Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/10 |
|||||||||||||||
Doa 40 Hari 2015 edisi 10 (17-6-2015)
|
|||||||||||||||
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- RABU, 17 JUNI 2015 SUKU LAMPUNG PESISIR Pengantar Masyarakat pribumi yang tinggal di sepanjang pesisir provinsi Lampung disebut masyarakat Lampung Pesisir, atau biasanya juga disebut Lampung Peminggir ("peminggir" memiliki konotasi sebagai orang-orang desa). Mereka terdiri atas empat bagian: 1. Peminggir Melinting Rajabasa di Labuhan Meringgai dan di sekitar daerah Rajabasa Kalianda. 2. Peminggir Teluk di daerah Teluk Betung. 3. Peminggir Skala Brak di Liwa, Kenali, Pesisir Tengah, Pesisir Utara, dan daerah Pesisir Selatan. 4. Peminggir Semangka di Cuku Balak, Talangpadang, Kotaagung, dan daerah Wonosobo. Mereka berbicara dengan dialek bahasa Lampung Api. Kata api berarti "apa". Ada dua jalur tradisi budaya di Lampung, yaitu Pepadun dan Saibatin (yang berarti "satu pemimpin"). Setiap daerah di Lampung Pesisir hanya memiliki satu pemimpin otonomi -- seorang Pangeran dari Sultan. Seperti apa kehidupan mereka? Sebagian besar masyarakat Lampung Pesisir bekerja sebagai petani. Meskipun mereka tinggal di daerah pantai, hanya sedikit yang bekerja sebagai nelayan. Rumah-rumah di Lampung Pesisir sudah mulai bergeser dari rumah tradisional. Rumah kayu yang panjang dan ditinggikan yang biasanya dibangun di atas tiang-tiang tebal, sekarang dibangun di atas tanah seperti rumah-rumah di Indonesia pada umumnya. Struktur keluarga di daerah Pesisir masih sangat kuat dengan berbagai aturan dan kewajiban-kewajiban formal berkeluarga. Bagi masyarakat Pesisir, keluarga berarti sebuah komunitas yang terdiri atas seorang ayah, seorang ibu, anak-anak, dan cucu-cucu. Ayah adalah seorang pemimpin dalam keluarga. Masyarakat Lampung Pesisir cukup terbuka untuk bersosialisasi dengan orang luar. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka akan mengadopsi anak dari orang lain karena mereka ingin memiliki keluarga besar. Salah satu dari prinsip hidup mereka adalah Piil Pesenggiri atau "status/martabat harus dijaga di atas segalanya". Mereka biasanya hidup sangat sederhana, tetapi mereka juga bersedia menerima pujian atau penghargaan. Mereka tidak takut menghabiskan banyak uang untuk festival budaya. Mereka juga biasanya menggunakan gelar yang bergengsi. Sebagai contoh, setelah menikah, pria menerima gelar Adok dan wanita menerima gelar Inai. Apa keyakinan mereka? Masyarakat Lampung Pesisir adalah penganut Islam Sunni Shafi`i. Meski demikian, beberapa orang percaya bahwa makam tertentu dan tempat-tempat lain adalah tempat yang menakutkan dan memiliki kekuatan magis, seperti sumur di Pitu. Beberapa orang juga meletakkan simbol tertentu, seperti sebuah tanda silang yang dibuat dengan kapur, di depan pintu, jendela, dan gerbang-gerbang. Mereka percaya simbol-simbol ini dapat mengusir roh-roh jahat. Sebagai contoh, simbol-simbol ini terutama digunakan ketika wanita sedang hamil tua untuk mengusir roh jahat yang disebut kuntilanak (wanita seperti zombie yang diyakini telah meninggal setelah melahirkan anak). Hanya sedikit masyarakat Lampung Pesisir yang beragama Kristen. Kebanyakan dari keluarga besar memperlakukan mereka secara kasar dan berusaha mencegah mereka berpindah keyakinan. Jika mereka melakukannya, keluarga mereka akan berusaha untuk mengembalikan mereka ke agama mayoritas. Setelah beberapa saat, mereka biasanya diterima oleh keluarga lagi walaupun mereka beragama Kristen. Apa kebutuhan mereka? Kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan bekerja adalah kebutuhan terbesar bagi penduduk Lampung Pesisir. Mereka juga harus dipersiapkan untuk memasuki era industri, terutama agar memiliki keinginan untuk membuat diri mereka mampu bersaing dan dapat bertahan hidup dalam sebuah populasi yang lebih beragam. Lebih dari 90 persen dari populasi daerah Pesisir hidup bergantung pada pertanian padi walaupun mereka umumnya tinggal di daerah pantai. Pelatihan penggunaan sumber daya laut yang bijaksana dapat menjadi sangat berguna untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka. (t/Hossiana) Bahan-bahan untuk pelayanan suku Lampung:
Diterjemahkan dari:
POKOK DOA
Kontak: doa(at)sabda.org
|
|||||||||||||||
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |