Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/37

Doa 40 Hari 2003 edisi 37 (21-11-2003)

Kota Tripoli, Libanon

                       Jumat, 21 November 2003

KOTA TRIPOLI, LIBANON
=====================

Populasi penduduk: 500.000

Jalan-jalan di kota ini dipenuhi oleh sampah yang berserakan, dan di
mana-mana tampak "shabbab" atau pemuda pengangguran dengan sikap
mereka yang apatis. Kalaupun ada lapangan yang masih ada sedikit
rumputnya, pasti rumput itu penuh dengan sampah-sampah kertas, kaleng-
kaleng bekas atau "managuish" (roti seperti pizza). Di pinggir sebuah
jalan tergeletak sebuah jok mobil bekas, yang dihuni oleh shabbab di
siang hari dan tikus di malam hari. Kemacetan jalan membuat orang
sesak nafas di kota berpenghuni setengah juta jiwa ini. Pengemudi-
pengemudi mobil di sini memakai sistem sodok-menyodok. Mereka sudah
terbiasa dengan klakson-klakson yang memekakkan telinga dan lampu-
lampu signal yang diabaikan. Dalam waktu kurang dari semenit, 5 taksi
akan lewat, meminta perhatian, juga moped-moped kecil dan truk-truk
penuh dengan tentara bersenjata. Sudah biasa di sini untuk menyaksikan
seorang anak muda mengendarai moped tanpa mengenakan helm kemudian
menabrak mobil, tergeletak sebentar di jalanan, lalu bangun
mengibas-ibaskan bajunya dan terus pergi.

Di sana dahulu terdapat gedung-gedung tinggi dan megah, sekarang hanya
terlihat bekas-bekas perang saudara berupa dinding-dinding yang
dipenuhi lubang-lubang peluru. Jendela-jendela pecah makin menunjukkan
suasana sunyi sepi ruangan dalamnya. Tetapi jika lebih didekati,
ternyata di balik kesunyian itu terdapat penghuni-penghuni gelap atau
tunawisma yang nongkrong di dalam keputusasaan.

Di pelabuhan, ketika Laut Tengah menghempas daratan dengan ombak-
ombaknya, nelayan-nelayan sering terlihat memunguti sampah dari
jaringnya setelah seharian menjaring ikan di perairan yang terpolusi.
Inilah salah satu dari beberapa pilihan profesi yang tersedia; profesi
lainnya adalah apa yang terlihat pada ratusan "dukkaan" atau toko
kelontong kecil yang berderet-deret di sisi jalanan. Pilihan pekerjaan
yang lain adalah menjadi supir taksi, guru, penjual makanan managuish
atau penjaja jus wortel, tetapi pada umumnya lowongan kerja sudah
tidak ada lagi dan orang-orang terpaksa bergulat dengan kemiskinan.

Lima kali sehari warga Muslim bersembahyang, menunjukkan betapa besar
pengaruhnya "agama". Di sana-sini terdengar puji-pujian manis umat
Kristen di sekitar kota. Walaupun mereka setia, orang-orang percaya
yang berkomitmen sangat jarang di sini dan pelayan-pelayan Tuhan
sangat langka. Meskipun demikian setiap orang Kristen telah menerima
talenta tertentu, dan buah-buah yang mereka hasilkan adalah bunga-
bunga harum yang mekar di malam hari. Bunga-bunga ini adalah para
"shabbab" (laki-laki muda) yang lapar rohani, yang mengikuti jejak
Nikodemus dan diam-diam minta untuk bertemu dengan Yesus.

POKOK DOA

* Berdoalah bagi kota Tripoli, agar janganlah agama melainkan
  kehidupan yang seutuhnya dan kebenaran akan semakin terlihat dalam
  kota itu (Yeremia 6:14).

* Berdoa agar semakin banyak orang mengikuti jejak Nikodemus (Yohanes
  3:1-16).

* Berdoalah bagi para mahasiswa universitas yang terus mencari, supaya
  dapat bergabung dengan orang-orang yang berani untuk berbicara dalam
  nama Yesus dan menjadi saksi akan Kasih-Nya (Amsal 29:25).

* Akhirnya, seperti Tuhan membersihkan udara kota Tripoli dengan hujan
  yang menyibakkan keindahan pegunungan salju mereka di sana, biarlah
  Dia yang duduk di surga juga membersihkan jalan-jalan di Tripoli
  dari sikap apatis dan mendatangkan sukacita (Yesaya 60:1-2).

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org