Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/4 |
|
Doa 40 Hari 2015 edisi 4 (11-6-2015)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- KAMIS, 11 JUNI 2015 SUKU TABARU Dirangkum oleh: Santi T. Pendahuluan/Sejarah Orang-orang yang termasuk dalam suku Tabaru, yang disebut juga sebagai suku bangsa alifuru, berasal dari dataran Melayu. Mereka adalah masyarakat kultural yang menghuni pulau Halmahera sejak ribuan tahun silam. Wilayah yang dihuni suku Tabaru terletak di bagian Utara-Barat, secara khusus di kecamatan Tabaru. Saat ini, mereka telah tersebar di berbagai tempat di pulau Halmahera dan sekitarnya. Suku Tabaru telah menjadi bagian dari masyarakat "Moloku Kie Raha" (raja empat gunung) -- Jailolo, Bacan, Tidore, dan Ternate. Pada masa kesultanan tempo dulu, suku Tabaru adalah bagian integral dari masyarakat kesultanan Ternate sehingga jenis-jenis kebudayaan mereka sekarang ini termasuk budaya kesenian peninggalan dari masa kesultanan. Keragaman suku bangsa di kawasan Maluku Utara menyebabkan lahirnya puluhan bahasa, dan bahasa Tabaru salah satunya. Dengan demikian, terdapat gambaran yang jelas bahwa masyarakat Tabaru adalah salah satu subetnik yang akrab dengan kondisi masyarakat majemuk (suku, ras, golongan, agama dan kepercayaan, budaya serta strata kehidupan). Seperti Apa Kehidupan Mereka? Suku Tabaru yang primitif (Togerebongo) adalah orang-orang nomad, dan saat itu, suku Tabaru hanya memiliki satu komunitas. Namun, seiring perkembangan kehidupan masyarakatnya, suku Tabaru terbagi menjadi dua komunitas, yaitu Tabaru Nyeku dan Tabaru Adu. Perbedaan kedua komunitas ini hanya terletak pada kondisi lingkungan, letak geografis, area perkampungan, dan dialek bahasa. Tabaru Nyeku tinggal di area pegunungan (nyeku artinya puncak bukit), sedangkan Adu (dataran rendah). Adanya perbedaan kedua komunitas Tabaru ini, ternyata berpengaruh pada pola dan struktur adat pada prosesi pernikahan, yang ditandai dengan perbedaan harga mas kawin, perbedaan barang bawaan sebagai Gagali/pengganti mas kawin, dan prosesi makan adat Tabaru. Prosesi makan adat ini sangat penting karena merupakan tanda ketika seorang wanita dan pria asli suku Tabaru (Modoka) dipersatukan. Sebagian besar masyarakat suku Tabaru memeluk agama Kristen. Jadi, pemberitaan Kabar Baik bisa dilakukan dengan lebih lancar karena adanya dukungan dari masyarakat. Masyarakat suku Tabaru sudah mendengar Injil, tetapi mereka masih belum memiliki Alkitab dalam berbagai versi secara lengkap. Apa Kebutuhan Mereka? Keseharian hidup suku Tabaru adalah mencari asupan protein yang bersumber dari belut marmer, dan menangkapnya dengan menggunakan perangkap bubu. Masyarakat setempat menyebutnya dengan "sogili". Berikut ini adalah beberapa referensi yang bisa Anda gunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang suku Tabaru, dan beberapa media untuk melakukan penginjilan kepada suku ini.
POKOK DOA
Dirangkum dari:
Kontak: doa(at)sabda.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |