Berdamai dengan Anak Anda yang Berkemauan Keras

Edisi C3I: e-Konsel 389 - Orangtua sebagai Konselor Anak

Diringkas oleh: N. Risanti

Dalam bukunya "You Can't Make Me, (But I Can Be Persuaded)" (Kau Tidak Dapat Memaksaku, [Tetapi Aku Bisa Dibujuk] -- Red.), Cynthia Ulrich Tobias, seorang ahli pembelajaran, membantu para orangtua untuk menyelami kepala dan hati dari anak berkemauan keras untuk menemukan cara-cara yang tidak hanya untuk mengatasi anak yang keras kepala, tetapi juga untuk mengeluarkan yang terbaik dari dalam diri anak itu.


Gambar: Strong-willed children

Pertama, kita akan mulai dengan mendefinisikan anak berkemauan keras.

Anak berkemauan keras (Strong-willed child - SWC - Red.) adalah anak yang suka menantang aturan, yang tahu bahwa segala sesuatu adalah mungkin, meski mungkin dibutuhkan waktu yang lebih lama atau tidak nyaman untuk melakukannya.

Orangtua yang mencoba untuk memotivasi anak-anak mereka dengan mutlak akan merasa frustasi berhadapan dengan anak SWC. SWC akan mengambil konsekuensi daripada melakukan apa yang diperintahkan kepadanya karena mereka ingin memiliki rasa mengontrol atas hidupnya. Jika Anda sedang berada dalam pertempuran kemauan yang terus-menerus dengan anak Anda, maka cukup besar kemungkinan bahwa anak Anda, dan mungkin juga Anda, adalah pribadi yang berkemauan keras.

Lalu, bagaimana orangtua mengetahui perbedaan antara seorang anak yang hanya menjadi pemberontak dan anak yang memenuhi syarat sebagai SWC?

Perbedaannya adalah tentang temperamen. Anak pemberontak memiliki masalah dengan otoritas, sementara SWC hanya melawan pada cara otoritas dikomunikasikan. SWC tidak menolak gagasan mengenai otoritas, tetapi mereka ingin memiliki pengaruh untuk menentukan keadaan.

Namun, pemberontakan, pembangkangan, dan ketidakpatuhan adalah sikap yang salah, apa pun temperamen yang dimiliki anak. Semua orang Kristen diperintahkan untuk tunduk kepada Kristus, apa pun temperamen atau kepribadian kita. Saya adalah seorang SWC yang telah dewasa, dan mencoba untuk memikirkan Amsal 3:5-6: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Ayat ini memberikan akuntabilitas kepada saya: "dalam segala lakumu akui Dia". Itu berarti dalam semua pendekatan saya, semua kebiasaan khusus kepribadian saya, semua cara berkemauan keras saya, saya harus mengakui Tuhan. Hal tersebut juga perlu dilakukan oleh setiap SWC.

Dampak SWC terhadap keluarganya.

Setan dapat menggunakan SWC untuk membuat perpecahan antara orangtua dan anak-anak. Karena saya sudah memberikan seminar tentang topik ini, ada orangtua Kristen yang kompeten datang kepada saya dan mengatakan bahwa mereka berpikir bahwa mereka membenci anak-anaknya, tanpa memikirkan bahwa sesungguhnya anak-anak mereka memiliki kelebihan juga.

Lalu, bagaimana hubungan SWC dengan Tuhan? Apakah sulit bagi SWC untuk menerima gagasan tentang tunduk kepada otoritas Allah?

Hubungan SWC dengan orangtua akan menentukan sebagian besar hubungannya dengan Allah. Orangtua saya memiliki hubungan yang sangat positif dengan Kristus dan dengan saya, jadi saya tidak menyimpang jauh.

Namun, jika Tuhan digunakan sebagai palu untuk memaksakan kehendak pada SWC, akan sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan Tuhan, dan mereka justru ingin menjauh dari relasi semacam itu. Tuhan sendiri tidak memaksa kita, melainkan menginginkan kita untuk berelasi dengan-Nya dan memilih untuk menjadi taat. Karena itu, kita perlu meneladani-Nya dalam cara yang sama.

Bagaimana orangtua SWC bisa bekerja sama dengan anak mereka?

Sikap penyesuaian yang menyeluruh diperlukan agar orangtua berhasil membesarkan SWC. Hal itu dapat dimulai dengan menyadari bahwa anak SWC Anda tidak sedang sengaja berusaha untuk membuat Anda marah. Gunakan cara berkomunikasi dengan menggunakan kata "OK". Michael, putra saya yang berusia 10 tahun adalah seorang SWC. Saya akan berkata kepadanya demikian, "Tata meja, OK." Kata "OK" itu mengantarkan pesan bahwa dia memiliki pilihan, tetapi untuk itu saya meminta bantuannya. Jangan nyatakan permintaan Anda dengan sikap memohon karena anak SWC akan merasakan adanya kelemahan di sana, sehingga dia akan bersikap kasar. Kata "OK" adalah pilihan bagi SWC, yang sekaligus memiliki konsekuensi jika tidak dilakukannya.

Pertama, kita akan mulai dengan mendefinisikan anak berkemauan keras.

Apa lagi yang bisa dilakukan oleh orangtua?

Jika saya memiliki SWC yang membenci matematika dan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumahnya, maka memberikan cukup hadiah atau ancaman tidak akan berhasil untuk membuatnya mengerjakan matematika. Jadi, mulailah dengan pertanyaan, apakah anak ini ingin lulus matematika?

Anda mungkin dapat berkata, "Untuk masuk tim basket, kau harus lulus kelas matematika. Aku tahu itu membosankan dan menurutmu tidak berguna. Namun, itu harus dilakukan terlebih dulu." Dengan mengatakannya, Anda sudah menantang SWC untuk berkata, "Saya bisa melakukan ini. Saya tidak harus menyukainya, tetapi saya bisa melakukannya."

Namun, apakah pendekatan semacam itu juga akan berhasil dengan anak yang lebih kecil atau anak prasekolah?

Kuncinya, sekali lagi, adalah untuk tetap tegas dan ramah. Tindakan, bukan hanya kata-kata, diperlukan terhadap anak-anak kecil. Ketika seorang anak berjalan di mana dia tidak seharusnya berjalan, hampiri dia sambil berkata dengan lembut, "Tidak, kita tidak akan melakukannya." Jika dia melakukannya lagi, Anda harus menghampirinya lagi sehingga dia akan memahaminya. Untuk anak prasekolah, Anda dapat mendisiplinnya dengan memberinya time-outs (bentuk hukuman dengan membuat anak tidak diperbolehkan melakukan apa pun, memisahkannya dari anak-anak lain, atau berdiri di tempat - Red.), dan gunakan itu jika anak Anda terus melanggar batas.


Gambar: Perlakukan anak SWC dengan tepat

Namun, ingatlah bahwa teriakan tidak akan berhasil untuk menundukkan SWC, berapa pun usianya. Anak Anda hanya akan berhenti mendengarkan jika Anda terus berteriak. Jadi, tegaskan nada Anda hanya pada saat situasi yang penting sehingga anak Anda benar-benar akan memperhatikannya. Jangan selalu melakukannya pada situasi yang lain.

Apa lagi yang bisa dilakukan oleh orangtua selain mengubah cara mereka berkomunikasi?

Pertama, pilihlah pertempuran Anda. Orangtua sering kali mencoba untuk menempatkan diri sebagai orang yang mengetahui segalanya, yang paling kuat, dengan harapan bahwa pendekatan itu akan mengendalikan anak-anak mereka. Namun, hal itu tidak akan berhasil. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan menentukan apa masalah-masalah yang bisa ditawar dan tidak bisa ditawar.

Sebagai contoh, bagi keluarga kami keselamatan fisik, seperti mengendarai mobil dengan sabuk pengaman adalah masalah yang tidak bisa ditawar. Nilai-nilai rohani dan moral seperti tidak boleh berbohong, curang, atau menyakiti orang lain juga tidak bisa ditawar. Namun, ada banyak hal lainnya yang harus kita pilih dengan bernegosiasi jika ingin tetap menjaga hal-hal yang tidak bisa ditawar itu dengan utuh.

Seorang wanita datang kepada saya dan menceritakan kisah yang luar biasa ini. Katanya, "Ketika anak saya yang berkemauan keras masih kecil, dia selalu mengeluh tentang masakan saya. Pada suatu hari peringatan Thanksgiving, saat ia berusia 12 atau 13 tahun, seluruh keluarga duduk di meja. Saya telah bekerja sangat keras untuk pesta Thanksgiving itu, dan anak saya duduk di sana mengeluhkan tentang hal itu."

"Lalu, saya melakukannya. Saya melemparkan kentang panggang padanya. Semua orang terkejut. Ia malu dan pergi ke kamarnya. Saya pergi dan meminta maaf, tetapi hari itu adalah titik balik. Kami mengatakan kepadanya, 'Lihatlah, jika kau ingin membuat makananmu sendiri, itu tidak apa-apa. Persyaratan kami adalah kamu makan bersama dengan keluarga.' Jadi, hampir setiap malam selama lima atau enam tahun berikutnya, ia menyiapkan pizza beku atau sisa makan malam untuk dirinya, kemudian datang dan makan bersama dengan keluarga."

Wanita itu berkata, "Intinya adalah ia makan dengan keluarga dan tidak ada lagi pertempuran. Banyak orang berkata, 'Anda memanjakan anak itu. Anda tidak harus membiarkan dia memilih makanannya sendiri.' Akan tetapi, mereka tidak tinggal di rumah saya. Itu adalah pertempuran yang kami pilih untuk tidak dilawan. Sekarang, dia berusia 27 tahun dan dia suka makanan saya. Yang paling penting, dia suka datang ke rumah saya."

Orangtua tidak selalu harus bersikap kaku dan tidak fleksibel. Hanya Allahlah satu-satunya yang bisa membuat kita melakukan apa saja. Namun, Dia tidak pernah dan tidak akan pernah memaksa kita untuk menaati-Nya. Jadi, mengapa kita mengira dapat memaksakan kehendak kita kepada anak kita?

Apa yang dapat dilakukan orangtua ketika mereka begitu kehilangan kesabaran mereka dan terjebak dalam pertempuran kemauan?

Satu-satunya hal yang saya ketahui untuk dilakukan dalam situasi seperti itu adalah untuk berhenti, pergi, dan melanjutkannya kembali nanti ketika kedua pihak sudah tenang.

Kami melakukannya terhadap Michael, dan ia hampir selalu datang kembali setelah emosinya mereda. Dia perlu untuk merasa bahwa dialah yang membuat pilihan untuk memperbaiki keadaan dan lebih daripada bersedia untuk menebus kesalahan.

Metode lain yang keluarga kami coba adalah sejenis waktu jeda. Kami memiliki sebuah kata kode, yaitu "Kanguru", yang kami gunakan ketika Michael berteriak dan menjerit dan di luar kendali. Ketika saya berkata, "Kanguru. Kanguru," dia akan berhenti dan pergi. Konflik belum reda, tetapi berhenti sejenak. Dan kemudian, ketika dia lebih tenang, kami dapat membereskannya.

Ada hari-hari ketika saya dapat berkata, "Hentikan itu, dan aku bersungguh-sungguh," dan ia akan melakukannya. Anda harus menggunakannya dengan sangat hemat. Itu seperti kartu bebas masuk. Anda hanya akan berhasil ketika standar pendekatan Anda adalah menggunakan waktu dan energi untuk menangani masalah ketika mereka datang.

Ada sisi baik untuk temperamen SWC yang suka menantang. Anak-anak berkemauan keras tidak akan membiarkan dunia mengubah mereka karena merekalah yang ingin mengubah dunia. Seorang SWC memiliki kemampuan untuk berpikir secara mandiri dan berdiri teguh untuk apa yang dipercayainya. Orang dewasa yang sukses adalah orang-orang yang tidak akan membiarkan rintangan menghalangi mereka dari tujuannya, dan SWC adalah pribadi-pribadi berkomitmen yang dapat membuat perbedaan nyata bagi dunia.



Gambar: Sisi positif anak SWC

Orangtua dapat mengembangkan sisi positif SWC tersebut dengan mencari hal positif dan memuji di setiap kesempatan yang ditemukan. Jika anak Anda adalah anak yang sinis, Anda dapat memberikan konsekuensi karena sikapnya yang tidak menghormati, sekaligus memujinya dengan berkata, "Cara berpikirmu luar biasa."

Juga, orangtua harus membantu orang lain agar mereka dapat melihat sisi positif dari SWC. Saya dan suami menulis profil singkat kualitas baik Michael dan catatan untuk gurunya di awal tahun pelajaran. Guru akan menemukan tantangan dengan anak SWC dengan sendirinya, tetapi saya bisa membantunya untuk melihat kekuatan Michael.

Adalah penting bagi SWC untuk mengetahui bahwa dia benar-benar dicintai. Orangtua dapat menuliskan kepada SWC mereka, "Inilah hal-hal yang saya suka tentangmu." Hal itu bisa memberi pengaruh untuk mengingatkan SWC bahwa terlepas dari pertempuran Anda, Anda benar-benar menyukai dia.

Apa lagi yang Anda ingin katakan kepada orangtua dari anak-anak yang berkemauan keras?

Memelihara hubungan orangtua dan anak dengan baik perlu terjadi sebelum memelihara ketertiban seseorang di dalam rumah tangga. Seperti ibu yang membiarkan anaknya membuat makan malam sendiri dengan syarat ia makan bersama dengan keluarga. Anak itu mungkin tidak makan masakan daging cincangnya, tetapi mereka memiliki hubungan yang mereka berdua nikmati. Itulah cara untuk menjadi orangtua yang sukses.

Sejauh apa kemauan keras anak Anda?

Untuk mengetahui apakah anak Anda adalah anak berkemauan keras (SWC), gunakan kuis di bawah ini. Jawab pula pertanyaan-pertanyaan untuk diri sendiri atau pasangan Anda untuk mendapatkan pengetahuan untuk gaya pengasuhan Anda.

Tandai setiap pernyataan berikut yang hampir selalu benar.

Anak saya:

  • hampir tidak pernah menerima kata-kata seperti "tidak mungkin" atau frase seperti "itu tidak dapat dilakukan".
  • dapat dengan sangat cepat berubah dari keadaan penuh kasih yang hangat, menjadi keras kepala yang dingin.
  • akan berdebat sampai ke titik dasarnya, kadang-kadang hanya untuk melihat sampai seberapa jauh dasarnya.
  • ketika menjadi bosan, sudah ditebak akan membuat krisis daripada satu hari berlalu tanpa insiden.
  • menganggap aturan lebih seperti panduan (sebagai contoh, "Selama saya berpegang pada 'semangat' aturan, mengapa Anda begitu pilih-pilih?").
  • menunjukkan kreativitas yang besar dan banyak akal, selalu menemukan cara untuk mencapai tujuan.
  • dapat mengubah apa yang tampaknya masalah terkecil menjadi perang salib besar atau perdebatan yang mengamuk.
  • tidak melakukan hal-hal hanya karena "Anda seharusnya" -- diperlukan adanya kepentingan pribadi.
  • menolak untuk mematuhi tanpa syarat -- tampaknya selalu memiliki beberapa hal untuk dinegosiasikan sebelum menurut.
  • tidak takut untuk mencoba hal yang belum diketahui -- menaklukkan sesuatu yang asing (meskipun masing-masing SWC memilih risiko sendiri, mereka semua tampaknya memiliki kepercayaan diri untuk mencoba hal-hal baru).
  • dapat menerima apa yang dimaksudkan menjadi permintaan yang paling sederhana dan menafsirkannya sebagai ultimatum ofensif.
  • mungkin tidak benar-benar minta maaf, tetapi hampir selalu membereskannya.

Skor:

Jika Anda menilai:

0 -- 3: Anak Anda mungkin memiliki kemauan yang keras, tetapi dia tidak banyak menggunakannya.

4 -- 7: Anak Anda menggunakan kemauan yang keras ketika dia perlu, tetapi tidak setiap hari.

8 -- 10: Anak Anda memiliki kemauan yang keras dengan dosis yang sangat sehat, tetapi dapat mundur jika ia ingin.

11 -- 12: Anak Anda adalah salah satu anak berkemauan keras. Dia hampir tidak mungkin untuk tidak menggunakannya. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs : Today's Christian Woman
Alamat URL : http://www.todayschristianwoman.com/articles/1999/november/9g6028.html?start=1
Judul artikel : Making Peace with Your Strong Willed Child
Penulis artikel : Carla Barnhill
Tanggal akses : 25 Februari 2014