"Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 11:19)
Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan.
Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Jadi, seandainya orangtua hendak mengajarkan firman Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menunjukkannya, memberikan contoh kepada anak. Hal ini tentunya akan lebih memudahkan orangtua dalam mengajarkan segala sesuatu kepada anak.
Pada dasarnya, sejak kecil anak sudah bisa mengerti atau tanggap terhadap teladan yang diberikan orangtua, misalnya ketika diajarkan berdoa. Namun, ketika anak sudah mulai lebih besar, saya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya.
Pengajaran akan firman Tuhan secara berulang-ulang juga bisa dilakukan dalam ibadah keluarga, yaitu dengan bersama-sama membaca firman Tuhan. Selain di dalam rumah, firman Tuhan juga dapat diajarkan di luar rumah, misalnya pada saat di perjalanan, sambil melihat ciptaan Tuhan, orangtua mengajarkan atau menceritakan firman Tuhan, menghubungkan firman Tuhan dengan kehidupan nyata.
Pendidikan anak pun tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak, ibu saja atau ayah saja, tetapi kedua belah pihak: ayah dan ibu. Meskipun firman Tuhan mengatakan bahwa ayahlah yang mendidik anak, karena memang ayah yang menjadi kepala keluarga dan yang harus bertanggung jawab, tetapi pelaksanaannya tetap dilakukan oleh keduanya.
Pola pendidikan bagi anak usia balita yang dapat kita lakukan sebagai orangtua adalah menanamkan nilai iman Kristen melalui kasih. Tentunya, orangtualah yang harus memberikan teladan bagaimana menyatakan kasih. Mereka tidak akan mengerti kasih tanpa ada teladan dari orang tua yang menyatakan kasih.
Untuk anak usia remaja memang lebih sulit, tetapi kita masih dapat melakukannya dengan lebih banyak mengadakan pendekatan pribadi, dengan bicara mengenai masalah khusus atau masalah yang dihadapi di luar. Tentu dengan mengemukakan contoh-contoh yang baik dan yang tidak baik yang perlu diketahui oleh anak remaja.
Ada tiga prinsip yang perlu kita perhatikan saat melakukan ibadah keluarga.
- Kreativitas: ibadah yang kreatif lebih bisa diterima oleh anak-anak.
- Menyenangkan: ibadah keluarga bukan sebagai tempat untuk tegur-menegur atau penyampaian nasihat-nasihat, anak cenderung tidak begitu menikmati hal yang demikian.
- Singkat.