Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/1 |
|
Doa 40 Hari 2014 edisi 1 (18-6-2014)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- RABU, 18 JUNI 2014 SUKU TENGGER Suku Tengger adalah penduduk asli yang mendiami kawasan gunung Bromo dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, di Jawa Timur. Menurut legenda, nama Tengger merupakan gabungan dari akhiran dua nama, yaitu Roro Anteng (putri raja Majapahit) dan Joko Seger (putra seorang Brahma). Keduanya membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini, dan kemudian menamakannya sebagai Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau Penguasa Tengger yang Budiman. Luas daerah Tengger kurang lebih 40 km, di atas ketinggian antara 1000 -- 3675 m. Wilayah-wilayah Tengger masuk ke dalam empat kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Keempat kabupaten inilah yang juga menjadi wilayah persebaran mereka, tetapi pusat kebudayaan aslinya berada di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo. Sementara untuk wilayah adat, suku Tengger terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Sabrang Kulon (diwakili oleh desa Tosari, kecamatan Tosari, kabupaten Pasuruan ) dan Sabrang Wetan (diwakili oleh desa Ngadisari, Wanantara, Jetak, kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo). Kepercayaan Suku Tengger Masyarakat suku Tengger sejak awal merupakan penganut Hindu yang taat dan sedikit berbeda dengan yang ada di Bali. Sampai saat ini, mayoritas mereka masih menganut agama Hindu. Mereka dikenal sangat berpegang teguh pada adat dan istiadat Hindu lama. Hindu yang berkembang di masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana. Namun, seiring perkembangan zaman, agama-agama lain juga telah dianut oleh masyarakat Tengger, seperti Islam, Kristen, dan Buddha. Berdasarkan ajaran agama Hindu yang dianut, setiap tahun mereka rutin mengadakan beberapa upacara adat, dan yang terbesar adalah upacara Kasada. Sesaji dan mantra amat kental pengaruhnya dalam masyarakat suku Tengger. Namun, masyarakat Tengger percaya bahwa mantra-mantra yang mereka gunakan adalah mantra-mantra putih, bukan mantra hitam yang sifatnya merugikan. Selain upacara Kasada, upacara-upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan warga suku Tengger adalah upacara kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara), kematian (entas-entas, dan lainnya), upacara adat berhubungan siklus pertanian, mendirikan rumah, dan juga terkait adanya gejala alam seperti leliwet dan barikan. Kehidupan Masyarakat Masyarakat suku Tengger terdiri atas kelompok-kelompok desa yang masing-masing kelompok dipimpin oleh tetua. Dan, seluruh perkampungan ini dipimpin oleh seorang kepala adat. Masyarakat suku Tengger amat percaya dan menghormati dukun di wilayah mereka, dibandingkan pejabat administratif karena dukun sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Tengger. Seperti orang Jawa lainnya, orang Tengger menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral, yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu. Sekitar 38 persen dari masyarakat Tengger adalah petani, dan sisanya tersebar ke dalam beberapa jenis pekerjaan seperti pedagang, anggota TNI, pengrajin dsb.. Mereka memiliki prinsip yang kuat tentang tidak menjual tanah mereka kepada orang luar. Pendidikan masyarakat Tengger sudah mulai terlihat dan maju dengan dibangunnya sekolah-sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah di sekitar kawasan Tengger. Sumber pengetahuan lain adalah mengenai penggunaan mantra-mantra tertentu oleh masyarakat Tengger. Perkembangan teknologi juga sudah menyentuh masyarakat Tengger melalui teknologi informasi yang dibawa para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, sehingga cenderung menimbulkan perubahan kebudayaan. Orang Tengger sangat dihormati oleh masyarakat sekitar karena mereka selalu hidup rukun, sederhana, jujur, dan cinta damai. Mereka suka bekerja keras, ramah, dan takut berbuat jahat seperti mencuri karena mereka dibayangi adanya hukum karma apabila mencuri barang orang lain, akan datang balasan yaitu hartanya akan hilang lebih banyak lagi. Kebutuhan Sebagian kecil masyarakat Tengger memang sudah menjadi orang percaya, tetapi ada kebutuhan untuk terus mengembangkan kekristenan di sana. Akses menuju lokasi ini juga terus membutuhkan perhatian pemerintah supaya semakin ditingkatkan. Harapannya, semakin banyak bersentuhan dengan masyarakat luar, terutama anak-anak Tuhan, masyarakat Tengger akan semakin terbuka dengan Firman Kebenaran. Kebanyakan masyarakat Tengger juga hanya berpendidikan SMP meskipun mereka sebenarnya mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka di luar daerah. Untuk mengenal lebih jauh tentang suku Tengger dan menjangkau mereka bagi Tuhan, referensi berikut ini semoga dapat menolong Anda: - Profil lengkap suku Tengger: http://joshuaproject.net/people_groups/15341/ID POKOK DOA
Dirangkum dari: 1. _____. "Tengger People/Suku Tengger". Dalam http://d16do.blogdetik.com/about-suku-tengger/ Kontak: doa(at)sabda.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |