Lima Belas Hari di Kota So'e

Puji nama Tuhan! Perkenalkan, nama saya Mei. Saya ingin menyaksikan kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup saya. Saya adalah seorang Kristen yang memperoleh anugerah keselamatan dari Allah. Saya yakin dan paham akan panggilan saya, panggilan inilah yang menuntun saya untuk menjadi pelayan Tuhan. Karena anugerah dan kemurahan Tuhan, saya dapat bersekolah di salah satu Sekolah Tinggi Teologi di kota Solo. Bulan Oktober 2013, saya sangat bersyukur karena saya telah lulus dari sekolah tersebut.

Kerinduan untuk terus melayani Tuhan ada dalam hati saya. Bulan November 2013, saya direkomendasikan oleh salah satu hamba Tuhan untuk dapat melayani di Nusa Tenggara Timur. Saya lahir dan besar di kota Solo, dan ini adalah pengalaman pertama saya untuk pergi melayani di tempat yang jauh. Saya mempertimbangkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Setelah cukup waktu bagi saya untuk berpikir, akhirnya pada tanggal 28 November 2013, saya pergi ke Nusa Tenggara Timur untuk melayani Tuhan di sana. Kota yang saya tuju adalah kota Atambua. Berkat pertolongan dari seorang hamba Tuhan yang sudah saya kenal, saya diperbantukan untuk menolong dan melayani sebuah gereja di sana. Dan, bersyukur pula karena saya dapat melayani di kota Atambua selama lebih dari lima bulan.

Setelah masa untuk melayani di Atambua selesai, saya ingin pulang ke Solo. Sebelum perjalanan pulang dimulai, saya memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di kota So'e. Hari Minggu awal bulan Mei 2014, dengan menaiki travel, saya berangkat dari Atambua menuju So'e. Jarak yang harus saya tempuh kira-kira 5 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan, hati saya senantiasa mengucap syukur dan memuji nama Tuhan. "Puji Tuhan", itulah kalimat yang terus saya ucapkan dalam hati saya. Tanah Timor ini cukup asing bagi saya, tetapi karena pertolongan Tuhanlah saya bisa melayani Tuhan di tempat ini dan merasa nyaman sekalipun saya berada jauh dari orang tua, keluarga, dan sahabat saya.

Setiba di So'e, saya bertemu dengan pasangan suami istri, yang adalah gembala sidang. Beliau adalah orang yang menolong saya untuk dapat tinggal di sana. Saya tinggal di sana bersama mereka, tepatnya di Pastori Gereja. Selama lima belas hari, saya berada di So'e dan tetap melayani Tuhan di sana. Pengalaman berada di So'e sungguh memberkati saya. Saya benar-benar merasakan pelayanan yang sudah saya inginkan sejak lama. Kegiatan pelayanan yang benar-benar memberi hati kepada jemaat. Pagi, kami gunakan untuk mengajar anak-anak di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), kemudian siang hingga malam hari, kami melakukan visitasi ke jemaat. Setiap hari, selalu ada jemaat yang ingin untuk dikunjungi dan mengadakan mezbah keluarga dalam keluarga jemaat tersebut.

Bapak dan Ibu Gembala Sidang di kota So'e ini mengajarkan kepada saya bagaimana hidup melayani Tuhan. Suatu hari, saya beserta bapak dan ibu gembala akan beribadah di rumah salah satu jemaat. Saat itu, saya berada di kaki lembah, sementara ibu gembala sudah mendahului saya terlebih dahulu, sehingga ibu gembala sudah berada di atas. Dari atas, ibu gembala memanggil saya dan meneriakkan kalimat ini kepada saya, "Mei, lihatlah! Berada di atas bukit ini rumah-rumah yang kita lihat di bawah lembah ini seperti mainan saja ya?" Dengan menunjukkan jarinya, ibu gembala berkata lagi, "Lihat di sebelah sana, lihat ke lembah itu. Yah, rumah yang akan kita kunjungi berada di sana." Saya kemudian mendaki bukit itu dan melihat bahwa rumah-rumah yang saya lihat benar-benar kecil, tampak seperti mainan. Dengan segera, saya, ibu gembala, dan beberapa jemaat mulai turun ke lembah, menyusuri hutan dan lapangan untuk sampai ke rumah jemaat yang ingin kami kunjungi. Perjalanan yang kami tempuh kira-kira sejauh 2 KM. Desa-desa yang berada di So'e adalah desa-desa yang terisolasi. Tidak ada akses jalan untuk menuju ke kota. Listrik juga tidak ada di semua desa. Sepanjang jalan yang kami lalui sungguh gelap karena tidak ada lampu penerang dan lebar jalan hanyalah 1 meter. Semua jalan berbatu-batu dan banyak sekali kotoran ternak di sepanjang jalan yang kami lalui. Dalam keadaan seperti ini, justru kami bersukacita dan kami dengan bersemangat berjalan kaki bersama-sama untuk menuju rumah jemaat.

Dari pelayanan yang kami lakukan di desa-desa, saya belajar bahwa dalam setiap keterbatasan yang ada, Tuhan tetap setia untuk menolong kami. Seluruh penduduk di desa yang kami kunjungi juga menerima sukacita yang besar, setiap penduduk desa sangat rindu untuk dapat menghadiri persekutuan-persekutuan yang ada, meskipun keadaan desa yang mereka tinggali sangat memprihatinkan.

Kerinduan saya di masa mendatang, saya ingin melayani Tuhan dengan keluarga saya kelak. Dari pengalaman saya berada di Nusa Tenggara Timur, saya belajar untuk melayani Tuhan dengan ketulusan hati, membuang semua ambisi, tetapi belajar untuk berkomitmen dan melayani jemaat Tuhan dengan penuh tanggung jawab. Dalam melayani Tuhan, janganlah memikirkan apa yang akan kita terima, tetapi apa yang dapat kita berikan kepada Tuhan dan jemaat.

Segala kemuliaan bagi nama Tuhan!

Sumber kesaksian: Mei Fitriyanti

"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26)

Tinggalkan Komentar