Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/26 |
|
Berita PESTA edisi 26 (30-8-2007)
|
|
______________________________________________________________________ BERITA PESTA Edisi 26/Agustus/2007 DAFTAR ISI EDITORIAL BERITA PESTA: 1. Perjalanan Kelas Diskusi PPL Juli/Agustus 2007 2. Kelas Diskusi DIK Periode Agustus/September 2007 Segera Dimulai 3. Promo Kursus Pengantar Perjanjian Baru (PPB) ARTIKEL : Iman dan Realitas: Sebuah Renungan Filosofis APPRECIATION: 1. Selamat Ulang Tahun 2. Ucapan Terima Kasih kepada Donatur KESAKSIAN : Peserta Kelas Diskusi DPA Mei/Juni 2007 1. Sungguh Membantu (Deddy P. Widjaja) 2. Membuka Wawasan (Didik Triyanto) 3. Wajib Belajar Teologia (Eko Sulistiono) 4. Tersentuh (Vonny) SURAT ANDA : PESTA Memperlengkapi Pelayanan ______________________________________________________________________ EDITORIAL Selamat berjumpa lagi dalam kasih Tuhan kita, Yesus Kristus! Berita PESTA bulan ini akan menyajikan beberapa berita menarik, yaitu jalannya kelas Pengantar Perjanjian Lama (PPL) yang saat ini sedang berlangsung, kelas Dasar-dasar Iman Kristen (DIK) yang akan dibuka Agustus/September 2007, dan kelas Pengantar Perjanjian Baru (PPB) yang akan dibuka pada periode Oktober/November 2007. Dari kolom artikel, kami menyajikan satu renungan singkat tentang Iman dan Realitas. Kami berharap renungan ini membangun pertumbuhan iman kita. Tak ketinggalan, simak juga kesaksian dari para peserta kelas Dasar Pengajaran Alkitab (DPA) yang telah berlangsung bulan Juli yang lalu. Akhir kata, kami pengurus PESTA mengucapkan syukur karena pertolongan Tuhan yang terus kami rasakan sehingga kelas-kelas PESTA bisa terlaksana dengan baik. Soli Deo gloria! Dalam kasih-Nya, Redaksi Berita PESTA, Pipin Kuntami ______________________________________________________________________ BERITA PESTA 1. PERJALANAN KELAS DISKUSI PPL JULI/AGUSTUS 2007 Setelah sempat mengalami pergantian jadwal kursus, akhirnya kelas Pengantar Perjanjian Lama (PPL) dibuka untuk periode Juli/Agustus 2007. Sebanyak 24 peserta tercatat mengikuti kelas ini. Jumlah tersebut sudah termasuk alumni DIK yang baru saja lulus dari periode Mei/Juni 2007. Setelah masing-masing peserta memperkenalkan diri, kelas diskusi PPL pun dimulai pada 6 Agustus 2007. Sampai berita ini diturunkan, kelas diskusi masih berlangsung dan diharapkan akan berakhir pada awal September 2007 mendatang. Sejumlah peserta sempat mengalami kendala dalam mengikuti kelas ini. Di antaranya ada yang harus mengurus kepindahan tempat tinggal, ada yang mengalami kerusakan komputer, termasuk yang sibuk dalam pekerjaannya. Jika Anda ingin mendengar kesaksian tentang berkat-berkat yang mereka terima selamat mengikuti kelas PPL ini, silakan menyimak edisi Berita PESTA bulan September. Adapun perjalanan selama berlangsungnya kelas diskusi PPL ini dapat disimak di: ==< http://www.pesta.org/diskusi_ppl0707 2. KELAS DISKUSI DIK PERIODE AGUSTUS/SEPTEMBER 2007 SEGERA DIMULAI Sebagai kelas dasar yang wajib diikuti, kursus DIK juga mendapat perhatian yang sangat positif. Minat untuk mengikuti kelas dasar ini ditunjukkan dari mereka yang mendaftar melalui situs PESTA Online. Bahkan mereka yang sempat mendaftar pada periode-periode sebelumnya, namun belum sempat menjadi peserta diskusi, kini turut berbagian pada periode Agustus/September 2007 ini. Ada 26 peserta yang terdaftar dalam kelas diskusi ini. Kali ini pun, kelas ini diikuti oleh peserta yang berdomisili di luar negeri -- ada dua peserta yang berasal dari Amerika Serikat. Diskusi akan dimulai awal September ini. Ingin tahu siapa saja yang menjadi peserta kelas diskusi DIK periode Agustus/September 2007 ini? Silakan kunjungi: ==< http://www.pesta.org/peserta_dik0807 3. PROMO KURSUS PENGANTAR PERJANJIAN BARU (PPB) Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, kelas terakhir yang akan diselenggarakan PESTA pada tahun 2007 adalah kelas Pengantar Perjanjian Baru (PPB) periode Oktober/November. Kelas PPB akan mengajak Anda untuk mempelajari latar belakang politik, sosial, budaya, dan agama sekitar zaman Perjanjian Baru (PB), yaitu zaman ketika Tuhan Yesus dan rasul-rasul masih hidup. Kanonisasi PB dan latar belakang sejarah gereja pun akan menjadi bagian dalam pelajaran kelas ini. Pelajaran yang ditawarkan dalam kelas PPB ini sangatlah penting karena akan memperkaya wawasan kita dalam memberikan interpretasi (penafsiran) terhadap isi kitab-kitab PB. Maka dari itu, kami mengundang para peserta PESTA yang telah lulus dari kelas Dasar-dasar Iman Kristen (DIK) untuk mengikuti kursus lanjutan ini. Bagi yang tertarik silakan menghubungi Sdri. Pipin pada alamat berikut. ==< > pipin(at)in-christ.net < ______________________________________________________________________ ARTIKEL IMAN DAN REALITA: SEBUAH RENUNGAN FILOSOFIS Oleh: Riwon Alfrey "... dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus ..." (Efs. 6:1-18). Iman dan kenyataan sering dianggap sebagai dua hal yang berbeda. Iman dipahami sebatas "urusan surga", sedangkan realitas ada di "dunia yang lain". Sulit untuk mengharmoniskan kedua tema ini; bahkan seperti pepatah: "Gatal di kepala, menggaruk di kaki". Tidak ada hubungan sama sekali! Benarkah? I. Iman Iman memiliki tiga implikasi umum yang bermakna eksklusif, sebagaimana dikemukakan berikut ini. (1) Memercayai. Memercayai mengandung beberapa tindakan yang diharapkan atau bertindak secara spesifik yang berpotensi memberikan pengaruh atau kemungkinan menyebabkan perubahan; baik terdeteksi, maupun tidak. (2) Memercayai tanpa alasan. Memercayai menurut kata hati atau memercayai atas dasar pengharapan. (3) Memercayai berdasarkan bukti-bukti. Dalam banyak kasus, iman didasarkan pada penafsiran yang tidak nyata (perasaan dan emosi) ketimbang kenyataan ilmiah. Dalam terminologi modern, "iman" sama dengan sistem agama; bukan misteri. Secara teologis, iman memiliki dua pengertian utama. (1) Assensus (mengakui) Pengertian ini biasanya dikaitkan dengan pengakuan secara umum dan alamiah tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Biasanya konsisten dengan alasan-alasan yang rasional. (2) Fiducia (memercayai) Pengertian ini sangat khusus, yaitu percaya kepada Bapa, Putra, dan Roh kudus -- "Allah Yang Immanen". Pengertian ini adalah puncak nasihat Kitab Suci dan pengalaman kehidupan rohani orang Kristen. Artinya apa yang dipercayai (seharusnya) berbanding lurus dengan sikap-sikap utama. Kepercayaan menentukan sikap! Cakupan iman adalah: (1) intelek, yang merupakan kemampuan pengetahuan dan kecerdasan; (2) hati, yang menjadi pusat emosi dan intuisi; (3) kehendak, yang mengandung kesanggupan memilih dan kesadaran membuat keputusan yang tegas; (4) perilaku, yaitu aksi dan reaksi dalam pengertian tindakan dan sikap. II. Realita Realita adalah keadaan sesuai kenyataan. Istilah ini bermakna luas, termasuk segala sesuatu yang ada, apakah dapat diselidiki atau sesuatu yang bertentangan dengan pengetahuan, filsafat, atau sistem. Realita dalam pengertian ini bisa termasuk keberadaan atau kenihilan. Dalam perenungan ini, realita yang dimaksud adalah "keadaan atau situasi yang sedang terjadi". Semua orang yang hidup dalam sistem ini adalah objek utama dari pengertian ini. Mereka yang hidup (menganut) sistem ini adalah lawan nyata yang sedang dihadapi. Realita dominan yang berpengaruh hari ini adalah "kekuatan-kekuatan" ideologi (idea; ideology), cara pandang (worldview) tentang hidup, dan sikap (behaviour) yang bertentangan dengan sistem iman dan telah merasuk banyak orang. Orang percaya akan berhadapan dengan falsafah-falsafah, ideologi-ideologi, dan pola-pola tingkah laku yang cenderung merongrong kehidupan rohaninya. Realita yang dimaksud dapat dilihat, seperti (1) penekanan pada rasio dan rasionalisme yang tanpa batas, (2) individualisme, (3) oportunis atau prospektif, dan (4) relativisme nilai atau kebenaran. Secara efektif, semua gejala ini akan menjadi sebuah "kekuatan penguasa angkasa" yang hampir tidak dapat dideteksi pengaruhnya. Realitas ini akan menguji keutuhan iman yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. III. Apa Hubungan Iman dan Realita? Menurut kitab suci, iman adalah "perisai", "senjata Allah", "kekuatan", "kuasa", dan sebagainya yang bersumber dari Allah dan dikhususkan bagi orang percaya. Penekanan iman terletak pada kapasitasnya yang bisa menjadi media perantara "Allah dan manusia", kekuatan yang "mengalahkan dunia", "penguasa-penguasanya", dan "sistem-sistem dunia ini". Kapasitas ini telah Allah percayakan kepada umat-Nya melalui iman. Dan melalui iman, ada dua tugas yang harus dikerjakan, yaitu (1) menghadapi realitas dan (2) mengefektifkan iman. 1. Iman Harus Berhadapan dengan Realita Bukan tanpa alasan jika dikatakan bahwa iman itu mencakup entitas kecerdasan, perasaan, kehendak, dan tingkah laku. Cakupan ini mengindikasikan adanya suatu realitas yang akan dihadapi. Musuh iman yang dominan justru bersumber dari ketidakharmonisan entitas-entitas ini karena harus "bertarung" dari dua kutub, yakni "kutub ilahi" dan "kutub duniawi". Kutub ilahi dapat bermakna orang beriman, sedangkan kutub duniawi adalah manusia duniawi yang hidup dengan sudut pandang duniawi. Kehidupan duniawi ini sangat dominan memengaruhi pandangan dunia ini dan banyak "orang yang hidup di dalamnya". Iman harus berhadapan dengan realitas dunia yang memang "bukan surga"! Realitas dunia yang harus dihadapi dan dilawan mencakup empat butir yang dijelaskan di bawah ini. a. Rasionalitas Realitas ini identik dengan kecerdasan dan logika. Segala sesuatu harus direspons dengan intelektual dan logika. Iman kita sebenarnya bersifat misteri, tidak rasional dan sangat pribadi. Tetapi sesuatu yang misteri ini diperhadapkan dengan logika. Meskipun iman merupakan pengalaman pribadi, Allah memperlengkapi orang percaya dengan iman intelek. Kitab Suci mengusulkan Daniel dan teman-temannya sebagai contoh. Contoh lainnya bisa dilihat pada Tomas. Oleh sebab itu, Pengamsal memberikan peringatan: "Takut akan Tuhan itu permulaan pengetahuan" (Ams. 1:7). Jadi, realitas rasionalitas harus dilawan dengan iman dalam entitas intelek. Karena Allah juga bekerja dalam logika. b. Individualitas Ini menyangkut "suatu relasi atau hubungan individu". Realitas mementingkan diri sendiri membuat manusia tidak mampu mengenal dan peduli dengan pihak lain. Dalam kondisi ini, "AKU" adalah pusat dan menjadi segala-galanya. Keegoisan membuat manusia tidak mau mengakui kedaulatan Allah. Semboyan dalam lagu "All by Myself", "semua oleh karena diriku sendiri" atau "kalau bukan kamu sendiri, siapa lagi?", sering membuat orang percaya tersadar dan "meragukan" kembali keyakinannya, "Apakah karena Tuhan atau karena aku dan kapasitasku sendiri?" Paulus memperingatkan bahwa orang yang hidup dalam realitas ini adalah orang berdosa (Rm. 3:9-20)! Jadi, kenyataan ini harus dilawan dengan iman dalam entitas emosi. Hati yang telah diubahkan akan efektif mengubah emosi yang berdosa. Gunakan hati Tuhan -- mengasihi, berbicara, dan mendengar orang berdosa seperti Tuhan memperlakukan mereka. Di sinilah alasan mengapa Kitab Suci sering memberikan penekanan tentang perlunya "hati yang diperbaharui"; menjadi seperti hati Allah sendiri. Keegoisan harus dihadapi dengan hati yang tulus untuk mengubahnya. c. Prospektif Oportunis Tindakan prospektif oportunis ialah tindakan yang didasarkan pada kemungkinan dan presumsi. Pada area ini, istilah "percaya" dan "tidak percaya" atau "suka" atau "tidak suka" sangat dominan. Intinya mengharapkan yang terbaik dan menguntungkan. Tidak jauh berbeda dengan istilah oportunistis, yakni bertindak untuk suatu keuntungan walau dalam kondisi tidak etis dan tidak bermoral. Istilah alkitabiahnya: "hidup secara duniawi", "mengejar keuntungan", "cinta uang", "mengejar kedudukan", dan sebagainya. Kenyataan ini harus dilawan dengan iman dalam entitas kehendak Allah. Kehendak Allah, salah satunya: "mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya". Prioritas pada kehendak Tuhan adalah tanggung jawab orang beriman. d. Relativitas Realitas yang menekankan bahwa "kebenaran dan nilai moral itu tidak mutlak dan semua bergantung kepada pribadi atau kelompok yang berkepentingan" adalah realitas yang mengondisikan nilai dan kebenaran. Relativitas ini sangat terikat dengan berbagai kecenderungan rasionalitas, individualitas, dan oportunitas. Apa yang tidak realistis dan tidak menguntungkan adalah sesuatu yang patut diabaikan. Dalam pengertian ini, Kitab Suci memberi rambu-rambu yang jelas dan bijak, agar orang beriman mempertimbangkan bahwa: "Segala sesuatu diperbolehkan, benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan, benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun (1Kor. 10:23). Iman harus etis. "Sebab mata kita harus tertuju pada kasih setia-Tuhan, dan hidup dalam kebenaran." B. Iman Harus Efektif Berdasarkan saran Paulus kepada Timotius, dibutuhkan integritas bagi seseorang untuk memelihara iman. Integrits dalam pengertian ini adalah konsistensi dalam prinsip. Prinsip yang dipegang akan menjadi dasar untuk bertindak. Implementasinya harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang konsisten. Integritas merujuk kepada tanggung jawab seseorang dalam mengimplementasikan prinsip yang dipegangnya. Jika tindakannya gagal, akan memberikan efek atau perubahan pada prinsip yang dimaksud. Efek ini bisa gagal atau sebaliknya. Dalam pengertian ini, iman harus menjadi dasar untuk bertindak, merespons, dan mengantisipasi realitas. Paulus telah memelihara iman. Tetapi Kitab Suci tidak selesai pada nasihat untuk "memelihara" iman saja. Yakobus menyarankan agar iman itu efektif. Iman harus disertai dengan tindakan! Strategi agar iman kita efektif dalam menghadapi empat realitas di dalam sistem dunia ini adalah sebagai berikut. (1) Orang percaya harus cerdas. Iman yang bertumbuh akan memberikan kecerdasan intelektual. (2) Orang percaya harus sensitif; memiliki kepekaan rohani. Peka untuk membedakan mana suara Tuhan, mana suara Iblis, dan mana suara hati nurani. (3) Umat Tuhan harus percaya dan taat (trust and obey). "Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya," tetapi "orang yang taat akan hidup oleh percayanya." Pemazmur berkata, "Pada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu" (Maz. 26:1). (4) Orang percaya harus etis. Etis berarti merujuk kepada cara hidup yang benar dan dikehendaki oleh Allah dan sistem manusia. Bisa saja tatanan ini mengacu kepada peraturan manusiawi yang menuntut kepada ketaatan dan kesopanan; menekankan sopan santun. Intinya, "anak-anak Allah haruslah hidup dalam kekudusan dan kebenaran!" Tanpa keempat strategi ini, iman kita adalah iman yang mati! Realitas hari ini menuntut efektivitas iman kita. ______________________________________________________________________ APPRECIATION 1. UCAPAN SELAMAT ULANG TAHUN Bersamaan dengan bulan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-62 pada bulan Agustus ini, beberapa alumni PESTA juga merayakan hari kelahirannya. Mari kita doakan semoga keceriaan HUR RI ikut menyemarakkan suasana hati mereka yang berulang tahun. Berkat Tuhan kiranya senantiasa melimpah di dalam hidup mereka. Amin. - Ester Veronica (1 Agustus) - Parlaungan Sitohang (6 Agustus) - Jenny (7 Agustus) - Agustinus M. Marampa (18 Agustus) - Pantas Napitupulu (18 Agustus) - Agus Wardoyo (20 Agustus) - Puji Arya Yanti (25 Agustus) - Gunawan Dwi Nugroho (28 Agustus) 2. UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA DONATUR Terima kasih kami ucapkan kepada peserta PESTA yang tidak ingin disebutkan namanya, yang telah memberikan dukungan dana bagi perkembangan pelayanan PESTA. Berkat Tuhan Yesus akan menyertai Anda selalu. _____________________________________________________________________ KESAKSIAN Berikut ini kesaksian yang disampaikan oleh lima alumni kelas Dasar Pengajaran Alkitab (DPA) yang telah berlangsung Mei/Juni 2007 yang lalu. Harapan kami, kesaksian ini dapat mendorong alumnus PESTA yang belum mengikuti kelas PESTA yang lain agar dapat bergabung dan mendapatkan berkat pada kesempatan berikutnya. Kami berterima kasih kepada alumni DPA yang sudah memberikan kesaksian. Semoga menjadi berkat bagi kita semua. Selamat menyimak. SUNGGUH MEMBANTU ---------------- Oleh: Deddy P. Widjaja Setelah sekian lama, saya baru menyadari bahwa membaca Alkitab tidak terlepas dari pola pikir (kerangka pikir, paradigma, praanggapan) sebagai kaca matanya untuk mengerti Alkitab. Bila kita membaca Alkitab terlepas dari semua praanggapan, kita tidak akan mengerti apa yang dikatakan Alkitab. Sebelum lahir baru, saya berusaha untuk mengerti Alkitab secara mandiri sehingga memunyai pengertian sendiri. Apa yang dikatakan Alkitab bahwa ada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus dimengerti dengan pola pikir yang digali sendiri sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa Allah ada tiga. Bila kita menggali sendiri dengan kemandirian kita, kemungkinan akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan olah pikir diri sendiri yang terlepas dari pengertian yang dimaksud Alkitab. Maka dalam membaca Alkitab, kita tidak boleh lepas dari pola pikir yang menjadi dasar untuk melihat Alkitab. Bukankah seorang Saksi Yehova pun dapat berkata bahwa ajarannya adalah alkitabiah? Demikian pula seorang yang memunyai praanggapan Calvinisme, tentunya berbeda cara pandangnya dengan seseorang yang memunyai praanggapan Armenianisme. Mereka semua mengaku alkitabiah, tapi hasil ajarannya saling berbeda. Oleh sebab itu, mengikuti kursus-kursus semacam PESTA ini sungguh-sungguh membantu saya untuk mengerti Alkitab. Dalam kursus ini, kita dibimbing untuk mengerti ajaran atau cara pandang yang berpusat kepada Alkitab. Sehingga kita tidak diombang-ambing oleh macam-macam ajaran yang membingungkan. MEMBUKA WAWASAN --------------- Oleh: Didik Triyanto Adanya DPA sesungguhnya dapat membuka wawasan setiap orang, khususnya saya, untuk lebih mencari kebenaran akan janji Tuhan, keberadaan Tuhan, dan juga kehidupan orang percaya yang berkenan kepada Tuhan. Sejak dari awal penciptaan alam semesta dan sampai nanti Tuhan datang, sesungguhnya segala sesuatu telah disiapkan bagi orang percaya. Hanya saja, terkadang orang tidak merespons panggilan Tuhan dan tidak menangkap apa yang menjadi kehendak Tuhan sehingga sering kali orang tidak dapat merasakan berkat Tuhan. Maka dengan mengikuti DPA, banyak sekali rahasia Alkitab yang disingkapkan untuk dimengerti dan diimani agar bisa merespons segala berkat itu untuk dinikmati. Amin. WAJIB BELAJAR TEOLOGIA ---------------------- Oleh: Eko Sulistiono Kelas DPA ini mirip dengan DIK sehingga mudah diikuti. Menurut saya, materi DIK dan DPA ini adalah yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat awam. Dengan pengetahuan teologi bagi awam ini, akan lebih banyak masyarakat awam yang terbantu untuk lebih memahami teologia yang harus mereka ketahui. Menurut saya, kaum awam wajib belajar teologia juga. Dan ini sudah dipelopori dengan baik sekali oleh YLSA melalui PESTA-nya. Maju terus, melebar ke seluruh penjuru dunia, dan Tuhan Yesus memberkati. TERSENTUH --------- Oleh: Vonny Sebenarnya waktu awal membaca bahan, kok mirip dengan isi diskusi pada DIK ya? Tapi di sini ada jawaban yang detail dan cukup dalam. Lucunya, kebetulan gerejaku juga sedang mengadakan pembinaan tentang keselamatan, pemulihan diri, dan pengampunan. Sehingga ketika mempelajari tentang apa itu kematian rohani dan lain-lain, aku jadi lebih menyelami dan akhirnya hal yang aku dapatkan dari bahan DPA ini aku bagikan di gereja. Dan baru Jumat lalu menjadi bahanku dalam membawa Persekutuan Doa di Collage Fellowship di gerejaku (memang aku yang bawakan PD ini dari keseluruhan pujian dan renungan). Mereka yang ikut banyak yang mendapatkan berkat, baik mereka yang sudah cukup dewasa rohaninya maupun mereka yang baru belajar berdoa. Aku juga tersentuh ketika membaca tentang kesatuan tubuh Kristus karena aku sempat bergumul, mengapa Tuhan memberikan aku karunia tertentu yang kadang sulit dipahami teman-teman segerejaku, termasuk pembimbingku. Tetapi aku akhirnya mengerti dan menerima bahwa Tuhan memang memberikan karunia yang berbeda dengan teman-temanku, tentu dengan maksud tersendiri. Dan aku memang bagian dari tubuh Kristus yang tentu memiliki fungsi yang berbeda dengan yang lainnya. Jadi waktu membaca bahan itu, aku sempat menitikan air mata. Terima kasih PESTA. Thanks to the LORD. ______________________________________________________________________ SURAT ANDA <>andryadi(at)xxxx< <Saya pernah mendaftar untuk mengikuti kursus PESTA. Tapi karena <kesibukan yang mengharuskan saya banyak bepergian, maka saya tidak <bisa mengikuti jadwal kursus dengan baik sehingga tidak dapat <mengumpulkan jawaban sesuai deadline. Tapi saya tetap bisa <mempelajari bahan sendiri dengan cara men-download dari situs <PESTA. Meski saya tidak mengirimkan jawabannya ke PESTA, tetapi <saya tetap bisa belajar. Dari apa yang kupelajari dari materi <PESTA, banyak hal telah saya dapatkan khususnya saya sebagai orang <awam yang ingin terlibat dalam pelayanan penginjilan. Terima kasih <atas pelayanan PESTA. Redaksi: Terima kasih juga untuk kepercayaannya memakai bahan pelajaran PESTA sehingga Anda dapat diperlengkapi dalam pelayanan Anda. Jika Anda memiliki waktu, kami rindu supaya Anda bisa mengikuti kelas virtual/diskusi PESTA, belajar bersama-sama peserta lain, dan merasakan berkat-berkat yang berlimpah. Apabila nanti kesempatan itu datang, jangan segan-segan untuk menghubungi kami dan bergabung bersama PESTA. ==< Kusuma >kusuma(at)in-christ.net< ______________________________________________________________________ DISCLAIMER Staf Redaksi: Pipin, Yulia Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) Berita PESTA 2007 -- YLSA http://www.pesta.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ BERITA PESTA Alamat berlangganan: > subscribe-i-kan-berita-pesta(at)hub.xc.org < Alamat membatalkan : > unsubscribe-i-kan-berita-pesta(at)hub.xc.org < ARSIP BERITA PESTA : http://www.sabda.org/publikasi/berita_pesta/ ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |