Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/9 |
|
Doa 40 Hari 2015 edisi 9 (16-6-2015)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SELASA, 16 JUNI 2015 SUKU ASMAT Dirangkum oleh: Odysius Suku Asmat adalah nama suku terbesar dan terkenal di antara sekian banyak suku yang ada di provinsi Papua, Indonesia. Istilah Asmat digunakan untuk merujuk pada suku Asmat itu sendiri dan pada wilayah yang mereka diami di sebelah Barat Daya pulau Papua yang berbatasan dengan Laut Arafuru. Luas daerah Asmat kurang lebih mencapai 18.000 km2 dan ditutupi pepohonan mangrove, rawa-rawa, dan hutan hujan dataran rendah. Penduduk asli wilayah ini terbagi menjadi dua kelompok utama: mereka yang tinggal di sepanjang pesisir pantai dan mereka yang tinggal di pedalaman. Mereka memiliki perbedaan dialek, cara hidup, strata sosial, dan berbagai upacara. Suku Asmat yang tinggal di wilayah sungai pesisir masih terbagi lagi menjadi dua kelompok lain, yaitu suku Bisman yang tinggal di antara sungai Sinesty dan sungai Nin, dan suku Simai. Suku Asmat terkenal dengan hasil ukiran kayu tradisionalnya yang sangat khas. Beberapa ornamen atau motif yang sering kali digunakan dan dijadikan tema utama dalam proses pemahatan patung suku Asmat adalah "mbis". Namun, sering kali ditemukan juga ornamen atau motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka ke alam kematian. Bagi penduduk asli suku Asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya. Kepercayaan Suku Asmat Suku Asmat, yang secara tradisional merupakan masyarakat penganut animisme, telah mengembangkan sebuah pola ritual-ritual yang rumit, yang merasuk ke dalam kehidupan desa. Berbagai program Katolik, Kristen Protestan, Islam, dan pemerintah telah melemahkan, tetapi tidak menghilangkan kepercayaan yang kompleks dari suku Asmat, yang berdasarkan pada konsep alam semesta yang dualistik dan seimbang. Mereka percaya adanya roh yang menghuni pepohonan, bumi, dan air serta roh orang mati yang berdiam di antara orang-orang yang masih hidup, yang terkadang dapat membantu atau mengganggu aktivitas dan membawa penyakit. Syukurlah, sekitar 80 persen suku Asmat, yang berbicara dalam bahasa Kasuarina, telah mengenal Injil. Di daerah ini, terdapat tiga gereja persekutuan Alkitab dan sejumlah gereja Katolik. Kehidupan Masyarakat Suku Asmat mengutamakan kehidupan bergotong royong dan bekerja sama, yang hasilnya dinikmati bersama-sama pula. Mereka tidak pernah hidup sendirian dan selalu bergerombol membentuk kelompok yang bahu-membahu ketika ada persoalan. Suku Asmat memiliki satu kepala suku dan kepala adat yang sangat dihormati. Semua tugas kepala suku disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat sehingga hubungan antara kepala suku dan masyarakat cukup harmonis. Jika kepala suku meninggal dunia, kepemimpinan diserahkan kepada marga keluarga lain yang dihormati oleh warga. Kepemimpinan juga bisa diserahkan kepada orang yang berhasil mendapatkan kemenangan dalam perang. Kebutuhan Karena masih tinggal di daerah-daerah yang terpencil dan agak sulit dijangkau, sebagian masyarakat suku Asmat masih kurang diperhatikan taraf kesejahteraannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, maupun kesehatan. Daerah yang mereka tinggali juga sering kali merupakan daerah yang rawan penyakit sehingga malaria, diare, gangguan pernapasan, dan penyakit kulit merupakan hal yang biasa dialami. Banyak dari masyarakat suku Asmat sudah bertobat menjadi orang Kristen, tetapi mereka tidak memiliki kaset-kaset Injil, film, atau video dalam bahasa mereka sendiri. Untuk mengenal lebih jauh tentang suku Asmat dan menjangkau mereka bagi Tuhan, referensi berikut ini semoga dapat menolong Anda.
POKOK DOA
Dirangkum dari:
Kontak: doa(at)sabda.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |