Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/14 |
|
Doa 40 Hari 2005 edisi 14 (8-10-2005)
|
|
Jumat, 21 Oktober 2005 ORANG SUNDA DI INDONESIA ======================== Populasi : 35 juta Orang Sunda dengan populasi 35 juta, adalah kelompok suku kedua terbesar di Indonesia setelah suku Jawa. Di mana mereka sangat berbeda. Orang Sunda sebagian besar tinggal di Propinsi Jawa Barat yang terdapat di P. Jawa. Perbatasan mereka di sebelah Timur dengan wilayah Jawa, dan dikelilingi dari tiga sisi oleh Laut Jawa, Samudra Hindia dan Selat Sunda. Disekitar tahun 1.000 SM. Ada suatu gelombang besar imigran yang datang dari negeri Tiongkok Selatan. Imigran ini adalah nenek moyang orang Jawa, orang Madura dan orang Sunda. Kerajaan Sunda pertama bernama "Taruma Negara" telah dibangun sekitar tahun 600 M kerajaan ini sangat kuat dipengaruhi oleh agama Hindu. Pada tahun 1527, kota besar utamanya yang terletak di tepi pantai bernama Sunda Kelapa, jatuh ke tangan tentara Islam yang adalah pasukan gabungan dari beberapa kesultanan, nama kota kemudian diganti menjadi "Jaya Karta" dan kemudian berubah menjadi "Jakarta" yang artinya "Kemenangan Agung". Hal ini menghentikan sebagian besar pengaruh Hindu di daerah tersebut. Bahasa Sunda memiliki tiga level, level tertinggi yang disebut halus, level menengah dan level bawah, ini termasuk bahasa yang kompleks di Indonesia. Generasi muda menggunakan bahasa Nasional, yakni bahasa Indonesia saat mereka belajar di sekolah. Orang Sunda yang telah berbaur dengan kehidupan kota, jarang berbicara bahasa Sunda. Kerajinan tangan Sunda yang namanya "batik" tetap diproduksi di beberapa tempat. Pengaruh Hindu dapat terlihat pada pola yang ada pada batik. Angklung, alat musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu sangat digemari oleh wisatawan asing. Istilah yang sering terdengar di antara orang Sunda "kaya atau miskin, makan atau tidak makan, yang penting kumpul". Mereka sangat gemar berkumpul pada malam yang dingin untuk santai dan berbicara bersama. Mereka juga senang untuk kumpul dan tinggal bersama-sama dalam satu keluarga. Kebanyakan di desa-desa baik pria maupun wanita biasanya mereka berasal dari satu nenek moyang. Kebanyakan orang Sunda yang tinggal di pedesaan adalah petani dan nelayan, tapi ada banyak juga yang bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang dan pengusaha di kota besar. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan banyak pengangguran dan masalah sosial. Perceraian sering terjadi, sehingga ada banyak kehidupan yang rusak dan tidak berfungsi untuk melindungi anak-anak dalam kota besar. Orang sunda 98% adalah orang Islam. Banyak di antaranya adalah "santri", mereka melekat betul dengan pengajaran Islam. Bagaimanapun juga ada banyak Muslim yang disebut `abangan` mereka ini masih berpegang pada pre-Islamic senang mengunjungi kuburan leluhur dan berdoa minta berkat, mengunjungi peramal untuk kebaikan dan kekayaan. Sebagai tambahan, ada suatu kelompok orang Sunda di daerah tertentu memiliki kepercayaannya sendiri (suatu campuran Hindu dan kepercayaan animisme). POKOK DOA * Berdoa untuk kerja sama yang baik di antara para pekerja Kristen yang melayani orang Sunda. Agar mereka peka dengan budaya setempat, dan berhikmat dalam melayani orang-orang Sunda, khususnya yang di pedesaan (Rom. 13:7-10) * Berdoa bagi orang-orang Kristen yang berhubungan dengan orang Sunda agar mereka berani untuk berdoa dan bersaksi bagi tetangga mereka. * Berdoa agar Tuhan mendemonstrasikan kuasa-Nya untuk menghancurkan kuasa jahat dan juga untuk meneguhkan berita Injil. (Luk. 7:19-22) Berdoa agar Roh Kudus bergerak dengan kuasa yang dahsyat. * Ada beberapa wacana dalam pemerintah daerah setempat yang membuat larangan bagi pelayanan Kristen. Berdoa mohon kuasa Tuhan menghentikan wacana tersebut baik di lokal maupun tingkat Nasional. * Berdoa mohon perlindungan, hikmat dan penghiburan dari Tuhan bagi pekerja Kristen dan umat percaya yang menghadapi kesulitan di daerah tertentu. * Berdoa dalam nama Tuhan Yesus Kristus hancurkan roh pasif, roh apatis dan roh masa bodoh.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |