Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/18 |
|
Doa 40 Hari 2003 edisi 18 (2-11-2003)
|
|
Minggu, 2 November 2003 IBUKOTA KHARTOUM DI SUDAN ========================= Populasi penduduk: 12 juta Hampir segala-galanya di kota Khartoum berwarna coklat. Ada juga yang berwarna merah, tetapi warna dasarnya tetap coklat! Panas terik matahari di sini memudarkan warna semua bangunan di kota ini. Debu menempel dan menembus segala sesuatu. Hanya warna langit saja yang hampir selalu biru cerah di sini. Khartoum adalah kota terbesar kedua di Kawasan Muslim Afrika (Utara). Kotanya tidak dibangun seperti layaknya kota yang modern, tetapi terdiri dari rumah-rumah sederhana berlantai satu yang terbuat dari batu bata, berderet-deret ke segala penjuru hingga sekian kilometer. Nama Khartoum berarti "belalai gajah". Letak kota persis pada persimpangan antara Sungai Nil Putih dan Sungai Nil Biru, yang tampaknya memang mirip sebuah belalai gajah karena aliran sungai- sungai itu kota Khartoum terbagi menjadi 3 bagian. Di Khartoum Selatan terdapat pemerintah pusat dan gedung-gedung perkantoran. Di sebelah Barat sungai, (kota) Omdurman tetap mempertahankan karakter Islam tradisionalnya dengan banyak gang kecil dan pasar (souk) yang besar. Khartoum Utara (kota Bahri) semula direncanakan menjadi daerah industri, tetapi seperti daerah-daerah lain di kota itu, akhirnya menjadi makin padat dengan rumah-rumah kediaman. Negeri Sudan terdiri dari berbagai kebudayaan yang berbeda-beda. Dengan penduduknya sebesar 33 juta orang, Sudan sesungguhnya terdiri atas 240 lebih suku bangsa. Di Khartoum sendiri penduduknya 12 juta orang, 2 juta di antaranya adalah pengungsi dari Gunung Nuba dan daerah Sudan Selatan. Selama 15 tahun belakangan, para pengungsi ini telah melarikan diri menghindari peperangan di kawasan selatan. Kebanyakan mereka tinggal di daerah pengungsian di pinggiran kota. Kehidupan di daerah ini begitu sulit, kebanyakan orang tidak memiliki pekerjaan, walaupun ada juga yang berhasil menjadi pembantu rumah tangga, satpam atau pekerja kuli di kota (itupun kalau mereka dapat menemukan transportasi yang memadai). Banyak lembaga dari luar negeri telah bekerja tanpa mengenal lelah untuk membantu menyediakan sarana-sarana dasar seperti bantuan pangan, air minum, sanitasi (pembuangan air limbah), kesehatan, dan pendidikan di kompleks pengungsian ini. Pelayanan pemerintah sendiri seperti aliran listrik dan jalan-jalan umum pun sudah mulai tampak. Hidup begitu sulit di sini, tetapi bagi sebagian warga masih ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik asalkan dapat memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Tetapi yang lainnya rindu untuk dapat kembali ke kawasan selatan yang lebih subur dan hijau. Peperangan di Selatan terjadi karena pemerintah mencoba memaksakan hukum syariah Islam. Sisi lainnya, kota yang tadinya mayoritas beragama Islam ini, malah ribuan orang penduduknya yang masuk Kristen. Di tahun 1997, resminya hanya terdapat 171 gereja di kota Khartoum, tetapi sekarang sudah jauh lebih banyak lagi. Walaupun negeri Sudan menghadapi masalah peperangan, kemiskinan dan kebudayaan yang multietnis, ibukota Khartoum sendiri aman-aman saja, dan Tuhan sedang bekerja menyebarkan kabar baik tentang keselamatan dan memperdamaikan orang-orang dengan Tuhan dan satu sama yang lain POKOK DOA * Doakan agar pemimpin-pemimpin negara Sudan memiliki visi dan tekad untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan (termasuk juga, menjamin kebebasan dalam berpikir dan mengutarakan pendapat bagi semua kelompok etnis di negeri ini) (1Timotius 2:1-6). * Doakan agar para pemimpin membela dan sungguh-sungguh mempertahankan kesepakatan damai sehingga 2 juta pengungsi di sekitar Khartoum dapat kembali membangun kampung halaman mereka di Sudan Selatan. * Doakan agar mayoritas yang beragama Islam akan memperoleh kesempatan untuk menyaksikan dan mendengar berita Injil. * Doakan agar pemimpin-pemimpin Kristen di Khartoum terpanggil dan dipersiapkan, sehingga mereka dapat memulai, merawat dan memelihara banyak persekutuan kecil di kalangan penduduk pribumi.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |