanya adalah yang satu taat, tetapi tidak tahu, yang satu lagi adalah taat, tetapi mengerti dan mengasihi sahabatnya. Kristus telah memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang telah Dia dengar dari Bapa, kita tidak memberitahukan segala sesuatu kepada Kristus. Kita adalah sahabat Kristus karena Kristus telah memberikan segala sesuatu yang telah Dia terima dari Bapa. Ini menekankan bahwa ketaatan kita kepada Kristus bukan ketaatan "pokoknya" sebagai budak tanpa pengertian. Akan tetapi, suatu ketaatan dengan pengertian. Salah satu pengertian yang penting ketika kita menaati Tuhan adalah bahwa perintah-perintah Kristus itu adalah baik bagi kita. Ketika kita menaati seperti ini maka kita menaati dengan penuh suka cita dan bukan karena terpaksa. Kalau kita sahabat Kristus, maka Dia memiliki our best interest in His heart. Kita memang harus menaati Dia karena Dia Tuhan dan kita adalah sahabat-Nya, tetapi perintah-perintah-Nya adalah baik bagi kita. Perintah-perintah-Nya adalah untuk memuliakan diri-Nya karena Dia adalah Allah, Raja di atas segala raja. Namun, perintah-perintah-Nya juga adalah untuk kebaikan kita. Sepanjang sejarah, manusia tidak taat kepada Tuhan karena manusia berpikir bahwa perintah-Nya itu adalah seperti perintah kepada budak. Seperti anak yang bungsu dan juga anak yang sulung dalam cerita anak yang hilang; kedua-duanya tidak percaya bahwa perintah bapanya adalah baik bagi mereka. Alkitab menyatakan bahwa ketika kita tidak percaya bahwa Tuhan memiliki our best interest in His heart, kita sudah tertipu oleh setan. Kita adalah sahabat Kristus karena kita tahu Dia mempunyai rencana yang terbaik bagi kita, apalagi yang dapat Dia berikan bagi kita. Biarlah kita menaati Tuhan karena menyadari Dia memiliki hati yang terbaik bagi kita.
  5. Kita diajak masuk ke dalam keluarga Kristus; kita tidak mengajak Yesus ke dalam keluarga kita. Yohanes 15:15 bagian terakhir menyatakan, "Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." Ini adalah Bapa dengan Anak, dan kita adalah sahabat-sahabat dari Anak. Oleh sebab itu, sahabat-sahabat-Nya datang diundang ke dalam rumah Bapa. Oleh karena itu, kita adalah sahabat-sahabat dari Anak, maka kita diajak masuk ke dalam ruang-ruang rumah-Nya, masuk ke dalam meja makan untuk menikmati persekutuan kasih Bapa dengan Anak.

Apakah engkau sahabat Kristus? Biarlah kita sungguh-sungguh menyadari betapa Kristus mengasihi kita, dan segala rencana-Nya bagi kita adalah sesuatu yang baik bagi kita. Saya harap kita semua bisa berkata, "Ya, saya adalah sahabat Kristus!" Kita menyadari bahwa Yesus sudah mati bagi kita. Kita akan taat pada perintah-Nya. Sebagai sahabat-Nya, kita akan mengasihi sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. Khususnya, kita akan mengasihi orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang tidak layak untuk dikasihi, orang-orang yang menyebalkan, dan menyakiti hati kita. Seperti kita yang sudah tidak layak menerima kasih Kristus. Biarlah kita boleh mengasihi sesama kita seperti Kristus telah mengasihi kita.

Audio Sahabat Kristus

Diambil dari:
Nama situs : GRII Melbourne
Alamat situs : http://www.griimelbourne.org/ibadah/kebaktian-minggu/ringkot-details.aspx?id=16654
Judul artikel : Sahabat Kristus
Penulis artikel : Pdt. Budy Setiawan
Tanggal akses : 19 Juli 2019
 

Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr')
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan Berita PESTA.

Redaksi: Mei, Roma, dan Yulia
Kontak | Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2019 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org