Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Wanita Juga Boleh Menjadi Konselor

Edisi C3I: Edisi 371 - Wanita Kristen sebagai Konselor

Ditulis oleh: S. Setyawati

Peranan kaum perempuan di setiap lini kehidupan kian hari kian besar. Tidak diragukan bahwa kelebihan-kelebihan yang dimiliki kaum perempuan sangat berguna untuk membantunya dalam mengerjakan perannya di banyak bidang, termasuk konseling. Misalnya, kemampuan manajerial dalam mengelola tugas rumah tangga maupun kantor, kemampuan mempromosikan produk-produk kepada publik, bahkan perasaan lembut yang dimiliki wanita yang memampukannya bersimpati dan berempati dalam menolong sesama yang menceritakan masalah mereka kepadanya. Singkatnya, wanita dianugerahi banyak keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi duta Kristus di dunia.

Untuk menolong kaum wanita yang mengalami berbagai macam permasalahan, keberadaan konselor wanita sangat diperlukan. Firman Tuhan dalam Titus 2:3-5 berkata, "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." Dari ayat ini, kita membaca bahwa wanita yang lebih tua diharapkan memberi nasihat kepada wanita yang lebih muda. Dengan demikian, konselor wanita sangat diperlukan untuk menolong konseli wanita.

Selain ayat di atas, dalam Rut 3:1-5 kita membaca kisah Naomi yang memberi saran kepada menantu perempuannya, Rut, mengenai penebusan. "... Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?" (Rut 3:1) Dalam percakapan mereka berdua tersirat bahwa Naomi memberikan nasihat kepada Rut tentang apa yang harus Rut lakukan dalam menghadapi situasi yang dialaminya. Dan, dalam Rut 3:5 tertulis, "... 'Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan.'" Dalam bukunya, "Konseling Kristen yang Efektif", Dr. Gary R. Collins menyebutkan bahwa konselor perlu memberi komentar membangun untuk menghibur dan menyemangati konseli, memberi respons interpretatif untuk menjabarkan kepada konseli apa yang terjadi, memberi respons evaluasi untuk memberi ide-ide atau pemikiran yang baik dan bijaksana mengenai tindakan yang akan dilakukan, dan memberi respons tindakan dengan menganjurkan suatu langkah yang dapat diambil konseli. Akan tetapi, keputusan ada di tangan konseli.

Dari dua contoh di atas, kita mendapati bahwa kaum wanita dapat dan boleh memberi konseling. Sebagai murid Kristus, kaum wanita juga memiliki tugas untuk menjadikan semua orang murid-Nya dan menolong mereka yang lemah (Matius 28:19-20; Roma 15:1; Galatia 6:1-2; 1 Tesalonika 5:14). Konseling yang dilakukan pun tidak harus selalu formal. Namun, sama halnya dengan konselor pria, konselor wanita harus memiliki perlengkapan dan keterampilan konseling sehingga dapat menolong konseli dengan tepat. Selain itu, ia harus mengikuti etika konseling Kristen yang berlaku pada umumnya. Kita tidak bisa secara sembarangan mengemukakan hal-hal rohani. Kita harus memahami kebutuhan konseli dan melayaninya dengan benar -- dengan memberikan dukungan, pengajaran, dan membawanya kepada Tuhan. Sebagai konselor Kristen, wanita harus melibatkan Tuhan dalam melayani konseli, mendasarkan nasihat dan bimbingan seturut kebenaran Alkitab, dan bijaksana dalam memberi konseling, terutama kepada lawan jenis.

Sumber bacaan:

  1. "Garis Besar Rut". Dalam http://alkitab.sabda.org/article.php?id=74
  2. Collins, Dr. Gary R.. 1998. "Konseling Kristen yang Efektif". Edisi Kelima. Malang: Departemen Literatur SAAT. Hlm. 31-32.

Komentar