Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/32 |
|
Doa 40 Hari 2004 edisi 32 (5-11-2004)
|
|
Jumat, 5 November 2004 SUKU LINTANG di SUMATERA ======================== Suku Lintang adalah sebuah suku Muslim yang populasinya berjumlah 70.000 orang. Mereka bertempat tinggal terutama di sepanjang Sungai Lintang dan di lembah-lembah pegunungan Bukit Barisan di propinsi Sumatra Selatan. Orang-orang Lintang tinggal secara berkeluarga dalam rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu, yang biasanya terdiri dari dua atau tiga ruangan kamar. Di bawah rumah adalah tempat penyimpanan kayu bakar, yang sering juga dipakai sebagai tempat bekerja. Di masa-masa modern ini, rumah-rumah kayu itu mulai digantikan oleh rumah yang terbuat dari batu bata dan dibangun langsung di atas tanah. Warga Lintang umumnya bekerja sebagai petani yang menanam padi dan pohon kelapa. Daerah mereka juga dijadikan perkebunan kopi (kopinya dijual untuk diekspor), demikian juga perkebunan karet dan tanah ladang yang ditanami sayur-sayuran dan rempah-rempah yang cocok dengan daerah pegunungan. Pada musim panen rumah-rumah penduduk ditinggalkan kosong, karena seluruh keluarga pindah ke perkebunan, dan tinggal di sana pada malam hari sekalipun. Apalagi jika musim panen kopi yang berlangsung sekali setahun. Selain itu suku Lintang juga memelihara kerbau, kambing, ayam dan bebek. Meskipun tinggal di dekat sungai, mereka tidak suka memelihara ikan. Dalam suku ini merupakan kebiasaan bahwa pemuda-pemudi memilih sendiri jodoh yang akan mereka kawini. Namun pesta perkawinan tetap diatur oleh orang tua. Apabila terjadi perselisihan di desa orang Lintang, maka keluarga-keluarga akan mencoba menyelesaikannya melalui jasa penasihat khusus. Jika tidak terjadi kesepakatan, maka seorang penatua desa dapat berfungsi sebagai penengah. Masalah-masalah tertentu terpaksa diselesaikan dengan mengajukannya kepada kantor urusan agama di kota kecamatan terdekat. Warga Lintang setia menganut agama Islam Sunni selama berabad-abad dan di setiap kota dan desa mereka terdapat banyak sekali mesjid dan langgar. Mereka merayakan semua hari raya Islam, termasuk hari raya Idul Fitri (mengakhiri bulan puasa) pada akhir bulan Ramadhan. Meskipun setia sebagai penganut Islam, kebiasaan agama mereka telah bercampur dengan adat istiadat setempat. Masyarakat berkumpul pada waktu sembahyang sholat, tetapi mereka juga rajin berdoa kepada roh nenek moyang karena mengharapkan bantuan rohroh tersebut. Dukun- dukun dan orang "pintar" melakukan pengusiran setan untuk menyembuhkan orang sakit. Hingga kini belum ada bagian Alkitab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Lintang, dan belum ada juga jemaat di antara penduduk asli. Hanya ada satu kota kecil yang terdapat di daerah orang Lintang di mana terdapat orang Kristen, tetapi mereka adalah orang Kristen Tionghoa. Hanya satu orang perempuan yang asli suku Lintang dikenal sebagai orang percaya, tetapi ia tidak tinggal di desa asalnya. Topik-topik Doa --------------- * Berdoa agar suku Lintang benar-benar menemukan damai sejahtera, pengampunan dan kepastian mengenai keselamatan mereka di akhirat. Berdoa agar segera terbentuk sebuah jemaat yang beranggotakan orang Lintang yang asli. * Berdoa agar ada pembuatan kaset-kaset penginjilan dan film Yesus dalam bahasa Lintang, demikian juga program siaran radio dalam bahasa Oran, sebuah bahasa yang masih berkaitan dengan bahasa Lintang tetapi juga dimengerti oleh mereka. Mereka juga mengerti buku-buku dalam bahasa Indonesia, tetapi diperlukan suatu cara untuk dapat mengirimkan buku-buku itu kepada mereka. * Berdoa agar Tuhan mengirimkan duta-duta Injil ke suku Lintang, berdoa mintakan hikmat dan pewahyuan sorgawi bagi mereka, agar dapat menolong sesuai kebutuhan yang tepat bagi suku Lintang.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |