Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/2 |
|
Doa 40 Hari 2004 edisi 2 (6-10-2004)
|
|
Rabu, 6 Oktober 2004 PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA INDONESIA ======================================================== Sejak awal kelahirannya, Nahdlatul Ulama-Muhammadiyah sebetulnya memang tidak didirikan sebagai organisasi politik. Kedua ormas ini didirikan untuk mengembangkan dakwah Islam, kegiatan sosial, pendidikan, dan pengembangan sumberdaya manusia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa aroma dan tarikan politik senantiasa mewarnai denyut nadi organisasi itu. Hal itulah yang menjadikan perdebatan dan tarikmenarik antara kubu kultural dan politik pada kedua organisasi tersebut. Keduanya memiliki peran yang cukup signifikan dalam sejarah dan dinamika perpolitikan Indonesia. Meskipun organisasi Islam terbesar di Indonesia ini bukan partai politik, pengaruh dan daya penekan (pressure power) mereka bisa melebihi partai-partai politik yang ada. Oleh karenanya, tidak heran jika dalam penentuan-penentuan kebijakan nasional oleh pemerintah atau partai pemenang pemilu mereka biasanya banyak dilibatkan. Dan pada pembagian jatah kekuasaan pun, mereka akan senantiasa diperhitungkan dan diberi tempat. Terbukti dalam dukungmendukung calon presiden pada Pemilu 5 Juli 2004 yang lalu, suara Nahdlatul Ulama-Muhammadiyah sangat diperhitungkan untuk meraih kemenangan. Siklus sejarah keterlibatan Nahdlatul Ulama-Muhammadiyah pada wilayah politik praktis ini kembali terjadi sesudah jatuhnya pemerintahan Soeharto pada Mei 1998. PKB dan PAN, pada akhirnya didirikan untuk menampung, memperjuangkan, dan mewadahi aspirasi serta misi politik dari kedua organisasi tersebut sebagai sebuah konsekuensi logis untuk mendapatkan akses kekuasaan. Bagi sebagian besar cendekiawan Islam, posisi Nahdlatul Ulama- Muhammadiyah yang jelas mempunyai jaringan dan basis massa luas di masa mendatang diharapkan harus mampu menjadi kekuatan civil society alternatif. Terlebih lagi, dengan pengalaman, SDM, serta amal usaha yang sudah dimilikinya, keduanya akan relatif lebih independen dan canggih memainkan peran ketika berhadapan dengan hegemoni negara dan pasar bebas, terutama kekuatan Barat yang dianggap identik dengan Kristen. Namun dalam sejarah di Indonesia, para dalam pertikaian yang tidak dapat membuat mereka bersatu padu sebagai sebuah kekuatan Islam kolektif. Belum diketahui secara pasti apakah sejarah bangsa ini selanjutnya, mereka akan berkoalisi sebagai kekuatan oposisi bagi pemerintahan baru atau tetap terpisah dengan kepentingan politik masing-masing. Apabila mereka bergabung dalam platform yang sama, maka jelas hal demikian akan menambah kekuatan tawar-menawar (bargaining power) terhadap pemerintahan yang baru. Imbasnya bisa berpengaruh terhadap tekanan yang semakin meningkat terhadap kelompok minoritas seperti umat Kristen di Indonesia. Hal ini sudah dibuktikan ketika kedua organisasi Islam yang diwakili PAN dan PKB dalam panggung politik Indonesia tahun 2003 menyetujui disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS yang memberatkan Dalam kaidah realitas politik, bentuk koalisi yang dilakukan tersebut jelas sah-sah saja. Pada pemilu tahun 1999 semua Partai Islam seperti PKB, PAN, PBB, Partai Keadilan, dan PPP bergabung menjadi satu dalam Poros Tengah yang membawa Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden. Adapun penggabungan kekuatan ini digagas oleh mantan Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais yang dikenal sebagai tokoh Islam yang bersikap keras terhadap Amerika. POKOK DOA Bacalah Mazmur 2; Daniel 2:21-22 * Doakan tokoh-tokoh utama dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama agar hati nurani mereka terbuka untuk mencari kebenaran yang sejati dan berani untuk menerima kebenaran yang ditunjukkan kepada mereka. * Berdoa meminta Tuhan dengan lengan-Nya yang teracung mengintervensi atas setiap rencana dan keputusan mereka, baik bagi kepentingan langsung golongan mereka ataupun untuk seluruh bangsa. * Berdoa dalam bulan suci umat Islam ini, agar Tuhan mencurahkan Roh-Nya secara melimpah dan menyelamatkan saudara-saudari kita umat Muslim di Indonesia.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |