Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pertanyaan Anda

Saya seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak laki-laki, Boy (12 tahun) kelas VI dan Dipa (7 tahun). Boy sebenarnya seorang anak yang lincah dan sehat, sedangkan Dipa sejak lahir memang cacat dan sampai hari ini hanya tergolek di ranjang, tanpa bisa berbuat apa-apa. Tiga tahun pertama sejak kelahiran Dipa saya stres berat, banyak menangis dan tidak bisa menerima keberadaannya. Lambat laun saya mulai bisa beradaptasi, menerima dan mengusahakan seberapa yang saya mampu untuk kemajuan kesehatannya. Setiap hari saya sibuk mengurus Dipa karena kami tidak mempunyai pembantu. Suami juga sibuk bekerja, dan tidak banyak berkomunikasi dengan kami.

Sejak tahun yang lain, Boy mulai banyak marah tanpa sebab kepada saya dan suami. Kami mengamati perubahan tingkah lakunya dan tidak habis mengerti karena ia selalu mengatakan mengapa Tuhan tidak adil memberikan adik yang tidak bisa diajak bermain, bahkan ia bermain kalau teman-teman atau sepupu datang ke rumah. Dan, melihat kenyataan ini, bagaikan teriris sembilu kalau saya mendengar ocehan kemarahannya baik kepada kami berdua ataupun kepada Tuhan. Sejak tahun ini, ia juga mengalami kesulitan di sekolah, kurang bisa mengikuti dan angka-angkanya juga jelek. Akhir-akhir ini bahkan ia jarang keluar rumah, mengurung diri di kamar dan sulit diajak bicara. Saya sudah ke dokter, dan dari hasil pemeriksaan beliau mengatakan Boy tidak sakit apa-apa, cuma sedikit depresi dan katanya nanti akan hilang sendiri. Saya khawatir Bu, kalau nanti berkelanjutan apakah dia bisa berfungsi normal pada saat dewasa?

Jawaban:

Memang tidak mudah menghadapi anak bermasalah, meskipun iman Kristen mengajarkan bahwa anak-anak hanyalah titipan Allah yang berarti bukan milik kita (Mazmur 127), tetapi seperti yang Ibu utarakan, kita tidak mungkin menghindarkan diri dari perasaan gelisah dan sedih. Itulah sebabnya, fokus kita sering kali berubah dari bersyukur karena menerima hak istimewa untuk merawat dan membesarkan anak-anak yang Tuhan sudah percayakan, dengan hanya bereaksi terhadap gejala-gejala yang ada. Untuk itu ada beberapa hal yang Anda perlu perhatikan:

  1. Coba Anda fahami apa yang sedang terjadi dalam jiwa Boy. Ia sedang berada dalam masa transisi memasuki usia remaja. Banyak hal yang ia sendiri tidak fahami dengan perubahan yang sedang terjadi dalam jiwanya. Yang ia tahu adalah apa yang ia rasakan, yaitu kemarahan atas realita hidup yang ia tidak bisa banggakan. Kehadiran Dipa yang lemah, membuat Boy banyak bertanya, namun tidak memperoleh jawaban yang tepat. Ia tidak mempunyai teman bermain yang dekat, Anda sendiri juga sibuk mengurus Dipa yang tergolek lemah.

  2. Di pihak lain ia juga tidak mempunyai prestasi di sekolah sehingga perasaan minder dan tertinggal dari teman-teman membuat ia lebih baik menghindar dan mengurung diri di kamar.

  3. Mengenai kemarahannya kepada Tuhan sebenarnya juga bisa dimengerti dari pemikirannya yang mulai berkembang pada usia yang seperti ini. Mengapa teman-temannya punya saudara kandung yang bisa diajak bicara, bermain dan bahkan bertengkar, sedangkan Dipa sejak kecil tidak berubah dan perlu dilayani dengan lebih banyak waktu dan tenaga. Ketidakadilan Tuhan yang ia rasakan sering kali ditambah dengan perasaan malu saat teman-temannya atau sepupunya datang dan mempertanyakan keadaan Dipa.

Yang perlu menjadi fokus perhatian Anda adalah apa yang Anda dan suami bisa lakukan untuk Boy.

  • Pada saat ini, suami Anda perannya sangat penting. Sebagai ayah, ia harus masuk dalam hidup Boy dan hadir sebagai teman bercakap yang baik. Ia bisa mengajak Boy secara rutin (1 minggu/1 kali) untuk pergi makan es krim, berenang, atau memancing. Berikan suasana akrab sehingga suami Anda sebagai ayah juga bisa berperan lebih konkret dan hadir dalam kehidupannya secara nyata. Apabila hubungan membaik, saat itulah kesempatan terbuka untuk membicarakan apa yang sebenarnya ada di dalam hati Boy.

  • Anda sendiri dan suami harus mewaspadai apa yang kalian rasakan dan alami, karena beban-beban mental dalam kehidupan Anda tersebut akan melumpuhkan penjuangan dan tekad kalian untuk menolong Boy. Perlu sekali diantisipasi bahwa paling tidak Anda harus membuat suatu sistem keluarga yang baru. Anda mungkin membutuhkan angin segar dengan mengikuti kegiatan di luar seperti senam, persekutuan doa, dan pemahaman Alkitab di gereja, yang akan menolong Anda untuk memperoleh kekuatan, kesegaran, dan pemahaman yang baru setiap hari. Untuk ini mungkin Anda bisa minta tolong pada saudara, kakek/nenek untuk menjaga anak-anak selama Anda dan suami pergi.

  • Pergunakan waktu mezbah keluarga sebagai tempat untuk mengucap syukur atas apa yang Tuhan sudah berikan pada hari ini, mendoakan kebutuhkan keluarga termasuk kesehatan Dipa dan lain-lain, sehingga tanpa sadar Boy juga akan belajar bahwa di tengah situasi yang menekan dan statis, ada juga hal-hal yang ia bisa syukuri. Bahkan, saat-saat ini menjadi momentum yang sangat baik untuk menjelaskan mengapa Tuhan mengijinkan adik Dipa sakit dan tidak kunjung sembuh -- tentunya dengan bahasa yang ia bisa fahami dan mengerti.

  • Anda dan suami juga harus kompak. Mungkin saat ini juga merupakan waktu dimana Anda dan suami harus mulai memperbaiki komunikasi dan hubungan, sehingga dengan kehangatan yang baru di rumah, Boy akan bisa lebih menerima keberadaan dirinya, dan mungkin ia akan terpacu sebagai anak yang lahir sehat; ia bisa mempunyai semangat untuk berjuang lebih daripada sekarang.

Tuhan memberkati.

Sumber
Halaman: 
3 - 4
Judul Artikel: 
Parakaleo, Juli September 2006, Vol. XIII, No. 3
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII, Jakarta 2006
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Paul Gunadi Ph.D., Yakub B.Susabda Ph.D., Esther Susabda Ph.D.
Tahun: 
2006

Komentar