Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/3 |
|
Doa 40 Hari 2004 edisi 3 (7-10-2004)
|
|
Kamis, 7 Oktober 2004 MELAYU DI SEMENANJUNG MALAYSIA ============================== Ada 7.500.000 orang Melayu di Semenanjung Malaysia. Mereka adalah mayoritas warga Melayu di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Di Malaysia, orang akan digolongkan sebagai orang Melayu oleh lembaga negara bila berbicara dalam bahasa nasional mereka, yaitu bahasa Malaysia, mengenakan busana Melayu dan menganut agama Islam. Rasa hormat dan kebanggaan, mereka temukan dalam warisan budaya dan posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat. Gelar sebagai pa`long (paman tertua) berfungsi sebagai posisi dalam hirarki. Orang Melayu Semenanjung Malaysia dapat ditemukan dalam berbagai tingkatan dalam masyarakat. Ada pembauran orang Malaysia yang berpendidikan tinggi dan memegang posisi penting dalam pemerintahan dan orang-orang yang bekerja sebagai petani, nelayan, dan lainnya. Hukum Melayu mengharuskan pria Melayu mengenakan pakaian tradisional yang menutupi kaos mereka. Pria Melayu yang modern cenderung mengikuti gaya barat dengan mengenakan jeans biru, handphone, dan kaos pollo. Saat ini, orang Melayu membangun rumah-rumah moderen dan juga ada yang tradisional di pedesaan. Rumah tradisonal memiliki ukuran yang besar untuk menampung seluruh anggota keluarga di bawah satu atap. Walaupun mereka memiliki pendidikan tinggi dan menempati posisi tinggi dalam sosial dan politik, nilai-nilai tradisonal mereka tetap berpengaruh dalam masyarakat. Orang-orang Melayu sangat bersosialisasi dan saling bergantung dalam masyarakat. Secara kekeluargaan, mereka akan sering tinggal bersama dengan keluarga yang lain untuk menolong satu dengan yang lainnya. Pesta keluarga (kenduri) adalah hal yang sangat memikat dalam masyarakat. Islam telah dibawa ke Malaysia oleh orang-orang Arab dan India pada abad-abad yang silam, dan orang-orang Melayu menyambutnya dan meyakini iman Islam. Lahir dalam keluarga Melayu, artinya lahir sebagai orang Islam dan tidak boleh beralih kepercayaan. Hukum Malaysia melarang memberitakan Injil bagi orang Melayu. Bila kedapatan, pemerintah akan menindak tegas si pemberita Injil. Semua orang Melayu mengaku sebagai pengikut Islam, walaupun ada yang setengah hati berpartisipasi dalam bulan puasa. Mereka juga pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah sekurang-kurangnya sekali seumur hidup mereka. Akar dari kehidupan Melayu berasal dari agama Hindu, ini dapat ditemukan dalam kebudayaan mereka seperti pada pernikahan. Pengantin pria dan wanita akan mengecat tangan mereka selama berjam-jam untuk menerima para tamu. Meskipun Islam melarang menggunakan "bomoh" (dukun), namun mereka sering berkonsultasi dengan dukun ketika mengalami kesulitan dan untuk mendapatkan berkat atau ironisnya, meski orang Melayu menerima jati diri mereka dalam pengaruh keluarga besar, salah satu kebutuhan terbesar dalam keluarga, justru mereka hancurkan sendiri melalui perceraian dan dengan mengawini lebih dari satu wanita. Kurangnya disiplin untuk anak-anak menjadi tantangan yang dihadapi oleh keluarga Melayu. Di tengah badai ini, hanya Yesus Kristuslah damai sejati bagi orang- orang Melayu Semenanjung dan keluarga mereka. Bagaimanapun juga, ada beberapa orang Melayu yang telah mengalami damai Kristus di hati mereka. Mereka ini langsung menghadapi tekanan sosial dan penganiayaan.POKOK DOA * Berdoa agar gereja Tuhan di Malaysia, Singapura, dan Indonesia dapat merasakan hati Bapa yang hancur karena kasih-Nya bagi orang- orang Melayu secara keseluruhan, khususnya di negeri Malaysia. Berdoalah agar gereja Tuhan berkomitmen secara intensif untuk mendoakan orang Melayu dan menerapkan strategi pelayanan yang kontekstual dengan masyarakat Melayu. * Berdoa bagi generasi muda Melayu Malaysia agar memiliki ketajaman berpikir, membandingkan Islam dengan Kristen, dan mereka menemukan cara yang tepat untuk menyuarakan kebenaran yang mereka temukan. * Berdoa, supaya Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada tokoh-tokoh kunci di Melayu Semenanjung, di bidang agama, politik/pemerintah, media, seni dan dunia hiburan, pendidikan, ekonomi/usahawan, pemuda, wanita, dan lainnya.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |