Untuk Apakah Aku Di Dunia Ini?

Sering kali kita merasakan hidup ini begitu kosong? Bayangkan saja teman yang dekat tidak mau mengerti kita. Orang tua jauh dari kita, teman-teman gereja pada sibuk semua, Paper setumpuk belum diselesaikan belum lagi ditambah ujian yang segera menyusul. Kita merasa begitu sibuk, sekaligus sepi dan bosan. Bagi mereka yang bekerja mempunyai kesibukan dan stress tersendiri. Pada saat seperti itu, kita mulai bertanya kepada Tuhan, untuk apa aku ditempatkan di dunia ini? Apakah Tuhan itu hanya iseng dan sedang menyengsarakan aku? Atau ada maksud lain yang terkandung di dalamnya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita perlu kembali kepada "aku" nya, yakni Manusia? Sebenarnya apa maksud Allah sesungguhnya menciptakan kita? Apakah hanya sekadar mengisi dunia yang kosong ini? Atau ada hal yang lebih khusus yang harus kita kerjakan?

[block:views=similarterms-block_1]

  • Aku Mempunyai Mandat

    Melalui Mazmur 8 yang kita baca, muncul sebuah pertanyaan? SIapakah Manusia itu sebenarnya? Mazmur ini menceritakan bahwa manusia itu mempunyai kesadaran, akal dan pikiran, dia sedang melihat keadaan sekitarnya, melintasi diri dan menuju pada alam semesta. Pada akhirnya manusia itu akan melampaui alam semesta itu dan berbicara kepada Tuhan.

    Ketika matanya menoleh ke atas. Ia melihat adanya bintang dan bulan yang Tuhan tempatkan, ia berpikir tentang siapakah sebenarnya manusia itu? Apa artinya ia ditempatkan oleh Tuhan di dunia ini? Kalau diobandingkan dengan dunia secara keseluruhan, manusia itu begitu kecil , ibarat debu di depan mata Tuhan, tidak artinya, namun mengapa IA masih mengingatnya? Pada saat itulah, kembali Manusia itu disadarkan, bahwa Tuhan menciptakannya dan menempatkan ke dunia ini merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan. Tuhan mempunyai maksud tertentu memilih manusia. Karena Tuhan memberikan Mandat kepada manusia untuk memelihara dan mengusasai segala ciptaannya yang lain.

    Diberikan hak untuk menguasai yang lain bukan berarti manusia boleh berbuat seenaknya. Ingat, di sini dikatakan bahwa manusia bukan menjadi Tuan, namun ia hanya sebagai Mandataris Tuhan, yang dipercayakan untuk mengelola ciptaan lainnya. Ketika Pemazmur katakan "JIka aku melihat lagit-MU", maka pada saat itu sebenarnya ia sedang menengadah ke atas. Namun walaupun semua itu berada di atas, ternyata semua itu di bawah kekuasaan manusia. Itulah sebabnya, maka perlu di ingat, bahwa Tuhan memberikan manusia mandat untuk menguasai ciptaan yang lain, tidak termasuk menguasai sesama manusia. Dan apabila itu terjadi, maka telah melanggar kodrat Tuhan. Jika manusia diciptakan di bawah Allah dan di atas alam, maka tidak ada manusia yang berada di atas atau di bawah manusia lain? Tidak peduli kaya miskin, kulit putih maupun hitam, berpengalaman atau tidak. Berpengetahuan atau tidak, DIhadapan Tuhan semua manusia bernilai sama.

    Itulah sebabnya kita tidak boleh merasa rendah diri. KaLau anda tidak bisa main piano, tidak masalah karena memang anda tidak pernah belajar piano. Kalau anda tidak menjadi dokter tidak masalah, karena anda bukan dokter tetap mungkin anda ada kelebihan di bagian yang lain. Jadilah anda sendiri, jangan berusaha menjadi orang lain. Masllahnya adalah , kadang kita tidak menghargai diri kita, tatkala kita diberi kesempatan untuk belajar, kita tidak mau belajar; dan kita ketinggalan dari orang lain. Pada waktu itulah kita merasa diri kita di bawah orang lain. Pada waktu itu kita mulai rendah diri, merasa tidak berguna, padahal Tuhan tidak pernah membuat kita menjadi orang yang tidak berguna.

  • Aku Mempunyai Nilai/Harga (Valuable)

    Di dalam hidup ini ada dua hal yang menjadi dorongan untuk kita hidup dengan bergairah; tujuan dan Arah hidup kita dan Nilai hidup kita. Ketika kita mengejar sesuatu yang begitu bernilai, kita akan memiliki kegairahan hidup. Hidup kita ini sangat bernilai, Pemazmur mengatakan kita diciptakan hampir sama dengan Allah. Suatu penghormatan yang sdngat tinggi diberikan kepada manusia. Tuhan tidak membedakan antara kita satu dengan yang lain. Di dalam Filipi 3:7-14 rasul Paulus menyatakan bahwa Paulus dulu berpikir bila ia dapat mencapai pola pikir yang terbaik, ia berhasil. Paulus telah menjadi Farisi ketika baru berumur 30-an. Tetapi begitu ia mengenal Tuhan, ia mendapatkan value system yang jauh lebih mulia. Sebelum ia mengenal Kristus, ia tidak mengerti akan nilai yang tertinggi ini. Banyak diantara kita barang kali pernah mendengar kesaksian tentang betapa boboroknya seseorang sebelum bertobat, namun setelah bertobat ia menemukan bahwa dirinya berharga, bernilai, maka ia berusaha menegerjakan hidupnya dengan hal-haa yang yang berkenan kepada Tuhan.

    Dalam salah satu kotbah Sutjipto Subeno hamba Tuhan GRII Surabaya, beliau membauat contoh yang cukup menarik. Ketika berbicara tentang nilai, kita perlu mengerti tentang Axiology. Axiologi adalah bagaimana kita menilai nilai. Nilai adalah nilai, tapi apakah ia bernilai. Bila kita salah menilai nilai, kita akan tertipu. Kita tertipu karena kegagalan kita menilai nilai. Ketika kita mengejar sesuatu, hidup kita pertaruhkan utk sesuatu, sadarkah kita kenapa kita melakukan itu. Paulus mengerti bahwa ketika kita hidup untuk Tuhan, itu adalah the highest value (Nilai Tertinggi) untuk hidup kita. Ketika mempelajari ttg Axiologi ini, mari kita pikirkan perumpamaan ini. Katakanlah kita punya 1 kg Emas dan 1 mangkok Soto Ayam. Ketika kita menunjukkan ini kepada seekor anjing, maka ia akan memilih Soto itu. Karena Anjing tidak dapat membandingkan antara Emas dan Soto.

    Axiologi harus dilihat dari dua sudut:


    • Nilai intrinsic : nilai di dalam dirinya sendiri

    • Nilai Ekstrinsik : nilai yg diberikan subyek penilai kepada obyek nilai.

    Buat anjing itu, ia menilai secara ekstrinsik. Secara intrinsik, Emas lebih bernilai dibanding satu mangkok Soto. Satu hal yang harus kita mengerti adalah nilai intrinsik tidak diganggu oleh subyek penilai.

    Matius 16: 26 berbicara ttg nilai intrinsik suatu nyawa. Allah mengutus anakNya ke dunia, karena harga yang Dia mau bayar terlalu mahal. Harga sebuah nyawa terlalu mahal. Kalau bukan suatu nilai yang begitu mahal, Allah tidak akan menjadi manusia, meninggalkan takhta-Nya menjadi manusia, bahkan menjadi budak(Filipi 2). Hal ini merupakan suatu penderitaan yang luar biasa. Pencipta turun jadi ciptaan (penderitaan ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan seorang manusia diturunkan jadi seekor anjing). Di sini kita dapat melihat betapa begitu mahalnya nilai hidup kita. Betapa menyedihkannya kita, bila kita menyia-nyiakan hidup yg begitu bernilai ini. Paulus yang mengerti nilai hidupnya ini, ia mengarahkan seluruh hidupnya untuk Kristus.

    Menjelang Hari Natal dan Tahun Baru, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, meminta satu gulung. "Untuk apa ?" - tanya sang ayah. "Untuk kado, mau kasih hadiah." - jawab si kecil. "Jangan dibuang-buang ya." - pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil. Persis pada Tahun Baru, pagi-pagi si cilik sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Pa, Pa - ada hadiah untuk Papa." Sang ayah yang masih malas bangun, matanya pun belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja." Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa - sudah siang." "Ah, kamu gimana sih - pagi-pagi sudah bangunin Papa." Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya. "Hadiah apa nih?" "Hadiah Tahun Baru untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang." Dan sang ayah pun membuka kado itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koq kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal ?" Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa." Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya. "Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan kotak ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong - diisi lagi ya!"

    Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi ? Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. Kesimpulannya, Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" anda sendiri. Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong. Permisi tanya, anda sudah mengisinya dengan apa saja? Apakah anda isi dengan lukisan yang yang indah yang mebuat orang-orang tertarik, atau coret-coretan yang membuat orang tidak berkenan melihatnya.

  • Aku Mempunyai Tanggung Jawab (Responsible)

    Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta menurut tujuan/maksud pencipta, dirancang oleh pencipta, dijadikan oleh pencipta, hasil akhirnya untuk pencipta (Yesaya 43:7 "Semua orang yang disebutkan dengan namaKu yang Kuciptakan untuk kemulianKu, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"). Hidup kita ada adalah untuk maksud Allah. Tujuan ini jelas. Kita perlu kembali seperti yang Tuhan tetapkan. Itu sebabnya kita tidak bisa hidup sesuka hati kita. Ada hal yang perlu kita kerjakan tatkala kita diberikan kehidupan. Ciptaan bisa mengalami disfungsi. Bila ciptaan sudah tidak berfungsi seperti seharusnya, ciptaan itu akan dibuang. Tuhan yang mengasihi kita adalah Tuhan yang juga menyediakan neraka. Bila manusia tidak dapat berfungsi sepert iseharusnya, tempat yang tepat utk kita adalah di neraka. Itulah alasan hidup ini bukan utk sembarangan.

    Penilaian Tuhan bukan berdasarkan berapa lama kita hidup di dunia ini, tetapi berdasarkan berapa bobotnya tatkala kita menjalani kehidupan itu. Kualitasnya lebih dipentingkan dalam hal ini. Itu sebabnya ada satu nyanyian yang pernah kita nyanyikan dikatakan "Hidup bukan hanya hari, yang penting makna isinya"

    Ayat yang terakhir di dalam Mazmur 8 ini berbunyi demikian " Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi!" INti dari kalimat ini mau mengajakan kepada kita bahwa pada akhirnya di dalam seluruh kehidupan kita adalah untuk kemuliaan Tuhan. Kalimat ini mengandung konsekwensi yang sangat mendalam. Sebab semasa hidup kita cukup banyak kesempatan untuk kita berbuat hal yang tidak memuliakan Tuhan. "Orang bilang, panas setahun dapat dimusnahkan dengan hujan sehari." Dan ketahuilah kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidup kita pada masa yang akan datang?

    Nilai dan tujuan hidup kita yg sesungguhnya mengingatkan kita bahwa hidup kita dapat mejadi hidup yang sangat bermakna. Betapa sayangnya bila kita buang hidup kita untuk yang lain. Betapa rugi kalau kita sia-siakan hidup itu. Karena selain diri kita dicemooh, Tuhan yang kita percayai juga dicemooh. Kita ibarat representative dari dari Tuhan, benar keselamatan dari Tuhan itu diberikan kepada kita satu kali dan tak akan pernah hilang, namun di dalam menjalani hidup sebagai orang percaya ini; kita perlu isi dengan hal-hal yang berbobot dan bermakna. Percuma hidup kita panjang, kalau di sini dengan hal-hal yang tidak memuliakan nama Tuhan.

    2 Raja- raja 20:6 Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." Tetapi apa yang dilakukan Hizkia, tadinya dia taat pada Tuhan, setelah itu ia melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.

    Saya kurang tahu sejauh mana kehidupan kita? Saya juga tidak tahu sejauh mana kita menyerongkan diri dari Tuhan.? Namun yang pasti kalau kita mulai merasa bahwa Mandat yang diberikan Tuhan pada kita sudah kurang powernya, Kemudian Nilai kehidupan kita sudah menjadi begitu Obral, dan Tanggung Jawab kita kepada Tuhan mulai terganggu; mari cepat-cepat ubah direction kita, sebab kita sedang menuju ke alamat yang keliru.

    Di gereja kami, tepatnya tgl 18 Nopember yang lalu kami baru saja merasa sangat berduka, karena ada seorng anggota yang baru saja tiga bulan yang lalu pulang ke Indonesia meninggal dunia. Beliau meninggal dalam usia yang sangat muda, yaitu 31 tahun menderita poenyakit kanker, dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih berumur kurang lebih 3 tahun. Walaupun almarhum meniuggal Indonesia, namun kami karena merasa sangat berduka, di dini juga kami ikut berkabung. Salah satu hal yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi adalah, semasa hidupnya saudara kami ini ada satu teladan yang sangat baik yang terlihat bagi semua anggota geraja di sini. Hidupnya telah menjadi berkat bagi orang banyak. Kini orangnya sudah tiada, namun kebaikannya; kesetiaan dalam pelayanan dan sebagainya dapat diteladani. Saya yakin kita tentu rindu, hidup kita berarti di dunia ini, walaupun secara rohani kita mengerti jelas kita dititip Tuhan di dunia ini; namun kita tidak mau hidup sembarangan.