Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/14 |
|
![]() |
|
Doa 40 Hari 2008 edisi 14 (7-9-2008)
|
|
Minggu, 7 September 2008 ISLAM ESOTERIS Pengertian kata esoteris berasal dari bahasa Inggris "esoteric" yang berarti hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kata esoteris berarti aspek dalam batin, hakikat, inti atau substansi, sebagai lawan dari aspek luar, aspek lahir, aspek syariat dan aspek materi. Maka yang dimaksud dengan Islam Esoteris adalah ajaran agama Islam yang menekankan kajian pada aspek batin yang merupakan inti dari agama. Aspek batin ini meliputi tujuan dari beragama, yaitu mencapai kehidupan yang sejahtera, selamat, dan sentosa dengan jalan membersihkan dan mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran Islam Esoteris tidak mempermasalahkan segi-segi simbol atau bahasa yang dianut oleh agama lain, dan juga tidak memperdebatkan perbedaan dalam cara-cara atau syariat untuk mencapai tujuan (hakikat). Namun demikian dalam Islam Esoteris tidak berarti meremehkan atau tidak menganggap penting terhadap syariat. Pemahaman esoterisme mengakui pentingnya syariat, simbol atau bahasa agama sebagai bingkai dalam perjalanan waktu menuju kebenaran hakiki, tetapi karena jalan itu mendapat pengesahannya dari nurani, maka dalam perilaku keagamaan dimensi esoteris itu juga harus dipandang sebagai bagian doktrin agama yang bersifat mutlak, walaupun kemutlakannya masih dalam taraf relatif. Akhirnya masing-masing penganut agama tertentu harus meyakini bahwa agama yang dianutnya adalah benar secara mutlak, tanpa harus menafikkan kemutlakan kebenaran agama yang dianutnya. Namun, berbarengan dengan keyakinan itu, juga memberikan kemungkinan bagi orang lain yang menganut agama yang berbeda untuk memutlakkan agama yang dianutnya. (Buku "Kamarudidn Hidayat dan Muhammad Wahyunya Nifas", hal 14) Latar Belakang Timbulnya Islam Esoteris Ada 4 sebab timbulnya Islam esoteris: 1. Muncul sebagai reaksi sebagian besar umat Islam yang mengamalkan ajaran agamanya dan hanya terhenti pada pengalaman syariat dari segi lahiriahnya saja sesuai ketentuan ilmu fiqih. Syariat, rukun, dan tata cara sholat yang sesungguhnya sebagaimana diatur dalam fiqih misalnya dipelajari dan diamalkan secara seksama. Namun, hikmat dan hakikat dan makna dari sholat tersebut belum dipahami. Mereka sudah menganggap cukup apabila kewajiban melaksanakan sholat tersebut telah terpenuhi dan tidak berkewajiban terhadap kepekaan sosial serta pengendalian diri terhadap orang lain. 2. Timbul sebagai reaksi kehidupan masyarakat modern yang hanya mementingkan segi lahiriah material yang tidak pernah merasa puas. Namun dalam kenyataannya, kehidupan cinta kasih, rindu kedamaian, persaudaraan tidak dapat dijawab dengan materi, sehingga mereka akhirnya lari pada pelampiasan yang bersifat sementara seperti: mabuk, narkoba, seks bebas, pergi ke diskotik/kafe, dan sebagainya. 3. Sebagai upaya untuk mencapai titik temu antara pemeluk agama yang berbeda, karena perasaan superiotas masing-masing pemeluk agama yang berbeda, atau penganut aliran dalam satu agama. Contoh penganut teologi Mu`tazilah sering berseteru dengan penganut teologi Asy`ariyah, atau antara Sunni dengan kaum Shiah, padahal mereka sama-sama berada dalam agama Islam. Islam Esoteris memandang bentuk-bentuk (dari agama apapun) sebagai keistimewaan tersendiri yang harus dihormati, dan pluralitas agama ialah sejalan dengan kehendak Ilahi. 4. Timbul sebagai jalan dialog yang didasarkan pada ketulusan, spontanitas, lepas, pikiran yang terbuka dan kebersamaan antar penganut agama. Melalui dialog akan tercipta suasana kehidupan yang berdampingan, saling memberi manfaat dan sang menolong antara penganut agama. Dengan demikian orang-orang yang ingin memecah bangsa melalui pendekatan agama tidak akan berhasil, karena masing- masing tidak menganggap pemeluk agama yang lain sebagai musuh tetapi sebagai mitra. Paham Islam esoteris ini muncul di era post modern dan dikembangkan oleh kalangan cendekiawan Indonesia seperti: Prof. DR.H.M. Quraish Shihab, Dr. Alwi Shihab, Soetjipto Wirosardjono, Dr.Komaruddin Hidayat, Anad Krishna, Ahmad Chodjim. POKOK DOA: Lihat pokok doa yang kami kirim pada hari Minggu, 31 Agustus 2008.
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |