Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/19

Berita PESTA edisi 19 (25-1-2007)

Januari 2007

______________________________________________________________________

                             BERITA PESTA
                         Edisi 19/Januari/2007

  DAFTAR ISI

  EDITORIAL
  BERITA PESTA  : 1. Pembukaan Kursus Kehidupan Rasul Paulus (KRP)
                     Maret/April 2007
                  2. Saling Berbagi dan Membangun di Blog PESTA Online
                  3. PESTA Online Membuka Kesempatan untuk Melayani
  APPRECIATION  : 1. Ucapan Selamat Ulang Tahun
                  2. Ucapan Terima Kasih untuk Para Donatur
  ARTIKEL       : "Tanda-Tanda" Gereja
  LINKS         : Metamorphe
  SURAT ANDA    : Informasi Kursus PESTA

______________________________________________________________________
EDITORIAL

  Salam Pembaca,

  Di awal tahun 2007 ini, Berita PESTA kembali hadir untuk Anda dengan
  berita-berita aktual seputar pelayanan PESTA Online. Informasi
  lengkap mengenai pembukaan kursus Kehidupan Rasul Paulus (KRP)
  Maret/April 2007 dapat Anda simak. Bagi para pencinta blog, ada
  informasi tentang fasilitas ngeblog di PESTA Online. Lalu ada juga
  tawaran untuk turut melayani bersama PESTA. Jangan lewatkan pula
  artikel yang mengangkat tema persahabatan yang bisa kita pakai
  sebagai refleksi di awal tahun ini. Soli Deo Gloria!

  Dalam kasih-Nya,
  Redaksi Berita PESTA
  Ani

______________________________________________________________________
BERITA PESTA

  1. PEMBUKAAN KURSUS KEHIDUPAN RASUL PAULUS (KRP) MARET/APRIL 2007

  Pada periode Maret/April 2007, PESTA akan melangsungkan kelas
  virtual Kehidupan Rasul Paulus (KRP). Kelas ini merupakan kelas
  lanjutan dan terbuka bagi Anda yang telah lulus kelas Dasar-dasar
  Iman Kristen (DIK). Secara khusus, kelas ini akan mengajak Anda
  untuk mempelajari pokok-pokok penting kehidupan Rasul Paulus mulai
  dari pertobatan, pelayanan, sampai dengan kematiannya di Roma.
  Pendaftaran kelas telah dibuka mulai sekarang, batas akhir
  pengumpulan tugas tertulis tanggal 20 Maret 2007, dan diskusi lewat
  milis akan diselenggarakan mulai tgl. 1 April selama kurang lebih
  satu bulan. Untuk mengefektifkan diskusi, maka peserta kursus KRP
  dibatasi hanya sejumlah lima belas orang. Jika berminat, segera
  daftarkan diri dan mengumpulkan tugas ke:

  ==> < kusuma(at)in-christ.net >, 2. SALING BERBAGI DAN MEMBANGUN DI BLOG PESTA ONLINE

  Blog merupakan salah satu fasilitas yang disediakan di situs PESTA
  Online. Fasilitas ini sengaja disediakan sebagai sarana berbagi
  berkat antarpengguna. Setiap pengguna dapat mengirimkan tulisannya
  atau komentarnya untuk saling membangun. Dengan demikian diharapkan
  sebuah komunitas kristiani yang sehat dan rindu belajar kebenaran
  firman Tuhan dapat dibentuk. Untuk dapat mengirimkan tulisan, Anda
  harus mendaftar menjadi anggota terlebih dahulu. Namun, jika Anda
  adalah alumni peserta PESTA, secara otomatis Anda sudah terdaftar
  sebagai anggota. Nama pengguna dan password para peserta sudah kami
  kirimkan, namun jika Anda lupa passwordnya, silakan menghubungi
  Webmaster PESTA Online.

  Nah, kami tunggu kehadiran Anda di Blog PESTA Online. Mari kita
  saling berbagi dan membangun lewat komunitas ini.

  ==> http://www.sabda.org/pesta/?q=blog
  ==> http://www.sabda.org/pesta/?q=user/register


  3. PESTA ONLINE MEMBUKA KESEMPATAN UNTUK MELAYANI

  Mengawali tahun 2007 ini, PESTA membuka kesempatan untuk melayani
  secara aktif. Kesempatan ini kami tawarkan kepada Alumni PESTA yang
  sudah menyelesaikan minimal empat kursus PESTA atau lebih. Adapun
  pelayanan yang ditawarkan adalah sebagai konselor dan moderator.
  Sebagai konselor, Anda akan berperan membimbing orang-orang yang
  mengajukan pertanyaan-pertanyaan lewat e-mail, baik untuk masalah
  teologia maupun masalah pribadi. Sedang bagi alumni PESTA yang
  terbeban untuk membantu kelas diskusi virtual, Anda dapat membantu
  moderator sebagai asisten. Anda ingin melayani? Silakan menghubungi
  alamat di bawah ini.

  ==> < kusuma(at)in-christ.net >

______________________________________________________________________
APPRECIATION

  1. UCAPAN SELAMAT ULANG TAHUN

  Segenap staf PESTA Online mengucapkan selamat ulang tahun kepada
  para alumni PESTA:
  - Frits W. Triman (10 Januari)
  - Sri Endarti (10 Januari)
  - Sadrah Sumariyarso (11 Januari)
  - Agung Anggajaya (15 Januari)
  - Bidner Pandiangan (22 Januari)
  Semoga Allah sumber berkat itu, melimpahkan umur panjang untuk
  menikmati hidup lebih lama dalam melayani Tuhan di bumi (Amsal 3:16,
  Mazmur 91:16).

  ==> http://www.pesta.org/?q=node/473


  2. UCAPAN TERIMA KASIH UNTUK PARA DONATUR

  Terima kasih untuk para alumni PESTA yang telah mengirimkan bantuan
  dana untuk pelayanan PESTA melalui Yayasan Lembaga SABDA sebagai
  penyelenggara PESTA. Bantuan yang Anda berikan sangat membantu
  terselenggaranya pelayanan PESTA Online ini. Kiranya Tuhan Yesus
  yang penuh rahmat akan terus memberkati pelayanan kita bersama.

______________________________________________________________________
ARTIKEL

  PENGANTAR
  Oleh: Yulia Oeniyati, Th.M.

  Pembicaraan mengenai hakikat gereja selalu sangat menarik perhatian
  saya. Terutama karena sejauh ini saya belum melihat adanya gereja
  yang secara utuh dan ideal menjalankan fungsi dan panggilannya
  sebagai gereja. Jika semua gereja boleh dibanding-bandingkan, maka
  setiap gereja selalu ada saja kekurangannya. Tapi jika saya mulai
  mengeluhkan kekurangan gereja, biasanya di belakang kepala saya akan
  ada rasionalisasi yang mengatakan, "Selama gereja ada di dunia dan
  anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang berdosa, maka tidak ada
  gereja yang sempurna."

  Ya, memang betul sih. Tidak ada gereja yang sempurna. Namun, fakta
  bahwa ada banyak gereja yang memiliki "terlalu" banyak kekurangan,
  sering membuat saya bertanya-tanya. Apa Tuhan betah, ya ada di sana?
  Lha wong saya saja tidak betah ... :)

  Tuhan yang punya standar kemuliaan dan kesempurnaan yang mutlak,
  bagaimana mungkin Dia menerima gereja yang kadang begitu
  "amburadul"? Sering kali "amburadulnya" bukan hanya dalam hal fisik
  saja (hal-hal yang bisa dilihat/dialami secara konkret), tapi
  khususnya dalam hal-hal yang filosofis. Misalnya, panggilan gereja
  dalam memberi pengajaran yang benar atau pelayanan gereja yang
  sesuai dengan kehendak Tuhan, dll. Kadang gereja tak ubahnya seperti
  program kebersamaan dan kesejahteraan sosial saja. Gereja jarang
  terlihat prihatin dengan keadaan kerohanian jemaat. Rasanya belum
  pernah ada jemaat yang disapa pada hari Minggu dengan pertanyaan,
  "Bagaimana hubungan cinta kasih Anda dengan Tuhan?" atau "Apakah
  Anda bertemu Tuhan melalui firman-Nya hari ini?" Bahkan ada
  gereja-gereja tertentu yang hampir dalam kurun waktu yang cukup
  panjang tidak pernah membicarakan dosa, kesakitan rohani yang
  menggerogoti hidup jemaat, atau firman Tuhan! Nama Yesus pun cuma
  didengungkan karena disebutkan dalam bacaan firman Tuhan minggu itu.
  Kalau seperti ini, apa masih pantas gereja tersebut disebut gereja?

  Tulisan di bawah ini, mungkin perlu menjadi perenungan kita semua
  dalam menghayati kehidupan bergereja. Kepekaan untuk mengerti
  panggilan Tuhan atas gereja kiranya menjadi pegangan kita dalam
  memperjuangkan hidup matinya gereja kita masing-masing.


                        "TANDA-TANDA" GEREJA
                        ====================

  1. Ada gereja-gereja yang sejati dan gereja-gereja yang tidak sejati
     (palsu).

  Apa yang membuat suatu gereja disebut sebagai gereja? Apa perlunya
  memiliki sebuah gereja? Bisakah sekelompok orang yang mengaku
  Kristen menjadi sama sekali tidak mencerminkan gereja yang
  sesungguhnya sehingga tidak lagi dapat disebut gereja?

  Pada awal abad berdirinya gereja Kristen, terjadi perdebatan kecil
  tentang apa yang disebut sebagai gereja sejati. Pada saat itu, hanya
  ada satu gereja di dunia, yaitu gereja yang "tampak" dan tentunya
  itulah yang merupakan gereja yang sejati. Gereja ini memiliki
  majelis, pendeta, dan bangunan gereja yang bisa dilihat oleh semua
  orang. Penyesat manapun yang didapati memiliki kesalahan pemahaman
  doktrin yang serius akan langsung dikeluarkan dari gereja.

  Tetapi pada masa Gereja Reformasi, pertanyaan penting muncul.
  Bagaimana kita mengenali gereja yang sejati? Apakah Gereja Katolik
  Roma merupakan gereja yang sejati atau bukan? Untuk dapat menjawab
  pertanyaan ini, orang harus menentukan lebih dahulu apa saja
  "tanda-tanda" dari gereja yang sejati, ciri-ciri yang membedakan
  yang menuntun agar kita bisa mengenalinya sebagai gereja yang
  sejati. Alkitab jelas berbicara tentang adanya gereja-gereja palsu.
  Paulus misalnya, berkata tentang kuil berhala di Korintus, "bahwa
  persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan
  kepada Allah" (1Kor. 10:20). Ia berkata kepada orang-orang Korintus,
  "Bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa
  berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu" (1Kor. 12:2).
  Kuil-kuil berhala ini jelas adalah gereja atau jemaah keagamaan yang
  palsu. Lebih lagi, Alkitab juga berbicara tentang jemaah keagamaan
  yang benar-benar merupakan "jemaah Iblis" (Wahyu 2:9, 3:9). Di sini
  Yesus menunjuk pada jemaat Yahudi yang mengaku dirinya Yahudi, tapi
  bukan Yahudi sejati yang memiliki iman yang menyelamatkan.
  Persekutuan keagamaan mereka bukanlah persekutuan umat Kristus, tapi
  orang-orang yang masih menjadi anggota kerajaan kegelapan, kerajaan
  setan. Ini jelas-jelas merupakan gereja palsu.

  Dalam banyak hal, ada kesamaan pendapat antara Luther dan Calvin
  dalam menjawab pertanyaan seputar hal-hal apa yang harus ada dalam
  gereja sejati. Dalam pengakuan iman Lutheran yang disebut Pengakuan
  Augsburg (1560), gereja didefinisikan sebagai "kumpulan orang-orang
  kudus di mana Kabar Keselamatan diajarkan dengan benar dan sakramen
  dijalankan dengan benar" (Pasal 7) [Dikutip dari Philip Schaff,
  "The Creeds of Christendom", hal. 11-12]. Hampir mirip, John Calvin
  berkata, "Di mana pun kita tahu firman Tuhan secara murni
  dikhotbahkan dan didengar, dan sakramen dijalankan sesuai dengan
  perintah Kristus, maka tidak diragukan lagi, di situlah ada gereja
  Tuhan" [Calvin, Institutes 4.1.9 (hal. 1023)]. Walaupun Calvin
  berkata tentang kemurnian khotbah firman Tuhan (Pengakuan Lutheran
  menyebutkan tentang khotbah Kabar Keselamatan yang benar) dan Calvin
  menyatakan bahwa firman Tuhan harusnya tidak hanya dikhotbahkan,
  tapi juga didengarkan (Pengakuan Augsburg hanya menyebutkan bahwa
  firman Tuhan harus diajarkan dengan benar), pemahaman mereka tentang
  ciri-ciri yang membedakan gereja sejati adalah hampir sama. [Pada
  pengakuan iman yang sekarang, ciri ketiga dari gereja yang sejati
  telah ditambahkan, yaitu menjalankan disiplin gereja. Dulunya, baik
  Luther atau Calvin tidak menyebutkannya.] Lain dari pandangan Luther
  dan Calvin tentang tanda-tanda gereja, kelompok Katolik Roma
  menegaskan pandangannya bahwa "gereja yang tampak", yang diwariskan
  sejak zaman Petrus dan para rasul, itulah "gereja yang sejati".

