Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/40 |
|
![]() |
|
Doa 40 Hari 2006 edisi 40 (23-10-2006)
|
|
Senin, 23 Oktober 2006 VARANASI, INDIA =============== Varanasi, dulunya dikenal sebagai Benaras, sebuah kota suci Hindu di Sungai Gangga di India. Tanda-tanda penyambutan di bandara, menyatakan "Selamat Datang di Kota Suci Varanasi". Menurut kepercayaan Hindu, Varanasi adalah pusat kosmos dari seluruh bumi. Udara dipenuhi dengan asap pembakaran mayat dan taburan bunga marigold di jalan-jalan dalam pemakaman Hindu. Di anak tangga yang menjajari Sungai Gangga yang suci, kaum Hindu mandi, berbisnis, menyembah dan meninggal. Meninggal di Varanasi memberikan jaminan kepada seorang Hindu jalan langsung ke Nirwana tanpa harus menderita melalui reinkarnasi. Dijalin dengan pertunjukan dan drama dari 1 juta orang Hindu ini, ada 250.000 Muslim yang bermukim di Varanasi dalam waktu 500 tahun terakhir ini. Menjulang melampaui vihara-vihara dan kuil-kuil Hindu, Mesjid Aurangzeb mengingatkan masa lalu ketika Muslim Mogul menguasai India selama beberapa generasi. Muslim terus tinggal dalam komunitas yang erat seperti pada jaman itu. Memasuki daerah Muslim seperti kembali ke jaman Mogul. Panggilan sembahyang dapat terdengar mendengung melalui udara dan masuk ke rumah-rumah. Jalan-jalan yang sempit dipenuhi orang-orang. Bukannya bunga marigold yang berserakkan di jalan, tetapi potongan-potongan kain dan benang warna warni. Banyak kaum Muslim Varanasi termasuk dalam kasta penganyam yang disebut "Ansari" ("pembantu" dalam Bahasa Arab). Dari satu generasi ke generasi berikutnya mereka telah menurunkan kerajinan tangan mereka dari ayah ke anak, sutera buatan tangan sebesar ruangan, mesin penjalin yang digerakkan dengan kaki. Sutera yang mereka ciptakan begitu indah dan rumit yang mereka bentuk menjadi kain sari yang hanya dipakai untuk acara-acara khusus. Banyak gadis-gadis Hindu bermimpi memakai sari dari sutera Varanasi di hari pernikahan mereka. Tetapi walaupun mereka sangat menghargai kain sari, umat Hindu memandang rendah Kaum Ansari, mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berarti yang tidak akan bisa mencapai kasta tinggi. Tantangan ekonomi di abad ke-21 begitu menekan kaum Ansari. Sutera dan tenunan Tiongkok menyaingi di pasaran sutera. Kain yang dijalin dengan mesin penjalin listrik juga menjadi saingan di pasaran sari. Sebagian dari Ansari mulai meninggalkan cara-cara lama. Mereka mencari pekerjaan lain yang diharapkan akan lebih memberi keuntungan dan stabilitas, walaupun seringkali mereka tetap menciptakan kerajinan yang indah. Kenyataan dunia modern mengharuskan lebih banyak dari mereka untuk berbaur dengan dunia luar. Seringkali, satu atau lebih anak laki-laki dari sebuah keluarga dikirim ke sekolah untuk belajar tentang dunia bisnis dan untuk berbicara Bahasa Inggris. Tuhan telah memimpin beberapa duta Injil kepada orang Varanasi. Sebagai hasilnya, terdapat beberapa gereja rumah di kalangan kaum Muslim di kota. POKOK DOA * Doakan ketika Kaum Ansari lebih berbaur dengan dunia luar, Tuhan akan menyatakan diri-Nya kepada mereka dan Kaum Ansari akan menemukan umat Kristen untuk menolong mereka menjadi murid Yesus yang sebenarnya. * Berdoa bagi gereja rumah, agar kaum Muslim terus bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Tuhan dan pengertian mereka akan rencana Tuhan bagi mereka. * Doakan agar bertumbuh pemimpin-pemimpin untuk gereja-gereja rumah ini, sehingga mereka dapat dikenali dan dilatih untuk membawa Injil kepada keluarga dan teman-teman mereka. * Doakan bagi para utusan Injil yang hidup di Varanasi, agar Tuhan mempertahankan pelayanan mereka dan memimpin mereka ke ladang tuaian. POKOK DOA INDONESIA * Wanita Islam Indonesia: wanita yang bekeja di luar rumah, ibu rumah tangga, TKW di luar negeri (sebut nama mereka yang Anda ketahui).
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |