Sekali Pembunuh tetap Pembunuh!

Oleh: Mang Ucup


Kisah nyata yang terjadi di Jerman - Sumber: Majalah Spiegel Edisi 30/2006 yang telah ditulis ulang oleh Mang Ucup.

Ketika Bernhard berusia 21 th, ia membunuh istrinya sendiri yang pada saat itu baru berusia 18 tahun dengan harapan bisa menipu uang asuransi sejumlah dua juta AS$. Untuk ini ia di vonis hukuman penjara 25 th, tetapi setelah 16 th ia dibebaskan karena berkelakuan baik.

[block:views=similarterms-block_1]

Selama ia dipenjara telah terjadi perubahan drastis di dalam kehidupannya Bernhard, dimana ia berubah 180 derajat. Tadinya ia benci Alkitab sekarang merupakan bacaan utamanya sehari-hari, tadinya ia egois; sekarang bersedia membantu maupun memberikan apa saja yang ia miliki untuk rekan sesama napi yang membutuhkannya. Bahkan selama ia di penjara tsb, ia mulai kuliah belajar teologi yang telah diakhirinya dengan baik sebagai sarjana teologi.

Setelah Bernhard bebas ia melamar pekerjaan menjadi guru agama di salah satu kota kecil di Jerman di mana akhirnya ia pun diangkat dan dipercayai untuk menggembalakan umat di gereja setempat. Dari awal mula ia telah terbuka terhadap bishop maupun pimpinan dewan gereja tempat dimana ia bekerja, bahwa ia itu sebenarnya adalah seorang eks napi, seorang mantan pembunuh yang berdarah dingin di mana istrinya sendiri saja telah dibunuh olehnya demi uang.

Bernhard telah menerima dan menjalani hukuman duniawi sepenuhnya disamping itu ia telah benar2 bertobat dan berubah total, maka dari itu tidak ada alasan bagi pimpinannya untuk tidak menerima Bernhard sebagai seorang Pdt. Hanya pimpinannya mengajurkan agar masa lampaunya itu sebaiknya tidak diungkapkan terhadap jemaatnya, sebab tidak setiap orang bisa menerima seorang mantan pembunuh sebagai Gembalanya.

Beberapa tahun kemudian ia menikah dengan seorang gadis anggota koor gereja. Kepada istrinya pun ia telah menceritakan semua pengalaman hidupnya, sehingga istrinya pun tahu bahwa suaminya itu sebenarnya adalah mantan seorang pembunuh. Dari hasil pernikahan ini mereka dikaruniakan dua orang anak perempuan.

Seperti juga pepatah asap bagaimana baiknya sekalipun tidak akan bisa ditutup terus. Dimana akhirnya masa lampaunya Bernhard pun terbuka juga dan diangkat untuk diberitakan lagi di koran setempat dengan judul "Seorang pembunuh tetaplah pembunuh". Bernhard menjadi gunjingan seluruh penduduk kota tsb. Mereka menuntut agar Bernhard segera di pecat dari jabatannya sebagai Pdt, sebab tidaklah pantes seorang pembunuh jadi Pdt. Stress maupun kritikan-kritikan semakin hari semakin banyak dan juga semakin keras, sehingga akhirnya ia jatuh sakit, bahkan putrinya sendiri telah mencoba untuk bunuh diri karena malu mempunyai ayah seorang pembunuh.

Walaupun demikian bishop mapun pimpinan gerejanya tetap berpihak kepadanya dan juga memberikan dukungan sepenuhnya maupun membelanya terus-menerus. Mereka ingin membuktikan kebenaran ajaran yang tercantum dalam Alkitab.

Dimana bagi setiap orang yang bertobat, dosa-dosanya tidak akan di ingatnya lagi disamping itu; Jer 31:34 ..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." Disamping itu "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." Yesaya 1:18

Bahkan kalau direnungkan: Paulus sendiri sebenarnya adalah seorang pembunuh. Lihat saja ulahnya ketika ia masih bernama Saulus, walaupun mungkin secara langsung ia tidak pernah mau mengotori tangannya sendiri, tetapi ia adalah satu promotor maupun dalang inteleknya. Disamping itu ia sendiri mengatakan, bahwa tidak ada seorang pun yang benar di dunia ini yang bebas dan luput dari dosa. Seperti yang tertulis dalam Alkitab, "Tidak seorang pun yang benar (Roma 3:10).

Tetapi kenyataanna antara teori dan praktek itu bedanya seperti juga bumi dan langit, sebab boro-boro kita bisa menerima seorang pembunuh sebagai pembimbing agama; seorang ex napi saja harapannya minim sekali untuk bisa dipilih dan diterima dengan tangan terbuka oleh jemaatnya.

Oleh sebab itulah saya salut terhadap saudara-saudara kita yang beragama Islam mereka mau menerima dan menghormati Anton Medan untuk jadi Ustad. Mereka tahu, bahwa Anton Medan itu mantan preman dan juga ex napi, walaupun demikian mereka tetap mempercayakan muda-mudinya untuk dibimbing olehnya.

Cobalah Anda renungkan dan jawab dengan jujur:

    1. Apa yang akan Anda anjurkan kepada Pdt Bernhard tsb diatas, apakah sebaiknya ia tetap bertahan terus sebagai Pdt ataukah lebih baik give up saja?.

    1. Apakah menurut Anda seorang pembunuh, seorang napi, maupun seorang pemerkosa boleh jadi Pdt/Romo atau pengurus gereja?

    1. Apakah Anda bisa menghormati dia apabila kita mengetahui latar gelap dia yang sebenarnya?

    1. Apakah Anda bisa mempercayakan dan juga mau menyumbangkan uang dalam jumlah besar kepada seorang pembimbing agama ex napi?
    1. Mungkin ada yang bisa share dengan pengalaman yang serupa?