  Tepatlah jika kita mengikuti pandangan Luther dan Calvin tentang
  "karakteristik gereja" sebagai yang benar hingga hari ini. Jika
  gereja tidak mengkhotbahkan firman Allah, tapi hanya merupakan
  doktrin palsu atau doktrin manusia, tentunya gereja itu bukan gereja
  yang sejati. Pada beberapa kasus, kita mungkin sulit membedakan
  seberapa jauh suatu ajaran yang salah bisa ditoleransi sebelum suatu
  gereja tidak dapat lagi disebut sebagai gereja yang sejati. Namun,
  ada banyak kasus yang jelas-jelas dapat dikatakan bahwa gereja yang
  sejati itu tidak ada. Sebagai contoh, Gereja Yesus Kristus dan
  Orang-Orang Kudus Zaman Akhir (Gereja Mormon) yang tidak berpegang
  pada pokok-pokok doktrin Kristen tentang keselamatan atau
  kemanusiaan Tuhan atau kemanusiaan dan karya Kristus. Ini jelas
  merupakan gereja palsu. Sama halnya dengan Saksi Yehovah yang
  mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui perbuatan,
  bukan karena percaya pada Yesus Kristus saja. Ini adalah
  penyimpangan doktrin yang mendasar karena jika orang-orang percaya
  pada ajaran Saksi Yehova, mereka tidak dapat diselamatkan. Jadi,
  Saksi Yehova juga merupakan gereja palsu. Bila khotbah gereja
  ternyata menyembunyikan pesan keselamatan untuk para jemaatnya
  sehingga pesan Kabar Keselamatan tidak dinyatakan dengan jelas dan
  tidak diberitakan selama beberapa waktu, maka perkumpulan tersebut
  bukanlah gereja.

  Tanda yang kedua dari gereja adalah dilakukannya sakramen yang
  benar (baptisan dan Perjamuan Kudus), yang mungkin bertentangan
  dengan Gereja Katolik Roma yang berpandangan bahwa anugerah yang
  menyelamatkan diperoleh melalui sakramen. Karenanya, sakramen
  merupakan "perbuatan" yang akan menghasilkan usaha untuk
  mendapatkan keselamatan. Dengan cara ini, Gereja Katolik Roma
  menekankan pada pembayaran keselamatan daripada mengajarkan bahwa
  iman adalah sarana untuk mendapatkan keselamatan.

  Namun, ada alasan lain mengapa sakramen merupakan tanda dari gereja.
  Suatu ketika, suatu organisasi mulai mempraktikkan baptisan dan
  Perjamuan Kudus, ini merupakan organisasi yang berkelanjutan dan
  yang sedang "berupaya menjalankan fungsinya sebagai gereja". (Dalam
  masyarakat Amerika modern, suatu organisasi yang mulai bertemu untuk
  menyembah dan berdoa serta belajar pengajaran Alkitab pada hari
  Minggu pagi dapat digolongkan sebagai organisasi yang sedang
  berupaya menjalankan fungsinya sebagai gereja.)

  Baptisan dan Perjamuan Kudus juga bertindak sebagai "pengontrol
  keanggotaan" bagi gereja. Baptisan adalah sarana untuk mengakui
  keanggotaan seseorang di suatu gereja dan Perjamuan Kudus merupakan
  sarana yang menandakan bahwa seseorang melanjutkan keanggotaannya
  dalam gereja tersebut -- gereja menunjukkan bahwa mereka yang
  menerima baptisan dan Perjamuan Kudus adalah yang menerima
  keselamatan. Oleh karena itu, kedua sakramen ini menunjukkan bahwa
  gereja memikirkan keselamatan dan mereka terdaftar secara jelas,
  yang juga menjadi tanda dari gereja masa kini. Sebaliknya, kelompok
  yang tidak melaksanakan baptisan dan Perjamuan Kudus menunjukkan
  bahwa mereka tidak bermaksud untuk melaksanakan fungsi sebagai
  gereja. Seseorang mungkin saja berdiri di pojok jalan dengan
  sekelompok kecil pendengar dan mengkhotbahkan firman Tuhan, tapi
  kerumunan itu tidak dapat disebut sebagai gereja. Bahkan PA
  (persekutuan Alkitab) yang dilakukan di rumah bisa saja mengajarkan
  Alkitab tanpa perlu menjadi gereja. Tapi jika PA mulai membaptis
  sendiri petobat baru dan secara teratur mengadakan Perjamuan Suci,
  ini menunjukkan "suatu usaha untuk berfungsi sebagai gereja". Sulit
  dikatakan mengapa mereka tidak memutuskan saja menjadi gereja.
  ["Salvation Army" (Bala Keselamatan) merupakan kasus khusus karena
  meskipun tidak mempraktikkan baptisan dan perjamuan kudus, mereka
  memenuhi syarat untuk disebut gereja. Organisasi ini telah
  mengganti fungsi "pengontrol keanggotaan" kedua sakramen ini dengan
  sebuah cara identifikasi keanggotaan ala mereka sendiri.]

  2. Gereja Sejati dan Gereja yang Tidak Sejati Masa Kini

  Sehubungan dengan pembahasan pertanyaan yang muncul di masa
  Reformasi, bagaimana dengan Gereja Katolik Roma sekarang ini?
  Apakah mereka adalah gereja sejati? Kelihatannya untuk memutuskan
  tentang Gereja Katolik Roma secara keseluruhan tidak mudah karena
  terlalu beragam. Menanyakan apakah sekarang ini Gereja Katolik Roma
  merupakan gereja sejati sama dengan mempertanyakan apakah gereja
  Kristen Protestan saat ini merupakan gereja sejati atau palsu --
  ada terlalu banyak aliran sekarang ini. Beberapa jemaat Gereja
  Katolik Roma secara pasti tidak memiliki dua tanda gereja di atas:
  tidak ada khotbah murni dari firman Allah dan pesan keselamatan
  Injil melalui iman dalam Kristus tidak dikenal atau diterima oleh
  jemaat ini. Keikutsertaan dalam sakramen-sakaramen dipandang sebagai
  "usaha/perbuatan" untuk memperoleh belas kasihan Allah. Kelompok
  yang memiliki pandangan demikian bukan merupakan gereja Kristen
  sejati. Sebaliknya, saat ini ada banyak jemaat Katolik Roma di
  berbagai belahan dunia di mana pendeta setempat memiliki pengetahuan
  keselamatan yang benar tentang Kristus dan memiliki hubungan pribadi
  yang jelas dengan Kristus melalui doa dan pemahaman Alkitab. Khotbah
  dan ajaran pribadinya tentang Alkitab banyak menekankan pada iman
  pribadi dan kebutuhan pribadi untuk membaca Kitab Alkitab dan
  berdoa. Pengajarannya tentang sakramen-sakramen lebih ditekankan
  pada aspek simbolis dan peringatan daripada tindakan yang dapat
  mendatangkan anugerah keselamatan dari Allah. Dalam hal ini,
  meskipun kita harus mengatakan bahwa kita masih memiliki perbedaan
  yang besar dengan ajaran Katolik Roma tentang beberapa doktrin
  [Perbedaan doktrin mendasar meliputi kelanjutan dari pengorbanan
  massal, kekuasaan Paus dan dewan gereja, penyembahan terhadap bunda
  Maria dan perannya dalam penebusan dosa, doktrin penyucian dosa dan
  tambahan dalam kitab-kitab kanon], namun tampaknya gereja seperti
  ini memiliki penafsiran yang sangat dekat dengan dua ciri gereja
  sehingga sulit untuk disangkal bahwa sesungguhnya gereja tersebut
  adalah gereja yang sejati. Kelihatannya, jemaat tersebut benar-benar
  adalah orang percaya dimana Injil diajarkan (meski pun tidak murni)
  dan sakramen dilaksanakan dengan lebih benar dibandingkan salah.

  Apakah ada gereja-gereja palsu di dalam aliran Protestan? Bila kita
  melihat ulang pada dua tanda yang membedakan di atas, menurut
  penilaian penulis lebih tepat bila dikatakan bahwa banyak gereja
  Protestan liberal saat ini yang sebenarnya adalah gereja palsu.
  [Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh J. Gresham Machen sejak
  1923: "Gereja Katolik Roma mungkin mewakili suatu perubahan pada
  agama Kristen; namun Liberalisme naturalistik sama sekali bukan
  kekristenan" (Christianity and Liberalism, Grand Rapids: Eerdmans,
  1923, p.52).] Apakah Injil "perbuatan" dan ketidakpercayaan terhadap
  Alkitab yang diajarkan gereja-gereja palsu ini lebih menyelamatkan
  orang daripada apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma pada masa
  Reformasi? Bukankah pelaksanaan sakramen yang tidak disertai dengan
  pengajaran yang benar pada orang-orang yang datang ke gereja, sama
  salahnya dengan Gereja Katolik Roma pada masa Reformasi yang memberi
  jaminan yang salah tentang pelaksanaan sakramen kepada orang-orang
  yang belum lahir baru. Apabila ada persekutuan orang yang menyebut
  diri mereka Kristen, tapi terus-menerus mengajarkan bahwa
  orang-orang tidak boleh percaya pada Alkitab mereka -- tentu saja
  pada gereja yang pendeta dan jemaatnya jarang membaca Alkitab atau
  berdoa dengan sungguh-sungguh, dan tidak percaya atau bahkan mungkin
  tidak mengerti tentang keselamatan yang hanya didapat dalam Kristus,
  bagaimana mungkin kita menyebutnya sebagai gereja sejati?

  Bahan diterjemahkan dari:
  Judul buku       : Systematic Theology
  Judul artikel    : The "Marks" of the Church (Distinguishing
                     Characteristic)
  Penulis          : Wayne Grudem
  Penerbit         : Zondervan Publishing House, Michigan 1994
  Halaman          : 864 -- 867
  Dipublikasikan di:




______________________________________________________________________
LINKS

Metamorphe
==>  http://groups.yahoo.com/group/metamorphe/
  Milis Metamorphe dibuka dengan tujuan menjadi wadah bagi siapa saja
  yang ingin berbagi berkat melalui media internet. Melalui milis ini,
  Anda dapat berdiskusi dan mengirimkan bahan-bahan rohani, baik yang
  bersifat penginjilan maupun pertumbuhan rohani. Untuk menjaga
  kelancaran diskusi, setiap email akan dimoderasi sebelum dikirimkan
  ke semua anggota. Bagi Anda yang rindu mengabarkan kasih Kristus
  melalui internet, segera bergabung ke milis ini.
  < metamorphe(at)yahoogroups.com >                      [kirim pesan]
  < metamorphe-subscribe(at)yahoogroups.com >           [berlangganan]

______________________________________________________________________
SURAT ANDA

  >From: Budi Prayitno
  >Sebelumnya saya minta maaf kepada Tim PESTA. Saya pernah menjadi
  >peserta namun karena banyak tugas pelayanan, saya tidak mampu
  >menyelesaikan tugas-tugas. Sehingga akhir Tahun. Kali ini saya
  >ingin kembali mengikuti program ini, apakah masih diperbolehkan?
  >dan bagaimana prosedurnya? Sebelumnya saya ucapkan Terima kasih.
  >Tuhan Yesus memberkati Tim PESTA.

  Redaksi:
  Sdr. Budi,
  Tentu saja kami akan menyambut Anda kembali dengan penuh sukacita.
  Untuk bisa mengikuti kursus PESTA, silakan lebih dahulu melihat
  daftar/jadwal Kursus PESTA yang akan dibuka tahun 2007:

  ==> http://www.pesta.org/?q=kursus_2007

  Lalu silakan mendaftarkan diri pada kelas yang Anda inginkan dengan
  menghubungi alamat:

  ==> < kusuma(at)in-christ.net >

  Setelah mendaftar sebagai peserta kelas tersebut, Anda akan menerima
  kiriman bahan-bahan yang harus Anda pelajari. Seperti Anda yang
  telah menyelesaikan semua tugas tertulis (menjawab setiap pertanyaan
  dalam setiap pelajaran yang diberikan hingga selesai), Anda akan
  diterima untuk menjadi peserta diskusi kelas virtual tersebut.

  Prosedur ini juga berlaku bagi para peserta lain yang memiliki kasus
  serupa. Tuhan Yesus memberkati. Selamat bergabung.

______________________________________________________________________

                             DISCLAIMER
               Staf Redaksi: Ani, Yulia, Pipin, Lisbet
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                Copyright(c) Berita PESTA 2007 -- YLSA
                        http://www.pesta.org/
                      http://katalog.sabda.org/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________________________________________________________________
                            BERITA PESTA
Alamat berlangganan: < daftar-berita-pesta(at)sabda.org >
Alamat membatalkan : < berhenti-berita-pesta(at)sabda.org >
ARSIP BERITA PESTA : http://www.sabda.org/publikasi/berita_pesta/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org