Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/39 |
|
Doa 40 Hari 2004 edisi 39 (12-11-2004)
|
|
Jumat, 12 November 2004 SUKU ROHINGYA di MYANMAR (BIRMA) ================================ Dengan mata terbelalak anak-anak duduk di lantai mengelilingi nenek tua itu: "`Nek, ceritakanlah lagi kepada kami mengenai tempo dulu ketika masih ada perdamaian. Kami tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya, dan Ayah pun sudah lupa." Dengan suaranya yang gemetar si nenek pun berbicara: "Wah, cucu-cucuku, itu cerita yang sudah lama sekali. Waktu itu aku masih kecil dan tentara Inggris masih di sini. Itu sudah lebih dari 60 tahun yang lalu, ketika kita masih mengalami hidup damai." Cerita-cerita seperti ini seringkali terdengar di Arakan, yaitu daerah pegunungan di sepanjang pantai Barat Myanmar (dulu Birma), tempat tinggal suku Rohingya (diucapkan Rohinja). Kira-kira seribu tahun yang lapau pedagang-pedagang Arab mulai bermukim di sepanjang Teluk Benggala, kemudian menikah dengan warga setempat yang beragama Hindu dan Budha. Karena itu, sudah ada orang-orang Muslim di Arakan bagian Utara, sebelum Islam resmi masuk daerah Teluk Benggala pada abad ke-13 Selama berabad-abad warga Muslim dan Budha hidup berdampingan dengan damai. Warga Muslim menempati kedudukan-kedudukan penting dalam tentara Arakan dan di istana raja. Di komplek istana raja yang beragama Budha itu bahkan terdapat sebuah mesjid. Inggris mulai menjajah Arakan pada tahun 1826 dan menjadikannya bagian dari jajahan India yang dikuasai Kerajaan Inggris. Pada waktu itu ada banyak orang Muslim berpindah dari India ke daerah Arakan. Selama Perang Dunia II tentara Inggris terlibat dalam pertempuran hebat melawan tentara Jepang di Arakan, dan hal itu menimbulkan penderitaan yang cukup berat dikalangan penduduk sipil. Pada tahun 1948 Birma memperoleh kemerdekaannya dan ketegangan antara warga Muslim dan mayoritas Budha meningkat. Setelah terjadi kudeta militer pada tahun 1962 warga Muslim diperlakukan secara diskriminatif. Pada prakteknya, suku Rohingya tidak diberi hak penuh sebagai warga negara Birma. Sejumlah pelanggaran hak azasi manusia terjadi dan keadaan makin memburuk, sehingga terjadi pengungsian besar-besaran pada tahun 1978 dan 1992. Lebih dari 250.000 warga Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan masuk Bangladesh. Meskipun sebagian besar kini telah dipulangkan kembali, masalah- masalah tetap tidak diselesaikan. Kenyataannya sampai sekarang hampir 2 juta warga Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan, dan tidak memiliki surat-surat tanda pengenal yang sah. Mereka dilarang melakukan perjalanan dari satu desa ke desa lainnya, tanpa ijin khusus. Status pendidikan dan ekonomi warga Rohingya hancul togal. Bahkan ada larangan untuk menerbitkan bahan bacaan apapun dalam bahasa Rohingya. Kebanyakan orang Rohingya hidup dalam keputus-asaan dan seperti tidak mempunyai masa depan. Sebagian mereka mulai tertarik kepada gagasan- gagasan yang radikal. Makin banyak orang bercita-cita untuk meninggalkan Myanmar tanpa menempuh jalur yang resmi. Diperkirakan sekitar 1-2 juta orang Rohingya sudah tinggal di negara lain, seperti Bangladesh, Arab Saudi, Pakistan dan Malaysia. Karena keadaan yang rumit ini mereka disebut "warga Palestina baru di benua Asia." Belum diketahui adanya gereja atau orang percaya di kalangan Rohingya. Karena sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Islam mistik, orang Rohingya mencari petunjuk dengan memakai jimat, melakukan upacara- upacara mistik dan berziarah ke makam orang suci. Keadaan jasmani mereka sungguh menyedihkan, apalagi keadaan rohani mereka. Video-video dan siaran radio akan mulai diproduksi dalam bahasa Rohingya. Topik-topik Doa --------------- * Berdoa agar umat Kristiani Myanmar dan para duta Injil memperoleh kesempatan untuk menginjili warga Rohingya yang tersebar. Berdoa agar Tuhan membuka pintu untuk langkah-langkah perdamaian dan pemulihan hak-hak orang Rohingya agar mereka dapat damai di tanah mereka. * Berdoa agar Tuhan akan menghibur dan menguatkan mereka dan ada jalan keluar dalam mengatasi berbagai persoalan mereka. * Berdoa agar Firman Tuhan, dan berbagai bacaan Kristen dapat disiapkan dalam bahasa mereka dan disampaikan pada mereka.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |